Rumah Vaksin Depok. Assalamualaikum bagaimana kabarnya setelah hampir 3 minggu #dirumahaja? Akhirnya kemarin saya ke indomaret dekat rumah, karena harus transfer ke Shopee beli booster ASI. Pulangnya langsung ganti baju, mandi, bebersih diri pokoknya. Baru pegang bayi. Nah, tadi pagi untuk pertama kalinya keluar agak jauh, yaitu mau imunisasi bayi.
Seharusnya Bintang imunisasi di usia 4 bulan saat tanggal 4 Maret 2020 kemarin. Sayangnya akhir Februari dia malah demam dan batuk pilek. Jadi saya ke dokter anak buat periksa dan mendapatkan resep penurun panas, anti alergi dan untuk batpil nya. Imunisasi terpaksa ditunda hingga Bintang sembuh. Setelah itu, malah wabah corona masuk ke Indonesia. Tambah parno dan belum jadi ke rumah sakit.
Awal-awal anak-anak sekolah di rumah, pengasuh Bintang resign. Lalu rewang yang satu lagi malah pulang kampung ngurus KK untuk pendaftaran anaknya masuk SMP. Padahal di rumah lagi repot-repotnya dan masa adaptasi karena corona.
Pak Suami juga sempat demam di hari Senin, hari pertama anak-anak sekolah di rumah. Driver rumah sudah demam sehari sebelumnya, linu-linu pula. Saya makin parno. Ditambah Bintang rewel pol selama dua hari. Ternyata di hari ketiga dia demam lagi. Masyaallah luar biasa rasanya. Saya juga kelelahan. Kurang tidur dan banyak pikiran. Sama sekali enggak kepikiran untuk menyelesaikan imunisasi yang tertunda.
Alhamdulillah tiga minggu kemudian semua membaik. Bintang hanya demam satu hari saja. Suami juga demam sehari saja dan Selasa nya langsung work from home sampai hari ini. Rewang pengganti juga sudah dapat. Doakan ya bisa betah dan baik sama anak-anak. Makanya begitu masa adaptasi sudah selesai, saya mulai mencari informasi klinik atau bidan dekat rumah yang bisa imunisasi.
Sebelumnya saya sempat bertanya ke seorang teman yang berprofesi sebagai dokter. Apakah saya perlu membawa Bintang untuk imunisasi di rumah sakit seperti biasanya? Ternyata dia melarang karena di rumah sakit terlalu banyak pasien. Pasti akan bertemu banyak orang yang bisa saja salah satunya adalah carier corona. Hiks. Apalagi Depok masuk kasus positif corona tertinggi kedua setelah Jakarta.
Barulah beberapa hari yang lalu, saya bertanya di Whatsapp grup Blogger Depok City tentang tempat imunisasi selain RS. Mbak April blogger pemilik keluargahamsa.com mengatakan ke Rumah Vaksin Sawangan saja. Wah, alhamdulillah mendapat pencerahan. Ia memberitahukan bahwa harus janjian dulu. Mbak April juga memberikan nomor Whatsapp rumah vaksin kepada saya.
Saya langsung menulis pesan dan menanyakan apakah rumah vaksin masih buka? Ternyata tutup bo! Sesuai himbauan di kala corona. Tapi rumah vaksin akan mulai buka lagi pada tanggal 28 Maret 2020. Yeay, alhamdulillah! Saya langsung mendaftar untuk hari Minggu, 29 Maret 2020.
Sebelumnya, saya diberi list yang harus dipatuhi oleh pasien. Apa saja tata tertibnya?
Tata tertib pelayanan Rumah Vaksinasi Sawangan dalam kondisi waspada penularan Covid 19.
1. Pasien diharapakan konfimasi satu hari sebelum kedatangan, untuk dimasukan dalam kuota antrian.
2. Antrian akan dibuat dalam sesi perjam ( antrian dalam 1 jam maksimal 6 pasien)
3. Sementara Pemeriksaan pasien akan dilakukan lebih sederhana untuk meminimalisir kontak (diharapkan pasien membawa perlak, bedong, kain atau disposable underpads sendiri untuk alas steril saat dilakukan pemeriksaan)
4. Saat pasien diperiksa dalam ruangan dokter, antrian Pasien selanjutnya yang boleh menunggu di ruang tunggu hanya diperkenankan satu pasien saja.
5. Pasien hanya boleh ditemani satu pengantar dengan syarat sehat (tidak demam, tidak batuk, tidak pilek. Betul betul dalam kondisi sehat)
6. Semua yang akan masuk kedalam Rumah Vaksinasi Sawangan, akan dilakuakan pengecekan suhu tubuh, diharuskan mencuci tangan.
7. Jika ada pasien yang datang tanpa konfirmasi, hanya dapat di terima setelah antrian pasien dengan konfirmasi selesai
8. Pelayanan akan berlangsung, hanya jika kita semua menaati peraturan ini.
Masyaallah luar biasa ketat kan? Saya jadi ayem mau imunisasi. Pembayaran juga enggak bisa cash atau debet. Jadi hanya melayani via transfer BCA atau Mandiri.
