Waktu-waktu di rumah adalah waktu berharga bersama keluarga. Waktu ini tak akan pernah kembali dan terulang lagi – Dian Farida Ismyama-
Pada kerasa enggak sih, selama di rumah saja sejak corona, waktu berkualitas bersama keluarga semakin banyak. Apalagi yang suaminya work from home. Atau bahkan Bunda sendiri juga work from home.
Saya tahu bahwa bekerja dari rumah itu tidak mudah. Distraksi lebih banyak karena anak-anak juga di rumah. Yang belum punya anak juga bisa mengalami distraksi. Misalnya melihat kasur dan tergoda untuk tidur.
Kembali lagi ke masa di rumah saja selama corona, saya mau cerita tentang suami yang tetap sibuk bekerja.
Dulu sebelum pandemi, pagi-pagi suami saya sudah mengantarkan anak-anak saya ke sekolah (karena saya sedang hamil besar, lalu melahirkan).
Kemudian, ia menuju stasiun lalu naik KRL dari Depok ke Jakarta. Sesampainya di stasiun di Jakarta, masih harus naik ojek atau busway ke kantornya.
Kok enggak naik kendaraan pribadi saja? Macet! Lebih capek katanya. Apalagi pulang kerjanya bisa-bisa enggak konsentrasi saking lelahnya.
Waktu anak ketiga lahir, saya sempat membatin, “Mungkin enggak ya suami saya bisa punya waktu lebih banyak dengan anak-anak? Bisa lebih sering di rumah, tapi tetap bekerja?”
Lalu logika saya menjawab, “Enggak mungkinlah! Kalau suami bekerja dari rumah, artinya dia freelancer. Alias kerja sampingan atau sambilan. Wirausaha?Mana sempat berwirausaha kalau pekerjaan kantornya saja sesibuk itu.”
Bulan Maret 2020, corona melanda. Logika manusia bilang enggak mungkin kerja dari rumah, tapi ternyata ketetapan Allah bilang mungkin!
Sejak saat itu, dimulailah perjalanan work from home suami.
Apakah mulus? Tentu saja tidak! Kami harus beradaptasi, berkompromi. Apalagi saat itu, pengasuh resign, dan akhirnya asisten rumah tangga malah saya berhentikan. Ditambah anak-anak sekolah di rumah. Alamak, tugas domestik jadi tambah banyak! Mau enggak mau ya berbagi tugas dengan suami.
Terbayang, kan, sesibuk apa suami saya jika bekerja dari rumah? Yuk, intip kesehariannya.
Pagi Hari Menyuapi dan Memandikan Bayi
Pagi hari, suami saya yang menyuapi dan memandikan si bungsu. Sedangkan saya memasak sarapan. Kini, saat sudah ada asisten rumah tangga, pagi hari saya biasanya masih membayar hutang tidur karena begadang menyusui bayi.
Setelah menyuapi bayi, ia akan mengajak bayi berjemur dan berjalan- jalan di depan rumah. Dulu waktu bayi belum bisa jalan ya digendong di halaman.
Kadang, suami memberi makan kucing. Si bungsu senang sekali bisa berinteraksi dengan kucing-kucing.
Setelah itu, suami memandikan bayi dan memijat serta memakaikan baju. Saya sarapan bersama anak pertama dan kedua, karena setelahnya saya harus menyusui bayi yang kalau lihat Bundanya kayak melihat pabrik susu:D
Bekerja Sampai Sore
Seharusnya suami sarapan setelah memandikan bayi. Tapi kenyataannya, meeting pagi sudah menanti. Bahkan pernah juga enggak sempat menyuapi dan memandikan bayi karena meeting – nya sudah mulai bahkan sebelum bayi bangun.
Lama-lama, saya menemukan cara agar suami mau sarapan, yaitu dengan meletakkan makanan dan minuman di meja kerjanya. Sebenarnya jarak meja makan dengan meja kerja suami hanya 2 meter. Tapi mungkin saking sibuknya, ia sering tidak sempat bergerak dari tempat duduknya.
Kalau boleh saya analogikan, pekerjaan suami itu 11-12 dengan apa yang dikerjakan Nam Dosan di drakor Start Up, yaitu berkomunikasi dengan komputer pakai bahasa yang enggak saya mengerti=D
Suami pernah bilang ke saya, kalau layar laptopnya sedang berwarna hitam, sama sekali enggak boleh terdistraksi. Karena sekalinya lupa mau ngetik apa, wah bisa bubar semua coding -nya. Akibatnya, tentu program yang dijalankan menjadi eror. Makanya dia bahkan enggak sempat jalan ke meja makan kalau sudah “terkoneksi” dengan si layar hitam.
Bermain Sama Anak Setelah Selesai Bekerja
Seusai bekerja, suami saya langsung momong anak-anak. Biasanya dia pegang si bungsu karena lagi aktif- aktifnya. Si bungsu sendiri langsung mengejar ayahnya karena kangen. Seharian bayi bisa melihat Ayah tapi enggak boleh ganggu atau mendekati meja kerja Ayah (meskipun sering dilanggar juga sih karena memang sedang masa eksplorasi latihan jalan).
