Tas Pompa ASI Gabag Pombag Gen 2 Dax apakah cocok untuk ibu yang studi lanjut? Belakangan ini di beranda media sosialku berseliweran unggahan tentang beasiswa baik di dalam dan luar negeri. Yup, studi lanjut S2 atau S3 ke berbagai negara tanpa biaya. Siapa yang enggak ngiler? Sebagai seorang dosen, aku memang dituntut untuk kuliah lagi sampai jenjang S3. Untungnya, aku masih semangat. Mumpung usia belum mencapai 40 tahun.
Seperti kata Dian Sastro di sebuah wawancara, banyak pertimbangan yang dipikirkan oleh seorang perempuan yang hendak melanjutkan sekolah. Apakah sepenting itu melanjutkan sampai jenjang PhD atau doktor? Lebih baik kuliah di dalam atau luar negeri? Kuliah di luar negeri lebih seru karena bisa sembari memperluas jaringan sekaligus belajar budaya negeri lain. Tapi bagaimana dengan keluarga termasuk anak-anak? Akankah suami berhenti bekerja/ cuti? Haruskah anak-anak ikut ke negera tersebut, atau ditinggal saja di Indonesia? Bila sekeluarga ikut, bagaimana dengan biaya yang pasti membengkak? Lalu bagaimana jika malah hamil lagi di negera orang? Mau enggak mau harus bawa diaper bag bayi dan tas pompa ASI, agar enggak repot beli setelah anaknya lahir. Hmm, jadi ingat saat lanjut S2 dulu, bela-belain pakai tas ASI GabaG supaya tetap bisa menyusui sampai 2 tahun.
Pertanyaan-pertanyaan di atas mau tidak mau membutuhkan jawaban dan solusi. Bukan sesuatu yang mudah, tapi tidak sulit asal punya support system terutama suami. Terus terang saat ini suamiku lebih santai karena anak-anak sudah besar. Katanya kalau mau lanjut S3 silakan saja, tapi kalau bisa jangan jauh-jauh. Kalau mau ke luar negeri juga silakan, asal bawa salah satu anak. Haha.
Aku pribadi sebenarnya lebih memilih S3 di UGM, di kota favoritku Yogyakarta. Tapi jaraknya 10 jam ke Depok bila naik kereta. Dosen senior di kampus menyarankan lebih baik pilih yang dekat seperti di Bandung. Bisa ITB atau Unpad. Sedangkan ke luar negeri sepertinya bukan opsi yang memungkinkan. Paling nanti cari workshop, conference, atau short course saja yang hanya beberapa minggu atau beberapa bulan. Oh ya, kabarnya S3 di salah satu universitas di Indonesia tersebut ada yang menyediakan sandwich program sekitar 3 bulan di luar negeri.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Studi Lanjut
-
Dokumen Untuk Studi Lanjut
Rata-rata dokumen yang diperlukan adalah berkas-berkas seperti ijazah, transkrip nilai, essai, proposal disertasi, TOEFL/ IELTS, TPA, LOA, surat rekomendasi, calon promotor, dan lain-lain. Kalau ingin studi lanjut di luar negeri tentu membutuhkan paspor dan VISA sesuai negara tujuan.
-
Pilih Promotor yang Memudahkan
Banyak yang bilang untuk menyelesaikan S3 tidak hanya diperlukan kecerdasan intelektual, tapi juga mental yang kuat. Pemilihan promotor amat penting. Salah pilih bisa berakibat fatal bagi kelulusan S3. Berdasarkan pengamatanku, pilihlah promotor yang sesuai hati nurani. Kesamaan karakter tentunya akan memudahkan. Misalnya aku orangnya sensitif, maka jangan cari promotor yang dikit-dikit marah, atau sering pakai kata-kata yang menyudutkan.
Kalau sahabat ismi bermental baja/ santai menghadapi kata-kata pedas, maka promotor yang galak tidak masalah untuk dipilih. Tapi dibalik semua persiapan tersebut, masih ada cara lain yang perlu dilakukan, yaitu meminta pada Allah agar memilihkan promotor terbaik. Promotor yang memanusiakan mahasiswa S3, promotor yang membimbing dengan hati, promotor yang sesuai dengan karakter kita. Perlu diingat bahwa tidak hanya promotor yang diharapkan untuk berperilaku baik, tapi kita sebagai mahasiswa juga. Bersikaplah sportif, antusias, dan enggak hilang- timbul saat bimbingan.
Aku tahu tentu tidak semudah itu, karena kabarnya S3 berbeda 180 derajat dengan S2. Saat S3, sahabat ismi akan dihadapkan pada lebih banyak kesendirian dan kemandirian. Enggak ada lagi tugas kelompok atau grup yang mengerjakan disertasi yang setema. Enggak ada dosen yang setiap saat memberi masukan. Alternatif folusi dari setiap tantangan harus dicari sendiri, baru didiskusikan dengan promotor untuk mencari solusi terbaik. Yup, S3 adalah jalan sunyi menuju doktor/ PhD.
