Pentingnya Menu Gizi Seimbang Untuk Buah Hati

Facebooktwitterredditmail
“Good nutrition creates health in all areas of our existence. All parts are interconnected.” -T. Collin Campbell-

Nutrisi yang baik menciptakan kesehatan di dalam tubuh kita. Tak hanya badan saja yang sehat, tapi pikiran dan jiwa akan ikut baik. Ibaratnya nih, kalau kita sakit, tentu bisa merembet ke pikiran dan hati. Saya jadi ingin cerita tentang anak pertama saya. Memang badannya nggak segempal anak-anak lain seusianya, tapi dia sehat dan aktif. Di WHO chart pun masih masuk kategori gizi normal, meskipun batas bawah. Walau begitu, bukan berarti aku tak memperhatikan nutrisinya. Jauh sebelum lahir, aku makan apa saja agar janinku tumbuh sehat.

Trimester pertama seperti ibu hamil pada umumnya, aku mengalami morning sickness. Hanya di pagi hari saja aku mual dan muntah, tapi aku tetap mengisi perutku dengan makanan lain, misalnya biskuit atau roti. Apalagi saat itu aku masih bekerja di rumah sakit. Kalau tidak sarapan, wah bisa drop kesehatanku. Aku harus menjaga diri agar tidak mudah tertular virus atau bakteri yang bisa saja menyebar di udara rumah sakit. Lucunya, pada kehamilan pertama ini, janinku tidak mau menerima makanan instan atau yang berpengawet, berperasa, berpewarna buatan. Aku bahkan mau muntah ketika mencium aroma mi instan. Begitu juga makanan lain yang sebut saja mengandung banyak micin. Mulut dan perutku tidak dapat menerimanya.

Anakku memang lahir dengan berat badan 2,98 kg. Dia kuberi ASI ekslusif selama 6 bulan. Saat itu aku belum mengetahui mengenai nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan. Sebagai tenaga kesehatan, pola makanku ya sesuai dengan ilmu yang pernah aku baca. Nutrisi ibu hamil yang harus dipenuhi dari masakan kaya kalsium, zat besi, asam folat, dan beragam makanan agar janin mengenali berbagai rasa. Ibu menyusui yang harus banyak makan sayur, buah, cairan, agar tidak dehidrasi. Sejak sebelum menjadi ibupun, aku sudah mengenal istilah makanan dengan gizi seimbang.

Pengalaman menyiapkan makanan dengan gizi seimbang saat MPASI

Tumpeng Gizi Seimbang, Panduan Konsumsi Sehari-hari. Gambar dari Panduan Gizi Seimbang, Kemenkes RI, 2014
Tumpeng Gizi Seimbang, Panduan Konsumsi Sehari-hari. Gambar dari Panduan Gizi Seimbang, Kemenkes RI, 2014

Nah ketika anakku MPASI, dimulailah drama tentang makanan. Kala itu, aku yang menjadi ibu baru, galau memulai MPASI pertama dengan apa. Awalnya aku memberi anakku bubur beras putih, dan dia mau. Sayangnya, di hari kedua aku justru memberikannya kentang saring, yang ternyata kurang encer, sehingga ditolak. Sejak itu, anakku jadi sering menolak MPASI-nya. Ia baru mau makan setelah diberi pure buah yang manis. Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan menu buah di satu bulan pertama MPASI.

Baru kuketahui belakangan, bahwa putri pertamaku termasuk anak yang sensitif terhadap rasa. Dia sudah merasakan rasa buah yang enak dan manis, sehingga ketika di bulan berikutnya aku memberikan bubur dan lauk pauk yang tidak berasa bahkan ada aroma amis, cenderung dilepeh. Tentu saja aku menjadi stres. Apalagi aku juga akhirnya mengetahui kalau buah itu kalorinya sedikit. Sedangkan untuk anak yang mungil, memang sebaiknya mengikuti MPASI panduan WHO, yaitu makanan pokok daerah setempat, beserta lauk dan sayurnya. Ya, sejak bayi pun, setiap sajian makanan harus memenuhi kaidah gizi seimbang.

