One Day Trip to Dieng

Facebooktwitterredditmail

Siapa sangka saya mendapatkan kesempatan untuk eksplor Dieng lagi. Kali pertama datang bersama suami dan anak di acara Jazz di Atas Awan dan Ruwatan Rambut Gimbal. Kali kedua datang bersama teman-teman blogger dan videografer undangan dari Dinas Pariwisata Banjarnegara. Lalu beberapa hari yang lalu, saya ke Dieng bersama rekan-rekan dosen dan tenaga kependidikan dari Fakultas MIPA Universitas Pakuan.

Rundown acaranya sih tiga hari, tapi 90% hari pertama dan ketiga di perjalanan. Dengan kata lain, keliling Diengnya dimaksimalkan di hari kedua. Penasaran kami kemana saja? Lanjut baca ya.

Sebagai informasi, tempat wisata dari kampus tuh rata-rata belum pernah saya datangi. Makanya saya cukup tertarik untuk tetap ikut ke Dieng meskipun sudah dua kali ke sana.

Best Sunrise in Watu Angkruk

Dieng watu angkruk

Pagi-pagi buta pukul 4.oo wib kami sudah siap menaiki shuttle bus menuju Watu Angkruk untuk melihat matahari terbit. Area Watu Angkruk dibuat sedemikian rupa agar wisatawan nyaman berjalan menuju lokasi untuk menikmati sunrise. Jadi para senior atau lansia enggak perlu khawatir dengan jalan menanjak, karena lansia friendly.

Matahari terbit dieng

Sesampainya di Watu Angkruk, saya dan teman-teman menunggu sejenak sampa akhirnya matahari benar-benar terbit di depan mata. Pemandangan Sindoro-Sumbing tampak dari kejauhan, menambah indah sunrise. Udara dingin menembus jaket, tapi hangatnya sinar matahari menangkal rasa dingin tersebut.

Matahari terbit di dieng

Meskipun tidak ada awan-awan yang terlihat (seperti ketika berada di ketinggian di atas awan), tapi saya cukup puas dengan sunrise di sini. Selain background Sindoro-Sumbing, para wisatawan bisa berfoto dengan berbagai background lainnya. Misalnya saja duduk di rembulan atau jari tangan yang berasal dari eceng gondok.

Jembatan kaca watu angkruk
Spot foto favoritku

Atau menaiki jembatan kaca dan berpose di sana. Sungguh, semua fotonya indah! Fasilitas di area Watu Angkruk juga cukup lengkap, yaitu ada toilet dan restorannya. Jadi, sahabat ismi bisa banget lanjut sarapan di sini.

Menyegarkan Diri dengan Air Abadi di Situs Tuk Bima Lukar

Mata air abadi

Saya sama sekali enggak tahu kalau ada sumber air abadi di Dieng. Saya kira mata air yang tak pernah habis hanya ada di Mekkah. Ternyata Dieng juga punya. Situs purbakala ini menyimpan kisah legenda pewayangan Sang Bima.

Tuk bima lukar dieng

Kini, legenda menganggap siapa saja yang membasuh muka, atau bersih-bersih diri dengan air dari Tuk Bima Lukar akan menjadi awet muda. Saya sih enggak percaya dengan keyakinan tersebut, tapi penasaran dengan kesegaran air tersebut.

Saya pun membasuh muka, dan ternyata airnya dingin dan jernih. Jadi pingin minum deh, hehe. Oh ya, di dekat tempat air mengalir, terdapat semacam gapura dari batu. Selain itu juga ada tumpukan batu lainnya yang berwujud seperti candi.

Mengagumi Wisata Alam Batu Pandang Ratapan Angin

Pernahkah sahabat ismi melihat foto viral seseorang sedang berdiri atau duduk di atas sebuat batu dengan pemandangan Telaga Warna dan Telaga Pangilon? Vibes -nya kayak di Raja Ampat gitu. Nah, ternyata keindahan panorama tersebut berasal dari wisata alam Batu Ratapan Angin. Enggak percaya? Cek langsung foto ini!

Telaga warna

Untuk sampai ke spot tersebut, sahabat ismi memang harus berjalan kaki dan menaiki beberapa anak tangga. Tapi jangan khawatir, enggak terjal kok. Saya sih agak deg-degannya ketika proses pengambilan foto karena angin cukup kencang. Takut bakal kejengklang ke bawah, yang notabene adalah jurang, hiks.

Telaga warna dieng

Spot foto Batu Ratapan Angin tuh berada di area perbukitan Telaga Warna. Yup, telaga yang terkenal dengan cerita rakyatnya. Satu dari sekian cerita rakyat Jawa Barat yang saya sukai. Sesuai namanya, air di Telaga Warna berwarna-warni. Setidaknya ada tiga warna yaitu biru, hijau dan putih.

