Sebelumnya boleh baca dulu keajaiban umroh part 1 dan part 2, supaya enggak syok di kisah keajaiban umroh part 3 yang aduhai menyentil diri saya. Lalu cek juga Paket Umroh November buat kamu yang berencana umroh tahun ini.
Kali ini aku akan menceritakan bahwa kabar tentang hati-hati bertutur kata atau bertingkah laku saat umroh karena akan “dibalas” langsung di sana adalah benar adanya. Fakta, bukan mitos. Aku mengalaminya.
Kisah tentang sajadah terbang yang spontan membuatku merinding. Kelihatannya sepele, tapi maknanya dalam sekali. Begini ceritanya.
Waktu itu, sehabis salat asar, aku dan suami melaksanakan tawaf sunah (mengelilingi ka’bah tujuh kali setiap masuk Masjidil Haram). Seusai tawaf sunah, kami mencari tempat yang lebih longgar untuk persiapan salat magrib.
Jadi memang sengaja tidak pulang ke hotel. Kami menunggu di Masjidil Haram karena nanggung juga. Aku sempat ke kamar mandi di belakang Zam-Zam Tower, dan wudu lagi. Suami juga sempat ke kamar mandi. Kami bergantian menunggu barang bawaan seperti mukena dan sajadah.
Begitu azan berkumandang, kami segera mencari saf yang berdekatan. Kalau kamu sudah baca 18 tips umroh di blogku, pasti tahu alasan kenapa di Masjidil Haram kami memutuskan mencari saf laki-laki dan saf perempuan yang berdekatan. Alasannya tidak lain agar aku tidak kesasar.
Akhirnya aku dan suami menemukan saf yang berdekatan tepat di depan kamar mandi. Kami sengaja memilih area dekat kamar mandi karena aku beseran alias mudah kebelet buang air kecil. Rencananya salat magrib langsungan menunggu salat isya sehingga kalau kebelet enggak perlu jalan jauh, takut nyasar euy.
![umroh promo masjidil haram](https://ismyama.com/wp-content/uploads/2019/05/umroh-promo-masjidil-haram.jpg)
Aku menggelar sajadah berwarna toska muda di atas lantai Masjidil Haram. Area salatku dan suami tanpa atap. Dengan kata lain berada di halaman Masjidil Haram. Tidak ada karpet sehingga salat langsung di atas keramik kecuali bila membawa sajadah sendiri.
Rakaat pertama dimulai. Aku melaksanakan takbiratul ihram, lalu membaca Al Fatihah mengikuti imam. Saat itu, tiba-tiba saja seorang wanita bergamis hitam berdiri di sampingku. Ia pun memulai takbiratul ihram.
Mataku memandang ke sajadah, dan secara otomatis melihat ke arah kanan yang tidak bersajadah. Dalam hati, aku bergumam, “Wah kasian sekali enggak bawa sajadah. Apa enggak sakit ya nanti sujudnya? Kan lantainya keramik. Keras enggak ya lantainya? Untung aku bawa sajadah.”
Enggak sampai dua detik, angin cukup kencang bertiup dari arah belakang kanan. Wuss, sajadahku terbang ke arah kiri. Setengah bagian sajadah terlipat ke sebelah kiriku. Itu artinya ketika aku sujud, maka kepalaku, keningku tidak akan menyentuh sajadah.
Astagfirullah, aku langsung ingat ucapanku dalam hati tadi.
Bagaimana rasanya lantai tersebut? Keras ya Allah. Dingin dan keras. Keningku terasa sakit karena menyentuh keramik yang super keras.
Sungguh, aku tersentil dengan kejadian tersebut karena tidak semua sajadah di safku ikut terbang. Secara logika mungkin aku bisa beralasan bahwa sajadahku ringan sehingga mudah terbang. Sementara sajadah lainnya ada yang berat dan besar. Tapi selain akal, ada yang namanya iman, kan?
Tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini. Bahkan daun yang jatuh dari pohon sudah tercatat di Lauh Mahfuz dan diketahui oleh Allah. Maka kejadian terbangnya sajadahku pasti ada hikmahnya.
Umroh dan Rasa Sombong di Masjidil Haram
Aku mengakui bahwa aku sombong ya Allah. Aku mengaku salah. Hanya karena membawa sajadah, aku merasa lebih beruntung dibanding wanita di sebelahku. Apakah salat bersajadah berarti lebih suci? Salatnya lebih diterima? Belum tentu, bukan?
