Garda healthtech untuk perempuan-perempuan tangguh di sekitarku. Perempuan yang memastikan keluarganya sehat dan terlindungi.
Dari Tangan Perempuan, Tercipta Hidangan Sehat dan Lezat Selama Ramadan
“Yan, bangun!” suara bass seseorang terdengar di telingaku. Pelan-pelan aku membuka mata dan melihat sosok laki-laki berambut putih di hadapanku. Aku memanggilnya Papa.
Setelah melihat anak perempuannya membuka mata, ia bergegas menuju musola rumah kami. Tangannya yang penuh keriput membuka sebuah mushof dan ia mulai melantunkan ayat-ayat yang tertulis di dalamnya.
Aku berjalan dengan gontai sambil mengucek-ucek mata. Pandanganku berkeliling, mencari sesosok perempuan yang kupanggil Mama. Ketemu! batinku.
Perempuan paling cantik di rumah ini berdiri di depan kompor. Ia sedang mengaduk sayur-sayuran di dalam sebuah panci. Selesai mengaduk, ia mematikan kompor. Kemudian Mama melangkahkan kaki ke meja makan, merapikannya. Tangannya lincah mengelap meja, menata buah, dan tentu saja menaruh piring, serta sendok.
Setelah itu, ia berjalan menuju sebuah meja kecil berisi wadah susu. Ia menuang dua sendok susu, lalu memencet air panas bergantian dengan air dingin di dispenser.
“Ayo, makan. Bentar lagi mau imsak,” katanya ketika melihatku.
Aku menuju meja makan dan melihat piring kedua adikku hampir bersih. Rupanya, tersisa aku dan Papa saja yang belum sahur.
Sore harinya, sepulang aku kerja, Mama sudah sibuk mondar mandir dapur – meja makan.
” Yan, cepet ganti baju, terus bantu Mama,” begitu katanya begitu melihatku masuk rumah.
Aku bergegas menuju kamar, memutar kunci, membuka lemari dan memilih baju rumah yang nyaman. Meskipun lemas karena lelah bekerja sambil berpuasa, aku tetap melangkahkan kaki menuju dapur.
” Aku bantu apa nih, Ma?” tanyaku.
“Kupas buah terus dipotong-potong. Masukkan ke wadah bening terus tambahkan sirup, air dingin dan es batu,” jawab Mama.
Makanan sahur dan berbuka keluargaku selalu lengkap dan bergizi. Selain ada karbohidrat, pasti ada lauk pauk yang bervariasi. Mama juga selalu memasak sayur dan memastikan kami memakan buah baik dalam bentuk aslinya maupun sudah diolah.
Lain waktu, menjelang lebaran, pagi-pagi Mama sudah belanja bahan-bahan untuk memasak makanan khusus hari raya. Saat aku membuka mata dan menuju ruang keluarga, mataku menangkap daun kelapa yang siap dibentuk menjadi ketupat.
Di dapur, aku melihat kentang, kacang panjang, kentang, rempelo ati, ayam, daging sapi, santan, cabai, bumbu pawon, dan aneka bumbu dapur lainnya.
Mama siap memasak opor ayam, rendang, sambal goreng ati, sambal asam, hingga sayur ketupat.
Tangannya gesit mencuci semua protein dan sayur. Ia juga mengupas banyak bawang putih dan bawang merah. Bagianku adalah memotong kacang panjang, kentang, dan memasukkan beras yang sudah dicuci ke dalam daun ketupat.
Papa sudah menyiapkan panci terbesar yang diisi air. Papa mulai menyalakan kompor agar air segera mendidih dan ketupat-ketupat yang sudah diisi beras bisa langsung dimasukkan ke panci tersebut.
Pemandangan yang paling epik menjelang lebaran adalah saat Mama memasak sambal asam khas Bangka Belitung. Sambal asam berisi bawang-bawangan, cabai, udang, dan ebi. Proses memasak sambal asam cukup lama, berjam-jam lamanya. Mama harus menahan lelah berdiri di depan kompor sambil mengaduk wajan berisi sambal asam porsi besar.
Semua kerepotan Mama terbayar dengan senyum sumringah yang tersungging di wajah seluruh anggota keluargaku. Meskipun masakan lebaran biasanya hanya tahan selama kurang lebih dua hari, tapi rasa lezatnya masih terbayang hingga kini.
Selama ramadan, Mama tak hanya memikirkan menu sahur dan berbuka di rumah kami. Mama juga tetap tarawih ke masjid bila tidak sedang capek, dan tilawah mengejar khataman Al- Qur’an.
