Assalammualaikum, lama tak menulis tentang perjalanan umroh tempo hari, kali ini saya akan menceritakan penginapan selama di Mekah dan Madinah. Benarkah yang katanya hotel Bintang 5 di sana tidak seperti Bintang 5 di Indonesia? Benarkah rawan pencurian? Dan sebagainya.
Sebelumnya saya ingin disclaimer terlebih dahulu bahwa pengalaman yang saya tulis bersifat pribadi sehingga bisa saja orang lain merasakan pengalaman yang berbeda.
Saat manasik, Pak ustaz sempat berkata bahwa hotel di Mekah dan Madinah berbeda dengan di Indonesia. Banyak laporan dari jamaah terkait kamar tidak dibersihkan, sabun tidak ditambah kembali, dan sebagainya.
Beliau menyarankan jika hal tersebut terjadi, kami segera memberitahukan ke ustaz atau muthawif sehingga dapat diselesaikan dan dicari solusinya ke pihak hotel. Intinya Pak ustaz meminta agar kami sabar dan tidak membesar-besarkan masalah bila ada hal terkait hotel yang kurang nyaman.
Oke, saya tidak terlalu tinggi berekspektasi mengenai kamar hotel. Bisa tidur tenang, makan teratur, dan jarak dekat dengan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram merupakan beberapa hal yang saya butuhkan. Lainnya, asal tidak parah-parah amat sih ya tidak masalah.
Lain lagi cerita dari Mama saya. Saat dulu beliau naik haji di tahun 2000- an, nasib beberapa jamaah cukup menyedihkan. Ada yang kopernya disilet sehingga uangnya ludes. Intinya terjadi pencurian yang pelakunya diduga merupakan orang hotel. Jadi beliau meminta saya berhati-hati. Uang dan barang berharga jangan di tinggal di kamar. Bahkan saya diminta membawa kaos dalam yang ada resletingnya itu, buat menaruh uang:D
Menginjakkan Kaki di Hotel Movenpick Madinah
Alhamdulillah, saya dan suami menginjakkan kaki di Hotel Movenpick Madinah dini hari. Sampai sana, ada beberapa petugas yang membawa koper kami ke kamar, tapi resepsionis kosong melompong. Terus terang memang baru pertama kalinya saya Sampai di hotel dini hari sehingga tidak pernah mengecek apakah resepsionis hotel selalu kosong pada waktu tersebut.
Kesan pertama adalah jalan di depan dan sekitar hotel sangat sepi. Bahkan hotel-hotel di Jogja tidak sesepi itu jalanannya. Kesan kedua adalah dari segi bangunan luar tidak nampak megah, berbeda dengan hotel-hotel di Indonesia yang arsitekturnya berbeda-beda sehingga memanjakan mata. Hotel di Madinah dari luar tampak seperti apartemen. Bangunan bertingkat dengan banyak kamar.
Ketika memasuki lobi, ruangan tampak bersih dan terang. Lalu saya dan rombongan menaiki lift menuju kamar masing-masing. Kamar kami berada di lantai 4. Nah, jalan dari lift ke kamar berkarpet lho.
Saya membuka pintu kamar. Alhamdulillah sangat memuaskan. Tiga tempat tidur single bed (kami sempat bertanya tentang jumlah bed yang berlebih, takutnya milik jamaah lain yang bertiga sekamar atau yang bawa anak, tapi ternyata tidak, memang ada dua kamar yang jumlah bed nya lebih, salah satunya kamar kami, Alhamdulillah).
Amenities -nya lengkap, ada hairdryer juga di kamar mandi. Kamar kami bahkan ada dapur kecilnya. Shower dan toilet duduknya juga bersih. Sandal juga ada. Lengkaplah.
