Peran Dompet Dhuafa dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Malam ini, saya menyasikkan video dari akun asli Menteri Keuangan RI. Beliau meminta maaf secara langsung kepada keluarga korban penganiayaan yang dilakukan oleh anak dari salah satu pegawainya.
Seperti nitizen lainnya, saya berpikir wah sampai atasannya minta maaf lho. Seorang Menteri yang notabene enggak ada sangkut pautnya dengan kasus remaja tanggung yang menghebohkan jagat maya itu.
Meski demikian, sayangnya kasus viral ini tak hanya menjadi bukti terjadinya krisis moral anak bangsa, tapi melebar menjadi isu ketimpangan pendapatan. Rakyat Indonesia marah karena anak tersebut bergaya hidup mewah dan memamerkannya di media sosial.
Tak lama, ketahuan bahwa bapak tersangka merupakan pegawai Dirjen Pajak. Makin marahlah rakyat kita. Mereka tidak rela uang pajaknya digunakan untuk hedonisme. Apalagi berujung pada penyalahgunaan kekuasaan.
Warga dengan ekonomi menengah sangat merasakan ketimpangan dari segi sosial dan finansial. Apalagi nitizen yang buat makan saja susah. Ibaratnya, hari ini kerja hanya agar besok bisa makan.
Pendapatan yang besar seharusnya bisa diarahkan untuk zakat, infaq, sedekah, wakaf, dan penyaluran lain yang berdampak pada pengentasan kemiskinan. Tapi nyatanya untuk mewujudkan itu semua, jalannya masih panjang. Dari satu kasus itu saja, saya semakin yakin bahwa kolaborasi dari berbagai pihak termasuk lembaga filantropi amat penting.
Tanggung jawab mengentaskan kemiskinan tidak hanya berada di pundak pemerintah dengan pajaknya. Tapi, bisa juga dibagi di pundak lembaga filantropi islam seperti Dompet Dhuafa.
Mengapa demikian? Karena value dari Dompet Dhuafa adalah pemberdayaan kaum dhuafa. Kaum yang mungkin dipandang sebelah mata. Atau bahkan tidak ada yang tertarik untuk memberdayakan. Buat apa? Itu kata sebagian orang. Bukan kata Dompet Dhuafa.
Program Dompet Dhuafa
Siapa yang enggak kenal dengan Dompet Dhuafa? Saya sih sejak zaman belum jadi ibu sudah mendengar nama besar Dompet Dhuafa. Konsep welas asih atau kasih sayang terlihat jelas sebagai akar gerakan filantropisnya.
Sebagai lembaga filantropis islam yang besar, Dompet Dhuafa mempunyai lima pilar program yaitu Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, Sosial Kemanusiaan, Dakwah dan Budaya. Masing-masing program saling bersinergi dengan tujuan agar kaum dhuafa menjadi lebih sejahtera.
Jumlah rakyat miskin dari tahun ke tahun menurun. Data per Maret 2022 menunjukkan masih ada 10 juta orang miskin di Indonesia. Kemiskinan sudah turun bukan berarti mereka sudah mandiri dan sejahtera. Ada yang masih terseok-seok mempertahankan perekonomiannya. Mengapa? Karena penyebab kemiskinan ada banyak.
Ada yang miskin akibat siklus ekonomi, tapi juga ada penyebab turun temurun sehingga rantai kemiskinannya terus berjalan. Oleh karen itu, mengentaskan kemiskinan menjadi tugas bersama, bukan hanya tugas pemerintah. Maka di sinilah peran dana zakat.

Pengelolaan dana zakat salah satunya untuk menyejahterakan masyarakat dan mengatasi kemiskinan. Menurut Tira Mutiara, peneliti dari IDEAS, dana zakat pasca regulasi terus tumbuh. Potensi zakat dari Baznas mencapai 517,6 Milyar.
Penghimpunan zakat dari Dompet dhuafa tumbuh dari tahun pertahun. Pertumbuhannya hingga 7,9%. Lebih lanjut ada rumah zakat, rumah yatim dan YBM.