Bisa dibilang, Mama adalah pahlawan selama ramadan. Kalau tidak ada Mama, mungkin kami makan sahur dan buka dengan membeli lauk di luar yang belum tentu bersih dan lengkap gizinya.
Itulah kenangan indah saat aku masih single dulu. Sejak kecil, remaja, hingga dewasa, aku selalu menikmati ramadan di rumah orang tua. Sama sekali enggak pernah berpuasa di kota lain.
Kini, Mama sesekali masih memasak saat anak-anaknya pulang ke Jogja saat ramadan. Tapi kesehatan Mama tidak sebagus dulu. Ia sempat jatuh di kamar mandi, yang mengakibatkan lututnya terluka dan menjadi sakit.
Ramadanku Setelah Menikah dan Merantau, Kesehatan Keluarga Ada di Tanganku
Setelah menikah, ternyata takdir membawaku merantau. Sungguh, berpuasa ramadan tanpa Mama cukup berat. Yang biasanya tinggal makan, jadi enggak bisa gitu lagi.
Mau enggak mau, aku harus bangun lebih awal. Memasak atau menghangatkan makanan untuk sahur sekeluarga. Sesekali sih kami beli. Tapi tetap saja agar makanan terasa enak ya perlu dihangatkan terlebih dahulu.
Kalau aku sedang tidak salat, kadang aku tetap bangun untuk menyiapkan keperluan sahur. Tapi sering juga aku tetap tidur dengan sebelumnya berpesan ini dan itu agar suami tidak kebingungan mau sahur pakai apa.
Lucunya, saat anakku sudah tiga dan si bungsu masih kecil, aku nyaris tidak pernah memasak untuk sahur. Kamar si kecil bersebelahan dengan dapur, dan suara ketika menyalakan kompor sangat beras. Kalau sudah begitu, bayiku bisa bangun dan rewel. Jadi, daripada kami semua tidak bisa sahur dengan tenang, lebih baik tidak menyalahkan kompor sama sekali.
Lalu apa yang dilakukan?
Untungnya aku masih punya oven lungsuran dari Mama. Meskipun timernya sudah rusak, tapi oven tersebut masih bisa dipakai. Termasuk untuk menghangatkan makanan sahur. Foto-foto di atas dan di bawah tulisan ini adalah beberapa hasil masakan rumahanku saat dulu tidak ada ART.
Selain itu, sering juga beli lauk di warteg dekat rumah. Tentu saja bukan aku yang membeli.
Kadang aku merasa tak segigih Mama dalam menyiapkan menu sahur dan berbuka selama ramadan. Maklum, fokus utamaku saat itu adalah si bungsu yang masih aktif menyusu.
Selain itu, aku juga harus memastikan anak-anakku konsisten salat wajib dan belajar melaksanakan salat tarawih. Meskipun tarawih merupakan salat sunah, tapi tarawih hanya ada di bulan ramadan.
Kini, saat usia anak ketigaku sudah menginjak 2,5 tahun, aku dibantu oleh ART dalam mengurus rumah tangga. ARTku juga seorang perempuan. Bagiku ia adalah pahlawan selama ramadan. Sejak sore ia sudah mulai berjibaku di dapur, memasak aneka menu untuk berbuka.
Biasanya aku yang memikirkan hari ini mau masak apa saja. Begitu juga dengan camilan buka dan minumannya. Sama halnya dengan menu sahur bila lauk yang sebelumnya sudah habis.
Aku harus memastikan makanan yang masuk ke dalam perut keluargaku bersih, sehat, dan lezat. Karena aku tahu, dari makanan yang sehatlah, tubuh sehat akan tercipta.
Perempuan-perempuan yang aku kenal memang seolah tak kenal lelah selama ramadan. Sebagian besar dari mereka selalu menyiapkan hidangan lezat untuk berbuka dan sahur.
Para ibu, mertua perempuan, menantu perempuan, juga memasak untuk lebaran. Mereka akan menghidangkan ketupat dan lauk pauk sebagai teman makan di hari istimewa. Oh ya, sebagian kecil bahkan bikin kue kering sendiri. Keren ya perempuan-perempuan yang aku kenal.
Selain itu, ada pula yang menerima pesanan kue kering untuk menambah THR. Perempuan lainnya masih bekerja kantoran atau harus bekerja di luar rumah, naik turun KRL selama ramadan. Entah darimana datangnya kekuatan untuk tetap bekerja dan menyiapkan makanan sahur dan buka bagi keluarganya.
Tak jarang aku melihat gerai tukang sayur di dekat stasiun dipenuhi oleh para perempuan pekerja yang berbelanja. Padahal waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Kemungkinan besar mereka berbelanja untuk bahan memasak sebelum sahur. Salut!