Oh ya, sewaktu datang, terdapat makanan di meja kamar. Al Baiq, nama yang tertulis di depan kemasan makanan tersebut. Ketika saya buka, kaget banget, isinya ayam crispy dan kentang seperti KFC, tapi isinya luar biasa banyak! Satu kotak berisi 4 potong ayam yang besar-besar, kentang goreng, dan tersembunyi satu hamburger. Saya dan suami sampai berpandang-pandangan, karena terkejut dengan porsinya.
Dengan kata lain, kami mendapat 8 porsi ayam, 2 hamburger, dan berpuluh-puluh kentang goreng. Alhamdulillah, Al Baiq memang baik banget. Ternyata menu tersebut kemakan lho. Sehabis orientasi Masjid Nabawi, perut kami keruyuk-keruyuk. Kadang habis tahajud atau salat asar dan kembali ke hotel, Al Baiq juga menjadi pengganjal perut. Tidak perlu jajan di luar.
Bagaimana dengan pelayanannya? Memang benar, kamar kami tidak dibersihkan. Tapi kami merasa tidak masalah, toh juga tidak kotor sama sekali. Hanya dipakai untuk tidur saja. Pernah sewaktu petugas kebersihan hotel lewat di depan kamar dan ada kami, mereka bertanya apakah kami ingin agar kamarnya dibersihkan? Saya dan suami menjawab tidak.
Setelah itu, mereka bertanya lagi apakah memerlukan sesuatu? Kami pun meminta air mineral, dan sabun. Lalu mereka menawarkan apakah sampahnya dapat diambil? Kami jawab iya.
Hotel Movenpick Madinah letaknya cukup dekat dengan Masjid Nabawi, sekitar 100 meter dari gate 15. Ada jalan tembus langsung lewat mal, selain melalui jalan depan hotel. Saya dan suami lebih sering menggunakan jalan tembus sehingga lebih cepat sampai ke hotel. Pernah juga kami nyasar dan akhirnya berputar lagi mencari arah jalan di depan hotel.
Bagaimana dengan makanannya?
Alhamdulillah cocok. Menu sarapan mirip dengan menu hotel di Indonesia. Ada omelet yang diracik oleh Mas Rohman, chef asli Bandung sehingga rasanya pas (padahal mah omelet ya rasanya sama ya, hehe).
Menu makan siang dan makan malamnya bagaimana? Saat di Hotel Movenpick Madinah, kami pernah memakan terong balado dan sayur pare=D. Suami saya langsung heboh bisa makan pare di Madinah. Pernah enggak ada menu yang enggak cocok? Seingat saya pernah satu kali, saat lauk pauk dan sayurnya bersantan semua, persis masakan Padang. Nah, beberapa orang Jawa belum tentu suka. Tapi kalau saya sih masih oke di lidah.
Hotel Movenpick Mekah, Keajaiban Umroh Kedua
Kenapa saya bilang keajaiban umroh kedua? Jadi ceritanya, kamar di Hotel Movenpick Mekah itu mencar-mencar. Jika di Hotel Movenpick Madinah hampir sebagian besar jamaah dari Nur Ramadhan berada di lantai 4 dan 5 (bahkan kamar saya dan kamar mertua bisa berhadap-hadapan), ketika di Mekah justru sebaliknya.
Sejak pembagian kunci di resto hotel, Pak ustaz sudah mengatakan bahwa lantai berapa dan kamar manapun yang didapatkan merupakan hal yang seharusnya disyukuri. Allah sudah menetapkan kamar tersebut menjadi milik masing-masing penghuninya. Dengan begitu, beliau secara tidak langsung menyampaikan agar tidak ada yang protes meski misalnya berjauhan dengan keluarganya, dan sebagainya.
Qodarullah, saya dan suami mendapat kamar di lantai 17. Sedangkan ibu mertua dan kakak ipar di lantai 21. Yang mencengangkan adalah keadaan kamarnya. Saat saya pertama kali membuka pintu kamar, masyaallah, saya terperangah.