Jumlah penghimpunan dana dari Dompet Dhuafa mencapai 413,7 Milyar, dan Rumah Zakat mencapai 310,2 Milyar. Angka yang besar, dan akan bermanfaat bila penggunaannya tepat sasaran. Dengan kata lain, penghimpunannya sangat besar tinggal bagaimana mengelolanya.
Data dari BPS bahkan menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terus tumbuh sebesar 5,31%. Indonesia negara dermawan sedunia jadi tidak perlu khawatir dengan adanya resesi. Hanya tinggal peruntukan zakat dari filantropi harus tepat sasaran.
Sekali lagi perlu dipertegas bahwa dengan adanya permasalahan kemiskinan yang kompleks, maka tugas mengentaskan kemiskinan tidak hanya dihandle oleh pemerintah saja. Apalagi hanya Baznas yang merupakan lembaga regulator sekaligus eksekutor. Harusnya dua fungsi tersebut dipisah.
Pada kenyataannya, tidak semua masyarakat yang membutuhkan mendapatkan bantuan dari Basnaz. Artinya butuh lebih banyak lembaga filantropi yang dekat dengan masyarakat sehingga aksesnya lebih mudah. Jadi solusinya bukan mengurangi jumlah lembaga filantropi.
Bahkan ke depannya masjid, musola, yayasan, perlu menjadi patner lembaga filantropi untuk mengelola anak yatim, janda, dan dhuafa. Jika dananya kurang bisa memiinta bantuan dari lembaga filantropi islam seperti Dompet Dhuafa.
Hubungan Zakat dengan Pengentasan Kemiskinan
Zakat tidak hanya bermanfaat bagi para mustahik, melainkan juga berdampak untuk negara.
Lebih lanjut, studi telah menunjukkan bahwa zakat benar-benar dapat meningkatkan taraf hidup mustahik (penerima zakat) baik dalam segi kesehatan, pendidikan, hingga kesejahteraan.
Oleh karena itu, Rumah Zakat juga menyeleksi siapa mustahik yang tepat. Perlu adanya identifikasi dan targeting penerima manfaat; kolaborasi, inovasi dan inklusi; hingga program pendayagunaan strategis dan berkelanjutan.
Sedangkan bagi muzaki, agar mau berzakat maka perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi. Setelah muzaki berdonasi perlu adanya program yang mempertahankan mereka untuk terus berzakat. Dengan kata lain, memastikan keyakinan bahwa zakat bermanfaat untuk umat.
Misalnya, ada tokoh terkenal yang bicara tentang pemberdayaan (kayak duta gitu) yang diberi asupan agar pembicaraannya lebih berisi. Apalagi duta yang tiktok engagement -nya tinggi, follower banyak, bisa viral.
Bagaimana dengan amil yang mengelola dana zakat? Tentu harus transparan. Manfaatnya nyata. Dan ada akuntabilitas, pertanggungjawaban dari amil zakat. Salah satunya dengan cara mengupload laporan keuangan. Hal ini penting bagi integritas dan kredibilitas amil zakat.
Oleh karena itu, perlu adanya digitalisasi lembaga filantropi islam yang memudahkan para muzaki memonitor pengelolaan zakat.
Digitalisasi Lembaga Filantropi Islam
Tanpa disadari, digitalisasi sudah merambah di hampir semua lini kehidupan, termasuk Dompet dhuafa sebagai lembaga filantropi islam. Berbagai layanan berbasis digital, memudahkan dalam penyaluran ZISWAF (zakat, infaq, sedekah dan wakaf).
Prima Hadi Putra selaku Direktur Teknologi dan Komunikasi Dompet Dhuafa menyatakan bahwa data menunjukkan sebanyak 87% transformasi digital perusahaan gagal total. Apalagi pada institusi nirlaba. Oleh karena itu, Dompet Dhuafa serius dalam menggarap digitalisasi lembaga filantropi islam ini.