Semua sudah terlambat, anakku terlanjur menjadi pemilih makanan. Bukan hanya itu, dia juga mengalami trauma makan, karena sering kupaksa. Aku stres ketika ia tidak mau makan dan menyusu terus. Baby blues kembali menyerangku. Aku menjadi kurang tidur, tidak berselera makan, dan kelelahan. Apalagi suami tidak ada di sampingku, kami LDR. Aku juga tidak mempekerjakan pengasuh atau rewang untuk membantu. Maklum, pengalaman pertama membuatku menjadi ibu yang idealis, apa-apa maunya diri sendiri yang mengerjakan. Padahal badan dan pikiran sudah tak sanggup.

Anakku mulai mau makan ketika aku mengenalkan karbohidrat manis seperti ubi dan jagung. Itupun porsinya tak banyak, tak sesuai porsi makan anak seusianya. Untuk bubur, dia benar-benar tutup mulut. Mungkin satu hal yang harus kusyukuri adalah, putri pertamaku suka semua buah dan sayur. Ketika besar, dia bahkan bisa makan sayur yang dikukus atau direbus. Menginjak usianya yang ke-9 bulan, berat badan anakku seret. Aku sih menganggapnya wajar. Asupan makannya kurang, dia tidak minum sufor, dan keaktifannya tinggi. Terang saja kalori yang keluar lebih banyak dari yang masuk. Namun ketika dia mulai mengalami demam naik turun tanpa penyebab yang jelas, dan ada benjolan kecil-kecil di belakang telinganya, aku mulai memeriksakan kesehatannya ke dokter anak. Setelah pemeriksaan klinis, rontgen, dan Mantoux dilakukan, keluarlah diagnosa TB anak.

Ia harus minum obat selama 6 bulan lamanya. Berat badannya juga naik lambat. Menjelang usia 1 tahun, ia memilih makan sendiri, sehingga aku memperkenalkan metode BLW, dengan tetap kuawasi. Ia lebih suka makan kentang goreng, jagung rebus, lauk yang dipotong besar seperti tempe goreng, telur rebus, ikan, yang semuanya dimakan menggunakan tangannya sendiri. Anakku berhenti makan ketika sudah merasa kenyang. Ia juga tidak mau makan jika tidak lapar. Meski sajian gizi seimbang sudah tersedia, namun tampaknya porsi makan juga berpengaruh terhadap nutrisi yang masuk ke badannya.

Anakku memang tumbuh menjadi anak yang mungil. Awalnya tidak terlalu kumasukkan hati, karena Ayah dan Bundanya juga kurus saat kecil. Aku pikir, tak apa badannya kecil, asal tingginya sesuai usianya, toh nanti dia bisa mengejar berat badan ketika remaja atau dewasa. Buktinya sekarang orangtuanya juga gendut semua. Sampai pada akhirnya, aku membaca bullyan di media sosial yang ditujukan untuk anakku, hatiku merasa panas dan sakit. Aku bertekat untuk lebih berusaha lagi memenuhi nutrisi untuk anakku.

Sebelumnya, aku sudah beberapa kali menemui dokter anak dan konsultan gizi anak. Seorang profesor lah yang ketika melihat anakku, menyarankan untuk cek TB. Beliau juga memarahi ketika tahu anakku minum air putih setelah makan. Katanya, anak-anak itu tidak seperti orang dewasa yang perlu minum air putih. Mereka membutuhkan air yang mengandung kalori dan nutrisi. Air putih nggak ada gizinya. Seharusnya anak diberi air manis, seperti sari buah, air jeruk, sari kacang hijau, bahkan teh juga nggak apa-apa. Ulala, ternyata banyak hal yang baru kuketahui.

Pernah juga aku bertemu konsultan gizi anak, dan beliau mengatakan bahwa sebenarnya yang dikhawatirkan dari anak dengan berat badan rendah adalah mikronutrien yang bisa saja tidak terpenuhi. Padahal mikronutrien ini penting untuk pertumbuhan otak, termasuk perkembangan otak. Masih menurut beliau, anak yang kurang gizi lingkar kepalanya lebih kecil dari yang seharusnya (hiks dan ini terbukti, lingkar kepala anak pertamaku lebih kecil dari lingkar kepala anak keduaku). Anak dengan gizi kurang bisa juga lebih pendek dari anak seusianya (alhamdulillah tinggi anakku masih sepantaran teman sebayanya). Intinya tinggi maksimal anak tidak dapat tercapai jika nutrisinya tidak terpenuhi (tinggi maksimal bisa dihitung dari tinggi badan kedua orangtuanya).