Kaget luar biasa kok besar sekali kamarnya? Bahkan untuk ukuran hotel bintang 5 yang pernah saya tempati, saya belum pernah menginap di kamar yang sebesar ini. Sebenarnya pernah satu kali saat di Jakarta, meski kondisi kamar dan perabotannya nampak lebih baru yang di Mekah.
Setelah membuka pintu, saya melewati lorong yang di sebelah kirinya terdapat kamar mandi. Di dalamnya terdapat toilet duduk, wastafel, tapi tanpa shower. Lalu ada lemari besar yang tinggi menjulang. Kemudian di hadapan saya tergelar karpet.
Di karpet tersebut berdiri sebuah sofa sedang, lengkap dengan meja tamu. Lalu di seberangnya, saya melihat sebuah meja makan dengan empat kursi. Di depan meja makan, terdapat kitchen set yang cukup besar, lengkap dengan wastafel. Kemudian di belakang meja makan, terdapat sebuah televisi, satu sofa besar dan dua sofa kecil, serta satu meja rendah.Di seberang kanan kitchen set terdapat meja tinggi beserta kursi, dan kaca rias. Lalu lorong pendek terhampar di hadapan.
![dining room movenpick makkah](https://ismyama.com/wp-content/uploads/2019/03/dining-room-movenpick-makkah.jpg)
![ruang keluarga movenpick mekah](https://ismyama.com/wp-content/uploads/2019/03/ruang-keluarga-movenpick-mekah.jpg)
Di kiri lorong terdapat kamar mandi dengan toilet duduk, wastafel dan shower. Lalu di sebelah kanan lorong, terdapat sebuah pintu yang ternyata menuju kamar utama. Amenities kamar mandi utama ini lengkap, mulai dari pasta gigi dan sikat gigi, shower cap, shower gel, shampo, serta body lotion.
Masyaallah kamarnya juga luas dan empuk banget kasurnya. Di dalam kamar terdapat sebuah meja rias dan kursi, dua buah meja bed, dan sebuah lemari yang berisi kimono berbahan handuk, dan sandal hotel. Jendela kamar begitu luas karena berupa kaca yang menghadap ke arah Masjidil Haram. Masyaallah, Allahuakbar! Sama seperti pemandangan di ruang keluarga, dinding sekitarnya berupa kaca yang langsung menghadap pemandangan kota Mekah di sekitar Masjidil Haram.
Lalu dimana letak keajaiban umroh nya?
Awalnya, saya mengira semua jamaah mendapat kamar yang sebesar ini. Sampai saya berpikir ini travel umroh kaya banget ya bisa ngasih kamar super besar buat 45 orang. Bayangin per kamar harganya berapa? Padahal kami berada di Mekah selama 5 hari.
Ternyata, tidak demikian. Koper suami saya sempat tertukar dengan koper mertua. Suami mengambil koper tersebut ke kamar mertua. Lalu saat bertemu, dia bilang bahwa kamar mertua tidak seluas kamar kami. Lebih luas dari kamar di Madinah, tapi hanya ada satu ruangan yaitu kasur yang berisi perabotan lainnya. Serta kamar mandi tentunya. Tidak seperti kami yang lengkap ada meja makan, ruang tamu, sampai ruang keluarga.
Pak Suami penasaran, jangan-jangan kami salah kamar? Beliau mencari denah Hotel Movenpick dan menemukan fakta yang mengejutkan. Dari sekian banyak lantai dan sekian banyak kamar, hanya kamar kami dan sebelah kami yang seluas itu. Kamar kami ibarat terletak di hook sehingga lebih luas.
Yang lebih mengejutkan lagi, di samping kasur terdapat telepon yang ada layarnya. Nah, di layar tertulis welcome Mr. Xxx dan Mrs. Xxx. Yang tertulis di sana bukan nama kami, melainkan nama salah satu jamaah di travel umroh yang sama.