Teknologi adalah keharusan agar bisa catch up dengan perkembangan zaman. Pandemi membuka banyak mata petinggi Dompet Dhuafa sehingga pada akhirnya program digitalisasi terus dikembangkan.
Sebenarnya, pada tahun 2003 Dompet Dhuafa sudah membuat platform crowdfunding tapi gagal karena belum ada pembayaran digital. Ternyata, proses digitalisasi perlu melihat persiapan di Dompet Dhuafa.
Untuk penghimpunan zakat sudah jalan. Banyak layanan pembayaran zakat yang bisa nebeng ke wadah digital lain. Tapi untuk penyaluran zakat belum banyak layanan digital yang dapat mengakomodasinya. Apalagi penerima manfaat belum tereksposure teknologi sehingga harus dari Dompet Dhuafa yang jemput bola.
Pradwita Ghazali, Country Lead Freakout dewina Indonesia menyampaikan bahwa Freakout lebih ke advertiser teknologi AI nya. Pengguna internet di Indonesia bertumbuh sesudah pandemi. Oleh sebab itu, Freakout memberikan layanan untuk lebih menjangkau target audiancenya dengan lebih akurat.
Logikanya adalah potensi zakat di Indonesia senilai 35 Trilyun tetapi baru 2,5% nya terserap. Nah, bagaimana lembaga filantropi islam dapat teknologi AI untuk memaksimalkan hal tersebut. Teknologi AI akan menjaring audience untuk diarahkan ke platform DD.
Sebagai informasi, platform banking menjadi elemen utama yang harus dieksekusi. Agung Lesmana, Head of Syaria Business Development& Product Solution PT Bank Jago Tbk menyampaikan bahwa Jago Syariah siap mengambil bagian dalam digitalisasi lembaga filantrofi islam.
Jago syariah ingin agar teknologinya secanggih bank-bank konvensional. Jago Syariah memiliki keunggulan yaitu user friendly, tampilannya enak dilihat, dan memungkinkan perencanaan keuangan karena terdapat sampai 60 kantong tabungan.
Kolaborasi Dompet Dhuafa dengan Freakout dan Jago Syariah, diharapkan bisa mempercepat digitalisasi lembaga filantropi islam. Tujuan besarnya tentu saja untuk menjaring lebih banyak muzakki, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam pengelolaan zakat.
Sedikit membahas mengenai kepercayaan, trust adalah hal penting. Oleh karena itu, perlu adanya audit sehingga tidak terjadi fraud. Kalau sampai terjadi fraud, maka lembaga filantropi harus mulai dari nol. Dengan kata lain, merombak besar-besaran struktur dalam lembaga tersebut.
Evolusi Pendayagunaan Zakat secara Nasional
Siapa saja yang berhak menerima zakat? Terdapat delapan kriteria mustahik di Al Quran. Meski demikian, tetap harus dicek dan ricek lagi. Agar mustahik yang menerima benar-benar tepat sasaran.
Dompet Dhuafa memandang kemiskinan sebagai paradigma segitiga. Pada lapisan dasar terdapat masyarakat miskin menyerah yang tidak bisa diapakan lagi karena kemiskinannya berkaitan dengan kebutuhan dasar seperti pangan dan kesehatan. Yang bisa dilakukan oleh Dompet Dhuafa adalah memberikan program seperti RS gratis, klinik gratis (layanan gratis). Finansial inklusi pada lapisan ini jaraknya sangat lebar. Bahkan masih ada yang KTP saja tidak punya. Akhirnya yang dipakai untuk identitas ya wajah dan sidik jari.
Lapisan kedua atau level tengah adalah masyarakat miskin berpotensi. Intervensi dari Dompet Dhuafa bertujuan agar mereka dapat mengeluarkan potensinya. Program yang diberikan misalnya beasiswa pendidikan. Manfaatnya adalah agar dengan pendidikan tinggi, meningkatlah peluang dalam memperoleh pekerjaan. Dengan demikian, pendapatan akan ikut meningkat.