-
Pengasuhan dan Pendidikan Anak
Sebagai seorang perempuan dan ibu, aku selalu menyarankan ke teman-teman sesama perempuan agar tetap memaksimalkan peran sebagai istri dan ibu meskipun sedang studi lanjut. Untuk anak yang sudah besar, pendidikan mereka perlu diprioritaskan. Jangan sampai ibunya studi lanjut, eh pendidikan anak-anaknya terbengkalai. Dengan kata lain, jika memutuskan kuliah lagi di luar kota atau luar negeri, pastikan sudah mendapat informasi tentang sekolah anak-anak. Adakah yang bisa menerima pindahan dari sekolah lain misalnya. Atau dokumen apa saja yang perlu dipersiapkan untuk mendaftar sekolah anak di luar negeri.
Begitu pula jika hamil selagi S2 atau S3, anak tetap harus mendapatkan hak ASI eksklusifnya, syukur-syukur bisa menyusui hingga 2 tahun. Seperti pengalamanku saat S2 dulu. Enggak semua ibu mau bersusah payah pumping disela-sela kuliah. Apalagi saat harus PKL ke luar kota, pasti ribet harus pumping dan mengirim ASI ke kota lain. Alhamdulillah aku punya Tas ASI GabaG Indonesia yang memudahkan untuk menyimpan ASI. Desainnya menarik, compact, dan tentunya mampu menjaga ASIP sebelum akhirnya dimasukkan ke kulkas.
Dulu saat S2, aku bisa berkuliah seharian, otomatis harus bawa tas pompa ASI, dan aku memilih GabaG karena kualitasnya. Selain saat kuliah, tas ASI GabaG Indonesia juga aku bawa ke Surabaya.
Waktu itu, aku harus praktek sebulan di salah satu rumah sakit di sana. Karena bayi masih berusia 6 bulan, aku harus pulang tiap minggu sambil membawa ASIP. Ini nih penampakanku siap-siap pulang naik kereta, bawa ASIP untuk si kecil di Yogyakarta.
Saat ini, GabaG Indonesia mempunyai banyak varian produk tas pompa ASI. Ada yang berbentuk ransel, ada yang berupa tas selempang, atau tas tangan. Produk terbaru tas pompa ASI GabaG salah satunya Gabag Pombag Gen 2 Dax.
Penampakannya elegan ya, cocok untuk ibu yang sedang studi lanjut. Lalu apa keunggulannya? Bahannya dari nylon sehingga lebih elastis, ringan, kuat, tahan lama, tidak mudah sobek, cepat kering, dan mudah dibersihkan jika terkena noda baik karena tumpahan ASI atau noda lainnya. Selain itu, tas Gabag Pombag Gen 2 Dax dibuat tanpa print dan memiliki Hang Tag Pombag yang unik. Walaupun tidak ada garansi, sahabat ismi tidak perlu khawatir karena pengalamanku membuktikan tas pompa ASI dari GabaG awet untuk pemakaian 2 tahun, bahkan lebih. Jadi dapat dipastikan bahwa Tas Pompa ASI Gabag Pombag Gen 2 Dax juga memiliki daya tahan yang kurang lebih sama.
Kini para ibu dan calon ibu yang akan studi lanjut bisa lebih tenang melakukan persiapan untuk pengasuhan anak. Terutama terkait 1000 hari pertama untuk mencegah stunting dan penyakit-penyakit lainnya. Karena dengan memberikan ASI eksklusif, ibu melindungi anaknya dari risiko penyakit seperti diabetes atau infeksi di masa kecilnya.
Semoga sharing -ku kali ini bisa meyakinkan lebih banyak perempuan untuk berani dan bersemangat dalam melanjutkan kuliah. Karena menjadi perempuan dan punya anak bukan halangan untuk menempuh pendidikan tinggi. Justru perempuan harus berpendidikan tinggi agar anak-anak diasuh oleh ibu yang cerdas.
Bonus foto bareng anak saat S2
Apakah ada keluhan yang dirasakan ketika menggunakan tas pompa asi tersebut?
Regard Telkom University
Semangat mba Dian mengajarnya, sekaligus juga menjadi seorang momi sangat luar biasa ya, apalagi kalau nanti melanjut Ph.D. challenging banget, menggunakan asi gabag gitu pastinya bakal bantu banget buat mom yang menyusui ya. Sampai ketemu nanti di Ausi ya Mba Dian, atau mau ke negara ku juga boleh aamiin