Menjelang malam, si bayi disuapi lagi oleh ayahnya. Terutama kalau suapan Bunda tidak berhasil ditelan, alias dilepeh.
Kakak-kakak juga bermain dengan ayahnya. Kadang bersepeda di halaman. Atau main petak umpet di dalam rumah.
Jaga Daya Tahan Tubuh di Tengah Pandemi
Saya sadar bahwa suami sangat aktif. Dengan aktivitas yang sesibuk itu, saya berusaha menjaga kesehatan dan daya tahan tubuhnya. Jangan sampai suami jatuh sakit. Karena kalau dia sakit, siapa yang gantian momong anak? Lalu bagaimana dengan pekerjaannya? Bisa menumpuk!
Herbadrink Sari Jahe untuk Suami
Oleh karena itu, saya menyiapkan minuman herbal alami agar suami selalu fit. Saya menyeduh Herbadrink Sari Jahe sugar free untuk dinikmati pada pagi hari.
Herbadrink Sari Jahe yang diseduh air hangat memberikan sensasi hangat di tenggorokan dan perut. Masuk angin dan kembung bablas enggak jadi mampir ke badan suami.
Kalau sedang begadang karena ada meeting atau ada kasus yang harus diselesaikan, saya juga menyiapkan Herbadrink Sari Jahe. Tahu sendiri lah kasus yang saya maksud itu seperti apa. Ya peretasan data, eror pada program atau aplikasi, dan sebagainya. Kasus-kasus tersebut harus diselesaikan saat itu juga, karena taruhannya adalah data, uang, dan nama baik perusahaan. Mantap, kan?
Kadang kasusnya bisa selesai dengan cepat. Tapi kadang butuh waktu agak lama. Ditambah lagi, harus membuat laporan dan ikut rapat terkait kasus.
Makanya saya siapkan Herbadrink Sari Jahe untuk suami. Setidaknya suami enggak begadang sambil kedinginan karena ada Sari Jahe yang menghangatkan badan. Alhamdulillah.
Selain meminum Herbadrink tentu saja suami juga makan teratur cukup istirahat dan menaati prokes bila keluar rumah. Walaupun sampai hari ini, suami masih jarang banget keluar rumah.
Suami keluar rumah hanya untuk berbelanja kebutuhan pokok, mengantar anak pertama kami ke kliinik sebanyak 3x seminggu. Makanya ketika keluar rumah, suami saya harus menjalankan prokes dengan keta
Saya salut dengan tenaga ekstra suami. Bisa bekerja, sekaligus mendampingi dan mengasuh anak-anak selama pandemi. Doakan suami dan keluarga kami senantiasa sehat ya. Aamiin
Herbadrink Kunyit Asam Sirih untuk Saya
Bagaimana dengan saya? Saya juga ibu rumah tangga dan pekerja dari rumah lho. Bahkan sebelum corona melanda, saya sudah terbiasa bekerja dari rumah.
Sebagai seorang penulis dan content creator, saya menyelesaikan pekerjaan di rumah. Kadang pindah ke Coffee Shop, ketika dulu belum ada corona. Tapi sebagian besar pekerjaan memang saya kerjakan di rumah.
Kini, tugas saya bertambah lagi, yaitu ada bayi dan kakaknya sekolah online. Tentu saya harus menjaga kebugaran tubuh. Herbadrink yang saya minum selain Sari Jahe adalah varian Kunyit Asam Sirih Madu.
Para perempuan pasti tahu manfaat kunyit asam untuk apa. Dikutip dari hellosehat, kunyit mengandung bahan aktif yang berfungsi sebagai analgesik (meredakan nyeri), antipiretik (menurunkan suhu tubuh saat demam), dan antiradang. Begitu juga dengan asam jawa yang mengandung bahan aktif sebagai antiradang, antipiretik, dan penenang.
Kalau dua kandungan tersebut digabung, tentu semakin oke. Kunyit asam sendiri terkenal sebagai pereda nyeri haid, dan antioksidan yang baik bagi tubuh.
Herbadrink Kunyit Asam yang saya minum, juga mengandung sirih yang populer sebagai penyegar mulut dan pembersih area kewanitaan.
Tak hanya itu, sirih mengandung berbagi vitamin seperti vitamin C, tiamin, niasin, riboflavin, dan karoten yang digunakan untuk memelihara kesehatan tubuh.
Apalagi ada tambahan madu dalam Herbadrink Kunyit Asam Sirih tersebut. Makin segar dan bugar deh badan kita. Alhamdulillah, saya bisa bekerja dari rumah dalam keadaan sehat.
Apakah teman-teman ada tips tambahan agar daya tahan tubuh tetap terjaga selama bekerja dari rumah di masa pandemi ini? Yuk, cerita di komentar =)
