Bepergian luar kota tanpa anak. Setelah menjadi ibu, bepergian ke mana saja selalu sepaket sama anak. Mana mungkin pergi tanpa anak. Mana tega meninggakan anak di rumah. Begitu kata sebagian besar orang. Tapi bagi saya, justru sebaliknya. Ibu perlu waktu untuk dirinya sendiri. Bukan bepergian untuk pindah momong.
Saya pribadi sejak covid melanda, nyaris enggak keluar rumah selama 2 tahun (kecuali ke tempat-tempat penting seperti membeli kebutuhan pokok/ imunisasi anak). Lalu ketika pandemi mulai terkendali, saya mulai menghadiri beberapa event terkait pekerjaan di luar rumah.
Dulu, saya bahkan bepergian 3-10 hari, baik untuk mengikuti famtrip ke luar kota, untuk umroh dan wisata ke Turki. Anak-anak tentu tidak ikut. Alasannya banyak, mulai dari tidak diizinkan membawa anak, sampai soal budget, dan mereka bersekolah.
Lima hari kemarin, saya mendapat undangan untuk mengikuti Travel Video Competition di Tulungagung. Di saat yang sama, dua hari kemudian, suami berangkat untuk mendaki Gunung Slamet bersama teman-teman sekantornya. Sungguh kebetulan yang pas, hehe.
Awalnya suami ragu, kasian anak-anak kalau Ayah Bundanya pergi keluar kota bersamaan. Tapi saya meyakinkan bahwa ada support system yang akan menjaga dan mengurus anak-anak. Tidak tanggung-tanggung, ada empat orang dewasa lain di rumah bersama ketiga anak kami. Alhamdulillah.
Kebetulan memang ibu saya masih ada di Depok, agak mundur dari jadwal pulang, karena minggu depan mau menghadiri pengajian keluarga besar di Jakarta. Lalu juga ada ART dan sopir yang sehari-hari memang bersama anak-anak.
Persiapan Ketika Ke Luar Kota Meninggalkan Anak
Jadi, apa saja yang perlu disiapkan ketika Bunda atau Ayah harus pergi ke luar kota meninggalkan anak-anak?
1. Sounding jauh-jauh hari
Suami saya sudah sounding ke anak-anak jauh-jauh hari kalau ia mau ke luar kota. Saya sendiri soundingnya lumayan mepet karena waktu itu masih bingung mau berangkat atau tidak.
Sounding atau memberi tahu dan mengajak anak diskusi tentang pekerjaan orangtuanya di luar kota akan membuat anak tidak merasa ditinggalkan begitu saja. Mereka akan memahami orangtuanya mau kemana dan untuk apa.
2. Pastikan anak dalam kondisi sehat
Terus terang, 15 hari sebelum berangkat, saya memutuskan untuk operasi benjolan di payudara. Saat itu kondisinya belum tahu kalau lolos acara TVC Tulungagung 2022. Meski demikian, saya masih optimis bisa mengikuti acara karena masih ada waktu dua minggu untuk pemulihan.
Siapa sangka, sekitar tiga hari setelah keluar dari rumah sakit, anak kedua saya kena cacar. Saya benar-benar syok dan khawatir, karena cacar itu kan menular. Sementara dua anak lainnya sama sekali belum pernah kena cacar air.
Anak tengah mau tidak mau harus diisolasi agar kedua saudaranya tidak tertular. Sungguh, mengurus satu anak kena cacar saja rasanya luar biasa lelah. Karena gatal-gatal sepanjang malam jadi harus diolesi lotion dan bedak . Belum lagi cek suhu anak demam atau tidak. Kebayang kan kalau sampai tiga-tiganya kena cacar?
Alhamdulillah sebelum saya berangkat ke Tulungagung, cacar Kak Sara mulai sembuh. Vesikelnya mulai mengering, dan sudah tidak gatal lagi. Sara bahkan sudah sempat masuk sekolah.
Bunda juga perlu menyiapkan obat-obat pribadi anak-anak. Agar ketika tiba-tiba anak sakit, support system di rumah tidak kebingungan.
3. Pastikan ada yang menjaga anak
Persiapan nomor tiga ini krusial sekali. Apalagi ketiga anak kami masih kecil. Ada yang menjaga anak adalah salah satu syarat dari suami jika kami mau bepergian ke luar kota di tanggal yang sama.

Saya langsung berpikir mengajak salah satu sepupu untuk menginap di rumah kami. Setidaknya ada lebih banyak orang dewasa yang bisa menemani anak-anak. Apalagi tante sepupunya anak-anak ini jago masak.
4. Siapkan perbekalan dan kebutuhan anak

Perbekalan yang dimaksud tentu saja ransum alias makanan, lalu kebutuhan lainnya seperti permainan/ buku.

Untuk makanan saya pasrahkan ke ibu saya dan sepupu. Kadang juga kami pesankan go food bila sedang tidak sempat masak.
Untuk permainan dan buku, sudah tersedia di rumah. Saya memang belum sempat membuat semacam DIY untuk anak-anak. Tahu sendiri kondisi saya pasca operasi dan habis mengurus anak yang terkena cacar. Setelahnya benar-benar gedubrakan packing. Bahkan saya enggak sempat melatih fisik padahal tahu akan ada pendakian:(.
5. Siapkan uang tunai dan uang darurat
Uang tunai sangat penting karena anak-anak dan keluarga di rumah butuh makan, dan minum. Kadang gas juga habis. Belum lagi keperluan mendadak misalnya harus beli obat, vitamin, camilan, dan sebagainya.
Uang darurat yang dimaksud adalah jaga-jaga kalau ada iuran komplek, harus ke rumah sakit, dan sebagainya.
6. Tetap komunikasi dengan anak
Nomor enam ini lebih ke tips ketika meninggalkan anak ke luar kota. Jika ada sinyal, saya langsung video call atau chat ke Whatsapp orang rumah/anak. Memang anak saya memegang handphone sendiri untuk kepentingan belajar dan komunikasi. Misalnya saja, materi pdf atau video untuk ujian sekolah, dikirimkan oleh gurunya di grup Whatsapp wali murid. Jadi saya tinggal forward ke Whatsapp anak. Anak bisa membuka materi langsung dari handphone -nya.
Tak lupa saya juga chat dan VC support system. Mengabarkan saya ada dimana, sampai mana, keadaan anak-anak juga bagaimana dan sedang apa.
Setidaknya enam persiapan di atas cukup penting menurut saya. Agak susah sih kalau tidak ada support system, karena ibu jadi tidak mungkin bepergian meninggalkan anak.
Semoga tulisan persiapan ke luar kota ini bermanfaat agar Bunda tidak galau lagi jika ada pekerjaan, dinas luar, atau sekedar jalan sebentar ke luar kota.

wah ditunggu tulisan ceritanya mba dian hehe