Teknologi Pembersih Sampah yang Berkelanjutan: Sungai Bersih, Manusia Selamat dari Mikroplastik

Facebooktwitterredditmail

“Manusia membutuhkan perairan untuk kehidupannya, tetapi mengapa mereka juga yang merusaknya dengan timbunan sampah?”

Apa jadinya bila berton-ton sampah dibuang ke sungai dan terbawa sampai laut? Bukan hanya sungai menjadi berbau menyengat, tapi juga alirannya macet, dan warga tidak lagi dapat memanfaatkan air sungai. Nasib laut lebih tragis. Ekosistem bawah laut terancam punah karena banyaknya sampah. Penyu dan hewan laut ditemukan tersangkut plastik, bahkan memakan plastik.

Kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk menjaga kebersihan adalah penyebab utamanya. Meskipun mereka sudah tahu dampak membuang sampah sembarangan, nyatanya tetap saja sungai dan laut kotor oleh sampah. Kurangnya solusi efektif pengelolaan sampah oleh pemerintah turut menyumbang carut marut polusi plastik di lautan.

Menurut Meijer, et al. (2021) lebih dari seribu sungai di seluruh dunia bertanggung jawab atas 80% polusi plastik di laut. Karena banyaknya sampah plastik yang masuk ke laut di Indonesia, pembersihan air permukaan pantai harus menjadi fokus utama sebelum plastik tertelan oleh makhluk laut.

Sungai bukan hanya mengangkut sampah plastik dari sumbernya ke laut, tetapi sampah plastik memiliki kemungkinan besar untuk mengendap atau terperangkap di sungai dan berdampak negatif terhadap lingkungan. Aliran sungai tidak lagi lancar, dan warnanya menjadi cokelat. Sungai-sungai yang tadinya dapat dimanfaatkan warga untuk sumber air jernih, kini tidak bisa karena sudah terkena polusi sampah.

Berdasarkan penelitian oleh van Emmerik et al. (2019) menyatakan bahwa 2,1 juta ton sampah plastik per tahun diangkut dari darat ke laut di Jakarta, yang merupakan 3% dari sampah plastik tahunan yang tidak dikelola dengan baik. Selain itu, Cordova dan Nurhati (2019) menemukan bahwa sampah plastik dari ibu kota yang masuk ke Teluk Jakarta 1,3 ± 0,3 kt/tahun secara signifikan lebih rendah daripada sampah dari kotamadya tetangganya.

Penelitian lain oleh Sari M. M., et al. (2022), yang memperkirakan jumlah sampah plastik menggunakan basis data Data Terbuka Jakarta, didapatkan hasil bahwa plastik terdiri dari sekitar 74% sampah antropogenik di sungai dan 87% di fasilitas penampungan.

Di hilir, produksi plastik sungai sedikit meningkat. Sekitar 9,9 gram sampah plastik per hari dibuang ke air permukaan Jakarta selama musim hujan dan diambil kembali oleh bom apung. Namun demikian, sistem pembersihan dengan bom apung belum efektif.

Bom apung atau sering disebut sebagai kubus apung bermanfaat untuk menahan sampah agar tidak sampai ke bibir pantai. Kubus apung biasanya disusun berjajar membentuk jembatan sehingga sampah tertumpuk di sekitar kubus dan mudah diambil oleh petugas kebersihan.

Tahukah Anda bahwa Indonesia punya pemuda bangsa yang berhasil menciptakan teknologi untuk menanggulangi sampah? Teknologi inovatif ini bernama “The Ganers, Kapal Pembersih Sampah”. Pemuda berusia 22 tahun ini bernama Idham Aulia. Idham menerima Anugerah SATU Indonesia Awards Nasional.

Idham dan empat temannya adalah mahasiswa jurusan Teknologi Kelautan di Institut Teknologi Surabaya (ITS). Mereka menyadari bahwa sampah di perairan dangkal seperti di sungai-sungai di kota besar, tidak dapat ditangani dengan kapal tanker besar. Oleh karena itu, Idham dan timnya mendesain The Ganers (Garbage Cleaner Ship) yang bisa menjangkau posisi-posisi sulit di perairan dangkal.

Diharapkan kapal ini dapat mengangkat dan mengolah sampah di perairan dangkal di seluruh Indonesia sehingga dapat menyelesaikan masalah pencemaran akibat sampah. Teknologi inovatif ini bukan hanya solusi jangka pendek, melainkan akan bermanfaat dalam jangka panjang.

Karena Indonesia menyumbang sampah plastik terbanyak kedua di dunia, sampah plastik di Indonesia harus dianggap sebagai masalah darurat. Setiap hari, masih banyak warga negara Indonesia yang membuang sampah sembarangan. Pekerjaan rumah terkait pengelolaan sampah juga harus dibereskan. Oleh karena itu, selama pemerintah pusat membenahi sistem tata kelola sampah, pemerintah daerah dapat memanfaatkan The Ganers.

Teknologi pembersih sampah

Jika setiap perairan dangkal di Indonesia menggunakan The Ganers untuk menangkap sampah, maka semakin sedikit sampah plastik yang menuju laut. Semakin sedikit mikroplastik yang tertelan oleh hewan laut, maka semakin sejahtera kehidupan bawah laut. Dan manusia juga semakin terlindungi dari partikel plastik kecil yang sering ditemukan di dalam saluran pencernaan hewan, terutama ikan.

Sebagai informasi, keberadaan mikroplastik di dalam seafood dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan bagi manusia. Potensi toksik akibat mikroplastik antara lain dapat menyerang saluran pencernaan, hati, saraf, hingga sistem reproduksi manusia. Jadi jangan heran jika makin banyak anak muda yang terkena penyakit. Salah satunya akibat dari paparan mikroplastik tadi.

Oleh karena itu, kita perlu mendukung karya anak bangsa yang berfokus pada solusi jangka panjang ini. Dengan kata lain, teknologi The Ganers merupakan karya berkelanjutan yang kelak manfaatnya dapat dirasakan oleh generasi di masa depan.

Referensi:

Basri K, S., K, B., Syaputra, E. M., & Handayani, S. (2021). Microplastic Pollution in Waters and its Impact on Health and Environment in Indonesia: A Review. Journal of Public Health for Tropical and Coastal Region, 4(2), 63-77. https://doi.org/10.14710/jphtcr.v4i2.10809

Cordova M.R., et al. (2019). Major sources and monthly variations in the release of land-derived marine debris from the Greater Jakarta area, Indonesia. Sci. Rep.

Sari M. M., et al. (2022). Plastic pollution in the surface water in Jakarta, Indonesia. Marine Pollution Bulletin, 182, https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2022.114023.

(Visited 13 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

Leave a Reply

Your email address will not be published.