Pengalaman Imunisasi di Rumah Vaksin Depok
Saya memilih untuk imunisasi pukul 10.00-11.00 sehingga mama Bintang juga terdaftar pada jam tersebut. Lokasi Rumah Vaksin Sawangan lumayan jauh sih dari rumah, sekitar 12 km. Tapi karena sedang ada corona, jalanan sangat lengang. Mirip jalanan Jogja tempo dulu yang belum macet.
Enggak sampai setengah jam, saya sudah sampai di Rumah Vaksin Depok. Eh, si bayi malah ketiduran di mobil. Jadi yang turun buat menaruh antrian (berupa buku bayi) adalah driver saya. Tentu saja ia memakai masker ketika turun dari kendaraan. Setelah nama Bintang dipanggil, baru deh saya turun bersama bayi. Pendamping bayi hanya satu orang yaitu saya, sesuai tata tertib Rumah Vaksin Depok.
Saya lupa membawa masker, hiks. Untung di laci kursi mobil nemu masker satu. Langsung dipakai deh.
Sesampainya di depan pintu masuk, saya ditanya atas nama bayi siapa. Begitu saya jawab Bintang, baru dibolehkan masuk karena memang sudah antriannya Bintang. Sebelumnya saya dicek dulu suhu badannya. Alhamdulillah 36,5 derajat, tidak demam. Bintang juga dicek suhu ya yaitu 36 derajat. Saya diberi hand sanitizer untuk cuci tangan. Lalu disempeot desinfektan di badan bagian depan dan belakang.
Kemudian Bintang ditimbang berat badannya. Alhamdulillah naik 500 gram dibanding bulan lalu. Padahal usia 4 bulan berat badan Bintang enggak naik sama sekali. Saya sampai sedih dan deg-deg an. Setelah selesai ditimbang, saya diminta menunggu di sebuah kursi panjang.
Oh ya, saya mau cerita penampilan dua orang tenaga kesehatan yang ditemui di Rumah Vaksin Depok. Mereka menggunakan APD lengkap mulai dari masker, sarung tangan, penutup kepala, penutup mata, dan sepatu boot. Sedihnya, baju APD nya dari jas hujan. Hiks. Saya memang beberapa kali mendapat informasi dan sempat melihat foto nakes yang terpaksa memakai jas hujan sebagai APD. Tapi baru kali ini saya melihat langsung dan hati terasa teriris.
Setelah bayi sebelum Bintang selesai, masuklah Bintang ke ruang praktik dokter. Di sini saya tidak boleh memotret atau memvideo apapun. Padahal tadinya mau motret Bintang pas diimunisasi. Ya gapapa deh, harus taat dengan peraturan, bukan?
Bu dokter membaca buku kesehatan Bintang dan mempersiapkan vaksin apa saja yang akan di suntikan. Seharusnya Bintang diimunisasi sebulan lalu untuk Dpt+Hib+Hepatitis B+Polio 2, PCV 2, dan Rotavirus 2. Ternyata rotavirus nya enggak bisa diberikan karena sudah tidak terkejar. Seharusnya Rotavirus 2 diberikan maksimal 15 minggu sejak rotavirus 1. Huaa, saya baru tahu dan enggak ngeh ada tulisan tersebut di bawah tabel imunisasi IDAI. Mewek deh, tapi mau bagaimana lagi. Sama aja enggak efektif kalau nekat diberikan.
Jadilah Bintang menerima 2 suntikan karena yang DPT, HIb, Hepatitis B, dan Polio sudah menjadi satu sediaan combo. Bintang menggunakan merek Infanrix. Bintang disuntik di paha kanan dan kiri. Ia menangis sesaat lalu saya gendong. Alhamdulillah prosesnya cukup cepat.
Kemudian saya keluar ruang praktik dokter dan mendapatkan kuitansi pembayaran. Ternyata enggak bisa bayar menggunakan debet. Jadilah saya harus telepon suami untuk transfer via e-banking. Eh suami enggak mengangkat telepon. Untung nakesnya baik dan saya diizinkan transfer di ATM terdekat.
Setelah semuanya selesai, saya langsung menuju ke mobil dan pulang. Senang sekali rasanya karena imunisasi biasanya tidak secepat ini. Biasanya saya harus antri di rumah sakit meskipun sebelumnya sudah mendaftar online. Mungkin di Rumah Vaksin Depok juga lebih cepat karena dibatasi hanya 6 orang per jam semenjak ada corona.
Buat ibu-ibu dengan bayi seperti saya, tentu tata tertib tersebut sangat membantu. Saya tidak takut membawa bayi untuk diimunisasi. Saya juga tidak perlu bertemu banyak pasien. Bahkan saya tidak memegang uang tunai atau kartu debet yang berpotensi dihinggapi virus.