Spot foto di batu ratapan angin
Bunganya cakep banget. Tapi yang hebat yang motret dari pihak travelnya

Selain spot Batu Ratapan Angin, masih ada beberapa spot lainnya. Entah dengan latar tulisan merah yang berbunyi Batu Ratapan Angin, atau di antara bunga-bunga. Tempat wisata ini termasuk favorit saya karena bisa nongkrong di warung. Kalau sahabat ismi ke sini, cicipilah gorengan tahu, tempe kemul, dan pisang gorengnya, hmm yummy! Jangan lupa pesan teh hangat atau kopi panas. Pas banget dinikmati untuk menghangatkan diri dari udara dingin Dieng.

Berjalan Di Antara Asap Belerang di Kawah Sikidang

Setelah puas berfoto di Batu Ratapan Angin, kami menuju Kawah Sikidang. Saya terakhir ke sini tahun 2017, sekitar 7 tahun yang lalu. Tebak, banyak yang berubah! Area parkir sudah lebih tertata, dan ada jembatan kayu sepanjang jalan menuju Kawah Sikidang. Kalau dulu, wisatawan harus berjalan kaki di antara batu-batu, sekarang semuanya berjalan di atas jembatan.

Belerang kawah sikidang

Kalau dulu masih ada kuda yang bisa dinaiki di Kawah Sikidang, kini tidak ada lagi. Kalau dulu wisatawan masih bisa merendam telur langsung di air panas kawah, sekarang tidak boleh. Area kawah dibatasi dengan pagar dari jembatan, agar pengunjung tidak asal masuk sehingga meminimalkan terjatuh ke kawah berisi air panas belerang.

Wisata kawah sikidang

Di sepanjang jembatan, para penjual oleh-oleh berjejer. Ada yang menjajakan makanan matang seperti kentang khas Dieng (kentang kecil-kecil) yang sudah direbus, jagung manis rebus, hingga makanan dan minuman olahan seperti keripik dan minuman carica.

Yang tak kalah khas dan menurut saya harus dibeli adalah sabun belerang serta kopi purwoceng (penambah stamina pria). Sabun belerangnya tersedia dalam bentuk batangan dan sabun cair. Harganya juga masih terjangkau yaitu 20 ribu rupiah.

Menelusuri Sejarah Kerajaan Mataram di Kompleks Candi Arjuna

Wisata rekomendasi dieng

Siapa yang suka pelajaran sejarah? Tos dulu yuk! Waktu SMP, dan SMA, saya paling suka sejarah. Menurut saya seru banget bisa mengetahui kehidupan orang-orang di zaman dulu. Bagaimana mereka berinteraksi, bagaimana keseharian mereka, dan sebagainya. Makanya ketika berwisata, saya selalu menyempatkan mengunjungi museum. Termasuk peninggalan orang zaman dulu seperti candi-candi atau bangunan kuno.

Candi arjuna dieng banjarnegara
Ada aja gayanya 5 sekawan ini:D

Di Dieng, kompleks Candi Arjuna sangat terkenal. Bagaimana tidak, lokasinya yang berada di ketinggian, membuatnya terlihat lebih syahdu. Kali kedua saya ke Candi Arjuna, sedang gerimis, dan beneran syahdu. Kali ketiga saya ke sana, matahari sedang terang-terangnya, tapi vibesnya tetap saya bikin merinding.

Candi arjuna

Selain Candi Arjuna, di kompleks ini juga terdapat Candi SemarCandi SrikandiCandi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Total ada lima candi. Perlu diketahui bahwa Dieng sendiri sebenarnya berada di 3 kabupaten yaitu Wonosobo, Banjarnegara, dan Batang. Nah, kompleks Candi Arjuna ini berada di kabupaten Banjarnegara.

Gimana menurut sahabat ismi, apakah one day trip ke Dieng sudah memuaskan? Menurut saya sih yes! Tapi kalau punya kesempatan ke Dieng naik kereta dari Jabodetabek, lebih baik minimal 3 hari di sini. Sahabat ismi bisa melihat matahari terbit atau terbenam di Sikunir, dan Gunung Prau. Menurut saya sih lebih enak ke Dieng saat sepi (bukan tanggal merah), atau bukan saat ada festival Jazz dan rabut gimbal. Karena kalau ke Dieng pas ramai, haduh area wisatanya penuh orang.

Jadi, kapan kamu ke Dieng?

(Visited 8 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

Leave a Reply

Your email address will not be published.