Konsultan gizi tersebut juga berpesan untuk memperbaiki pola makan anak. Mengurangi camilan manis, membuat jam makan yang konsisten agar anak merasa lapar. Anak yang sudah makan snack manis, tentu saja jadi nggak mau makan besar karena masih kenyang. Aku disarankan untuk membuat camilan bergizi yang lengkap dengan karbohidrat, protein, serta vitamin. Camilan dengan gizi seimbang seperti burger mini, perkedel daging, bola-bola nasi, risoles, lebih disarankan dibanding wafer, keripik dan kerupuk.

Kini alhamdulillah anakku sudah mau makan nasi, meskipun lauknya harus yang disukai, kayak ayam kriuk, ikan bakar manis, udang goreng, dan sebagainya. Untuk sayur dan buah tidak ada masalah. Berat badannya memang masih masuk batas bawah, tetapi tingginya cukup. Dari kisahku di atas, ternyata konsumsi makanan sehari-hari dengan gizi seimbang itu amat penting. Sejak 1000 hari pertama kehidupan, sampai dewasa.

Mengapa makanan dengan gizi seimbang itu penting?

Belakangan, aku baru mengenal istilah “stunting”, yaitu keadaan dimana anak kurang gizi, sehingga ia menjadi lebih mungil, lebih pendek, dan lingkar kepalanya lebih kecil dari anak seusianya. Menurut Pedoman Gizi dari Kemenkes RI (2014) hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar Nasional) 2013 menunjukkan bahwa “stunting” pada balita dan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia, makin meningkat. Tak hanya anak dengan status gizi kurang saja yang perlu perhatian, tetapi juga anak yang kelebihan berat badan dan kegemukan.

Gizi yang berlebihan adalah faktor risiko PTM, seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia [Depkes, 2008]. Data Riskesdas 2007, 2010, 2013 memperlihatkan kecenderungan prevalensi obesitas
(IMT > 25) semua kelompok umur. Anak balita 12,2%, 14% dan 11,9% ;usia 6-19 tahun (Riskesdas 2007, 2010) naik dari 5,2% menjadi 5,9%; orang dewasa dan usia lanjut (Riskesdas 2007, 2010) naik dari 21,3% menjadi 22,8%. Hasil
Riskesdas 2013 laki-laki obes 19,7% dan perempuan 32,9% [Depkes, 2008; Kemenkes, 2010, 2013].

Kelebihan gizi merupakan akibat dari kelebihan makanan dan minuman kaya energi, kaya lemak jenuh, gula dan garam tambahan, namun kekurangan makanan bergizi seperti sayuran, buah-buahan dan serealia utuh. Selain itu, juga karena kurang melakukan aktivitas fisik. Riskesdas 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih
memiliki masalah kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus (wasting) anak balita dari 13,6% menjadi 13,3% dan menurun 12,1%.

Sedangkan kecenderungan prevalensi anak balita pendek (stunting) sebesar 36,8%, 35,6%,37,2%. Prevalensi gizi kurang (underweight) berturut-turut 18,4%, 17,9% dan 19,6%. Prevalensi kurus anak sekolah sampai remaja. Riskesdas 2010 sebesar 28,5% [Kemenkes, 2007, 2010, 2013].

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa masalah gizi tidak hanya kekurangan gizi, tetapi juga kelebihan gizi yang berakibat obesitas dan menjadi faktor risiko PTM. Bunda semua nggak mau kan anaknya kena diabetes, jantung dan stroke dikemudian hari hanya karena asupan nutrisinya tidak seimbang?

Lalu, yang dimaksud gizi seimbang itu seperti apa?

Dulu zaman saya kecil, yang terkenal adalah slogan 4 Sehat 5 Sempurna. Ternyata prinsip ini diperkenalkan oleh Bapak Gizi Indonesia Prof. Poorwo Soedarmo. Prinsip 4 Sehat 5 Sempurna mengacu pada Basic Four Amerika Serikat yang mulai diperkenalkan pada era 1940an, yaitu menu yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan, serta susu untuk menyempurnakan.