Lanjut ke lapisan ketiga atau level atas merupakan masyarakat miskin beraset. Orang-orang pada lapisan ini mempunyai aset tapi tidak mampu mengaktivasinya. Program yang dibutuhkan bertujuan untuk mengoptimalkan aset yang dipunya yaitu program-program ekonomi.Oleh karena itu, DD juga mempunyai program pemberdayaan ekonomi seperti Desa Tani.
Desa Tani, Program Pendampingan Keluarga Petani Miskin
Ade Rukmana selalu pendamping pertanian di Jawa Barat berkolaborasi dengan Dompet Dhuafa untuk mendampingi Desa Tani.

Desa tani sendiri luasnya 12 hektar dengan 12 penerima manfaat. Awalnya, Mang Ade bersama DD meng- assement keuangan petani dan hasilnya minus semua. Pengeluaran tidak seimbang dengan penghasilan sehari-hari. Dimana rata-rata penghasilan buruh tani 1-1,5 juta rupiah per bulan. Padahal ada berbagai pengeluaran terkait modal bertani.
Oleh karena itu, program Desa Tani membiayai pupuk, bibit dan kebutuhan pertanian lainnya. Dampaknya, petani hanya perlu menabung. Selanjutnya, Dompet Dhuafa mensuport Desa Tani dengan membangun 10 hektar lagi untuk 50 penerima manfaat.
Tagline di Desa Tani adalah “Budidaya di Tanah Sendiri”. Menurut Mang Ade, resesi nominal tidak ada nilainya tanpa pangan. Sementara itu, ada stigma petani itu bodoh, kampungan, dan jorok. Jangankan jadi petani, mengaku jadi anak petani pun malu.
Oleh karena itu, perlu adanya perubahan perilaku petani sehingga sekarang setelah Mang Ade menjadi petani, ia malah bangga. Sebagai informasi, produk Desa Tani sudah sampai Singapura, Hongkong. Desa Tani terus bertumbuh, dan petani tidak sebodoh yang dikira masyarakat. Petani masa kini sudah menggunakan smartphone untuk menyiram nutrisi pada tanamannya.
Ketika perubahan perilaku terjadi, ekonomi ikut tumbuh. Petani yang bergabung di Desa Tani perlu mempelajari bagaimanan menjadi open mind, dan mempunyai willingness atau kemauan. Percuma punya modal sekarung tanpa dua hal tersebut. Oleh sebab itu, mengubah mindset petani adalah salah satu hal yang dilakukan oleh Mang Ade.
Ramadan dari Hati dan Berasa Sudah Ramadan
Dompet Dhuafa mempunyai campaign Ramadan dari Hati yang berjalan selama setahun penuh. Program ini mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama-sama melakukan kebaikan, termasuk memajukan perekonomian pemberdayaan selama ramadan.
Berbagai program peduli sesama dan pemberdayaan masyarakat miskin digalakkan selama bulan Ramadan. Sama halnya dengan program kebermanfaatan ZISWAF (zakat, infak, sedekah hingga wakaf) melalui lembaga filantropi terpercaya sehingga kesenjangan ekonomi dapat berkurang.
Selain itu, ada pula campaign menjelang Ramadan yaitu Berasa Sudah Ramadan. Menjelang bulan suci ini, masyarakat perlu mempersiapkan berbagai hal. Salah satunya adalah melunasi hutang puasa.
Dompet Dhuafa melakukan edukasi terkait qodho puasa dan pembayaran fidyah. Bagi sahabat ismi yang masih bingung, bisa mengakses https://digital.dompetdhuafa.org/zakat/fidyah untuk mengecek siapa saja yang wajib membayar fidyah dan menghitung berapa jumlah fidyah yang harus dibayarkan.
Tak hanya persoalan melunasi hutang puasa saja, masyarakat juga diharapkan bertaubat, mempersiapkan harta untuk ZISWAF, dan mempersiapkan jiwa dengan puasa di bulan Syaban.
Jadi, persiapan mana yang sudah sahabat ismi lakukan?