Aku langsung beristigfar dalam hati. Nyaris saja air mataku jatuh karena menyadari kekhilafanku yang langsung ditegur saat itu juga. Andai hal ini juga terjadi di Indonesia, entah sudah berapa banyak teguran “hanya” karena merasa lebih dari orang lain.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ
“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An Nahl: 23)Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
Bahkan iblis diturunkan dari surga karena kesombongannya. Ia meremehkan Adam. Ia merasa dirinya lebih baik, lebih tinggi kedudukannya dibanding Adam.
Astagfirullah, bagaimana denganku selama ini? Kadang, bila melihat orang lain sedang susah, aku pasti merasa lebih beruntung. Beda-beda tipis dengan bersyukur. Bila bersyukur adalah berterima kasih kepada Allah atas segala nikmat. Sedangkan sombong artinya meremehkan orang lain, merendahkan orang lain. Hiks.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)
Kesombongan sebesar biji sawi yang mungkin hanya dapat dilihat oleh Allah dan malaikat. Kesombongan kecil yang bahkan kita tidak menyadarinya karena sering dilakukan. Kesombongan dalam hati yang kadang begitu halus karena berbalut kasihan.Ternyata bagi Allah sungguh tidak terpuji.
Setelah aku beristigfar, wanita di kiriku mengembalikan letak sajadahku yang sebelumnya terbang dan terlipat di atas sajadahnya. Alhamdulillah di rakaat kedua dan ketiga, aku sujud di atas sajadah.
Rasanya itu adalah sujud mengharukan yang pernah aku alami. Sujud penuh nikmat dan syukur karena sudah disentil sedemikian rupa.
Rupanya benar cerita-cerita jamaah sepulang haji dan umroh, yang beberapa mengalami kejadian spiritual mengandung hikmah. Tapi bukan berarti jadi takut untuk berangkat umroh lho. Justru umroh menjadi jalan latihan untuk lebih menjaga lisan, menjaga hati dan perbuatan.
![umroh ka'bah](https://ismyama.com/wp-content/uploads/2019/05/umroh-kabah.jpg)
Sekali lagi, umroh itu panggilan Allah. Hanya orang-orang yang berniat baik saja yang tentunya akan sampai ke rumah Allah.
Lupakan sejenak tentang ketakutan-ketakutan selama perjalanan atau selama berada di tanah suci. Lupakan pula kekhawatiran mengenai pantas tidaknya datang ke rumah Allah.
Saya yakin, semua orang bisa memantaskan diri, asal niat. Seperti kata seorang uztad, umroh adalah ibadah fisik. Bukan semata-mata ibadah doa.
Tahukah kamu, bahwa di sana aku bertemu dengan banyak jamaah umroh yang fisiknya tidak sempurna? Berkursi roda dan renta. Memakai tongkat karena buta. Bahkan berjalan mengesot menggunakan bantuan tangannya karena tidak memiliki kursi roda. Allahu akbar, mereka saja percaya bahwa mereka mampu. Apalagi kita yang sempurna fisiknya.
![umroh promo plus turki](https://ismyama.com/wp-content/uploads/2019/05/umroh-promo-plus-turki.jpg)
Bagaimana soal materi alias uang yang dibutuhkan untuk berangkat umroh? Jumlahnya memang tidak sedikit. Tapi bukan berarti tidak mungkin dikumpulkan. Apalagi sekarang banyak Umroh Promo yang harganya lebih terjangkau dibanding umroh tanpa promo. Apakah masih ada alasan untuk tidak mendaftar umroh?
Notes: Semua foto adalah dokumentasi pribadi
![Nih buat jajan](https://d4xyvrfd64gfm.cloudfront.net/buttons/default-cta.png)
Ah mba berkaca-kaca aku bacanya, ya Alloh bener kadang bersyukur dan meremehkan orang lain itu beda tipis yah 🙂
insyaAlloh aku pun pengen ke sana semoga bisa ke sana aamiin
halo Dian. Baru kali ini sempat mampir ke blog dian. Keren…., tulisannya bagus.
semangat terus nge blog dian!
Makasih sharingnya, Di.. baru sempat kubaca keseluruhannya sore ini dari part 1 hingga part 3.
Ya Allah Mbak terharu juga aku. Rasanya ikut kesentil. Berasa amat sombong diri ini yang sebenarnya ga ada apa2nya. Thanks sharingnya mba. Semoga aku dan keluargaku bisa ke sana juga. Amin