Dalam perkembangannya, slogan 4 Sehat 5 Sempurna sudah tidak sesuai zaman. Sebuah slogan baru yaitu Nutrition Guide for Balanced Diet disepakati pada konferensi pangan sedunia di Roma Tahun 1992. Di Indonesia, prinsip di atas dikenal dengan sebutan Pedoman Gizi Seimbang. Perbedaan utama antara 4 Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah, pada gizi seimbang, menu harian harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. Konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu keanekaragaman pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan mempertahankan berat badan normal (Pedoman Gizi Seimbang, Kemenkes RI).

sajian sekali makan
Gambar dari Panduan Gizi Seimbang, Kemenkes RI, 2014

Oleh karena itu, gizi seimbang tidak hanya berpatokan pada menu makanan saja, tetapi juga perilaku hidup sehat. Untuk menu makanan, yang dimaksud dengan piring gizi seimbang adalah terdiri dari 15 % protein, 15 % buah, 35 % sayur dan 35 % karbohidrat.

Pengalaman menyiapkan makanan dengan gizi seimbang

Seperti sudah saya ceritakan saat anak masih MPASI, banyak pengalaman seru ketika saya menyiapkan menu gizi seimbang. Kalau boleh saya simpulkan, ada beberapa poin yang disampaikan baik oleh dokter anak, konsultan gizi, maupun dari pengalaman pribadi saya selama menyiapkan makanan untuk anak, yaitu:

1. Sejak MPASI, perkenalkan lah menu gizi seimbang.

Tujuannya agar anak nggak pilih-pilih makanan. Terbukti karena saya memperkenalkan sayur dan buah sejak awal MPASI, anak jadi mau makan kedua menu tersebut. Sama halnya ketika anak saya terlanjur mengenal ubi, jagung manis, roti dan kentang sebagai karbohidrat, ya makanan pokok tersebut yang dipilihnya. Sajikan pula lauk pauk baik dari protein hewani dan nabati, agar anak bisa mengenal rasa, dan manfaat protein.

2. Beri anekaragam pangan

Buah jangan pepaya saja, tapi juga bermacam-macam. Mulai dari yang kaya vitamin C, dan kaya vitamin lainnya. Mulai dari yang berwarna merah, kuning, hingga buah berwarna hijau dan ungu. Keanekaragaman buah dan sayur akan membuat anak kaya mengenal rasa, bahkan bisa sekaligus belajar banyak warna. Sama halnya dengan protein, anak perlu memakan semua jenis protein, karena kandungan gizinya berbeda-beda. Misalnya saja, kalsium lebih banyak ditemukan pada protein hewani dari laut. Atau zat besi lebih banyak ditemukan pada daging sapi. Untuk karbohidrat pun prinsipnya sama. Contohnya, saat dewasa dan anak harus tinggal di daerah yang nggak ada beras, maka ia mau makan karbohidrat lainnya, karena sejak kecil sudah mengenal bahkan terbiasa.

3. Kurangi camilan manis, atau camilan asin, agar anak merasa lapar.

Yup, camilan manis memang pengganggu pola makan anak. Manis dari gula, tentu memberikan energi yang luar biasa, tapi tanpa gizi. Anak juga cenderung menjadi hiperaktif jika menerima terlalu banyak asupan gula. Begitu juga dengan camilan yang terlalu banyak garam dan penyedap buatan, seperti keripik, snack asin kriuk-kriuk.

Lebih baik Bunda membuat camilan sendiri yang lebih bergizi. Camilan pun bisa dimasak dengan menu gizi seimbang lho. Dalam satu gigitan mengandung karbohidrat, protein, buah dan sayur. Contohnya kayak martabak, risoles, kroket, dan sebagainya.

Untuk menciptakan rasa lapar, waktu makan pun harus konsisten. Kapan jam sarapan, snack pagi, makan siang, snack sore, dan makan malam. Dengan begitu, anak tahu bila ia tidak makan, maka waktu makan berikutnya masih lama. Untuk anak yang lebih besar, saya rasa lebih fleksibel ya. Untuk anak-anak yang kelebihan gizi (terus menerus merasa lapar), menurut saya penting untuk menerapkan konsistensi waktu makan.