Untukmu Perempuan, Pastikan #SehatmuTerlindungi dengan Garda Healthtech
Aku melihat banyak perempuan tangguh yang berperan besar pada kesehatan keluarganya selama ramadan ini. Lalu bagaimana dengan kesehatannya sendiri? Bila perempuan bangun paling pagi dan tidur paling malam, siapa yang bisa memastikan kesehatan mereka?
Screenshot di atas adalah Whatsapp dari Mama. Lebaran tahun ini aku dan keluarga kecilku tidak mudik karena kami baru saja pindah ke rumah sendiri setelah sekian lama mengontrak. Kedua orangtua dan mertuaku rencananya mau datang ke sini. Tapi begitu Mama mengeluh sakit lutut, hatiku terasa teriris.
Aku teringat dulu (dan mungkin masih sampai sekarang) Mama selalu berdiri di dapur saat memasak. Pasca kecelakaan di kamar mandi, ditambah usianya yang sudah tidak muda lagi tentu membuat lutut Mama makin mudah sakit.
Paket Garda Healthtech Untuk Mama, dan Untuk Semua Keluarga Indonesia
Aku ingin banget memberikan THR yang bukan hanya uang, tapi lebih dari itu. Setelah browsing sana-sini, ketemu deh dengan yang namanya Garda Healthtech.
Garda Healthtech adalah asuransi kesehatan rawat jalan. Perlindungan kesehatan ini merupakan bagian dari asuransi Astra yang bisa dengan mudah diakses pendaftaran dan pembeliannya di gardaoto.com
Apa saja keunggulan dari Garda Healthtech?
Selain mudah pendaftarannya, Garda Healthtech memiliki beberapa keunggulan lainnya, yaitu:
Garda Healthtech juga sudah terdaftar di OJK sehingga dijamin keamanannya. Gardaoto sendiri mempunyai banyak kelebihan antara lain:
Nah, dengan berbagai kelebihannya, aku tidak ragu untuk memiliki asuransi kesehatan cashless di Garda Healthtech.
Aku bisa pilih paket sesuai kebutuhan. Ada yang biayanya 500 ribu rupiah/ tahun, sampai 1,2 juta rupiah/ tahun. Beda benefitnya apa? Cek gambar ya.
Bagaimana cara pendaftaran dan pembelian asuransi di Garda Healthtech?
1. Masuk ke website gardaoto.com
2. Pilih produk Garda Healthtech
3. Klik tombol “Beli Sekarang”
4. Isi data diri
5. Pilih paket perlindungan (Fit, Classy, atau Ultima)
6. Pilih pembayaran
Tersedia berbagai pilihan yaitu melalui Astrapay, kartu kredit, bank transfer, dan ATM bersama.
7. Polis berhasil diaktifkan.
Untuk klaimnya bagaimana? Ternyata Garda Healthtech bekerja sama dengan Halodoc sehingga semua benefit -nya dapat diklaim melalui satu pintu.
Untuk lebih jelasnya, lihat gambar di bawah ini, yuk!
Aku sih sudah lama kenal dengan Halodoc. Selain aplikasi lengkap dan user friendly, dokternya juga ramah dan berkualitas.
Kesehatan keluarga tidak hanya didapat dari makanan bergizi seimbang, tapi juga dari perlindungan kesehatan yang dimiliki. Keduanya merupakan aksi preventif yang dapat dilaksanakan oleh semua orang.
Asuransi kesehatan rawat jalan membuatku tidak khawatir lagi jika ada anggota keluarga yang sakit. Karena konsultasi dokter dan peresepan obat akan ditanggung oleh Garda Healthtech.
Dengan Garda Healthtech, aku percaya bahwa kesehatan keluargaku, termasuk para perempuan tangguh di dalamnya, bisa terjaga.
Wah mbakkkk bener banget, pokoknya kesehatan anak2 di rumah memang tergantung masakan ibunya, aku liat semua masakannya ngiler2 nih mbak, wkwkwk
Seneng deh ya sekarang ada support system dari luar kaya halodoc gini
Uwuuu super duper yummyyy nih masakannyaaa. Tapi emang benerrr. Ibu tuh perannya sangat penting yaaa. Apalagi pilih asuransi.
MashaAllah~
menjadi Ibu tidak hanya kebutuhan anak-anak dari sisi kesehatan fisik, tapi juga perkembangan emosi dan seluruhnya ya..
Salut banget, kak.. Anak-anak belajar banyak hal dari rumah.
Dan Ibu harus selalu sehat dengan memilih pilihan asuransi yang tepat dan bisa diandalkan.