Apakah kamar kami tertukar? Tidak, sejak di Madinah, nomor kamar untuk hotel di Mekah sudah ditulis di koper saya. Nomor tersebut pula yang tercatat di ustaz sehingga kunci kamarnya diberikan ke saya. Masya allah ada apa ini? Allah benar-benar melapangkan tempat kami beristirahat kala di Mekah.
Saya tidak tahu pasti, sebenarnya dari “kebaikan kecil” yang mana yang membuat kami mendapat rezeki seindah ini saat di Mekah. Bisa saja karena hal lain yang mungkin tidak kami sadari. Itulah mengapa di Al Quran tertulis bahwa kebaikan sebesar zarrah pun akan dibalas oleh Allah.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. Az Zalzalah: 7-8).
“(Lukman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman: 16).
Jika belum dibalas di dunia, maka akan dibalas di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman, (yang artinya), “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan” (QS. Al Anbiya’: 47).
Apakah Allah membalas “kejahatan kecil” saya? Iya banget, hiks. Bahkan terjadi saat itu juga. Kejadiannya seperti apa? Nanti akan saya tulis di keajaiban umroh part 3. Kali ini bikin saya tersentil dan menangis.
Menu Movenpick Mekah yang Membuat Perut Menggendut
![restoran movenpick makkah](https://ismyama.com/wp-content/uploads/2019/03/restoran-movenpick-makkah.jpeg)
Oke, kita kembali ke Hotel Movenpick Mekah ya. Saya ingin membahas menu makanannya. Menurut saya makanan di Movenpick Mekah sama enaknya. Makanannya juga lengkap, mulai dari menu sup, appetizer, main dishes, hingga dessert yang beragam.
![menu restoran movenpick mekah](https://ismyama.com/wp-content/uploads/2019/03/menu-restoran-movenpick-mekah.jpg)
Perut saya sampai gendut banget. Karena selalu makan dengan lengkap. Kue-kue manisnya banyak banget. Buah juga lengkap. Yang paling saya sukai adalah puding lembut berwarna kuning (sepertinya susu karamel gitu), dan makanan khas Arab yaitu Om Ali (semacam puding roti tapi disajikan hangat).
Pilihan minumannya juga banyak. Selain jus, infused water, air putih, kopi, Hotel Movenpick Mekah juga menyediakan berbagai pilihan teh. Bila di Madinah saya sering menyeduh teh mint, maka di Mekah saya sering menyeduh teh chamomile. Aroma herbal dan rasa dedaunannya begitu menenangkan saya.
Oh ya, yang agak berbeda dari Movenpick Madinah adalah, tempat parkir busnya agak susah, karena berada di basement yang tidak terlalu luas. Jadi, bus tidak bisa parkir terlalu lama agar tidak menghalangi lalu lintas di jalan basemen. Oleh karena itu, kami harus selalu siap saat akan berangkat ke suatu tempat menggunakan bus, atau sehabis turun dari bus. Bahkan saya harus menahan BAK agar tidak ketinggalan bus. Alhamdulillah di dalam bus ada toiletnya.
Secara garis besar, saya sangat puas dengan Hotel Movenpick yang kami tempat. Dari 5 bintang saya beri nilai 5 lah. Alhamdulillah tidak ada kendala berarti. Semua fasilitas yang kami dapatkan lebih dari cukup.
![Nih buat jajan](https://d4xyvrfd64gfm.cloudfront.net/buttons/default-cta.png)
Wiiihh…keren mbak Dian pengalamannya. Salam kenal. Ngomong2 masalah kamar hotel di Tanah Suci, intinya jangan over-estimate, walaupun kita sudah beli paket umroh Bintang 5, karena kualitas kamar emang beda2 walaupun di 1 hotel yg sama, dan tergantung available stock. Kita lbh baik mengedapank rasa ikhlas utk smua fasilitas yg kita trima disana, krn smuanya pasti ada balasannya. Ada temen saya dapet hotel kurang baik di Mekkah, eh pas pulangnya dapet seat Business Class di pswtnya….