4. Berikan porsi makan yang sesuai usianya

Di panduan WHO sudah ada ukuran porsi MPASI anak. Untuk anak yang lebih besar, Bunda dapat menghitung kebutuhan kalorinya, kebutuhan karbohidrat, protein, dan vitaminnya sesuai usia atau aktivitas sehari-hari. Waktu praktikum biokimia, saya pernah nih menghitung kebutuhan kalori harian saya, dan ternyata memang kurang jika dibandingkan dengan kalori yang keluar dari aktivitas harian.

Saya beri contoh, AKG (Angka Kebutuhan Gizi) Protein yang dibutuhkan berdasarkan Lampiran pada Pedoman Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan, 2014 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia :

Gambar dari Panduan Gizi Seimbang, Kemenkes RI, 2014
Gambar dari Panduan Gizi Seimbang, Kemenkes RI, 2014

Nah dari angka di atas bisa dong ya dihitung kebutuhan harian protein anak kita berapa. Misal nih anak saya usianya 6 tahun, perempuan, berarti harus makan protein 35 g/hari. Wah lumayan juga ya. Ini belum AKG karbohidrat, vitamin dan lainnya. Bunda tak perlu bingung, di Pedoman Gizi Seimbang yang diterbitkan oleh Kemenkes, semuanya sudah lengkap. Bahkan nilai AKG per bahan makanan dan bahan tambahan makanan ada di sana.

5. Beri minuman yang bernutrisi

Untuk anak balita, lebih baik minum sari buah, jus, air teh, sari kacang hijau, sari kedelai, dan lain-lain dibanding air putih. Seperti penjelasan saya di atas, alasannya karena anak membutuhkan lebih banyak nutrisi dan kalori sebanding dengan aktivitasnya. Ada hal menarik, misalnya saja, jika sedang makan daging merah, maka sebaiknya diiringi asupan vitamin C, agar zat besi lebih terserap. Nah, vitamin C ini bisa didapat dari air jeruk lho. Untuk anak yang lebih besar, air putih tetap yang terbaik. Biaskaan minum air putih minimal 8 gelas/hari.

6. Masak bahan makanan yang terjamin kualitasnya

Boleh saja sih kalau mau beli, tapi Bunda juga perlu memastikan hiegenitas dan kualitasnya ya. Dulu saya pernah beli lauk di warung pas nggak sempat masak, eh malah anak jadi diare. Termasuk air minum juga begitu. Nggak jarang, kan, kita mendengar beberapa penjual nakal menggunakan air mentah baik untuk es batu maupun minuman yang dijualnya=(. Pilihlah buah dan sayur yang segar, protein yang tanpa suntik, dan sumber protein yang terjamin. Dengan begitu, menu gizi seimbang yang dimakan anak pun optimal.

Kreasi SO GOOD Ayam Potong dan SO GOOD Siap Masak dalam menu piring gizi seimbang

so good ayam potong

Sebagai Bunda yang juga memiliki segudang kegiatan, pemenuhan gizi seimbang sebaiknya dilakukan setiap hari tanpa harus ribet. Nggak perlu masak yang susah-susah kayak rendang, atau sop iga sapi, yang penting memenuhi kaidah gizi seimbang, maka sudah cukup untuk kesehatan anak.

Nah, saya mau share kreasi menu piring gizi seimbang ala saya nih. Kali ini saya akan memasak menggunakan ayam potong SO GOOD (paha dan dada potongan premium) dan Sosis SO GOOD Siap Masak.

Sosis Bakar dan Tumis Sayur

so good sosis
Menu gizi seimbang dengan sosis SO GOOD

Bahan Sosis Bakar:

bahan sosis bakar so good

  1. Sosis SO GOOD
  2. Mentega
  3. Merica secukupnya
  4. Kecap secukupnya
  5. Oregano sesuai selera
  6. Tusuk sate

Cara Membuat Sosis Bakar:

sosis bakar

  1. Tusuk sosis SO GOOD dengan tusuk sate
  2. Olesi sosis dengan mentega
  3. Letakkan sosis di atas teflon/ happycall/pemanggang
  4. Nyalakan kompor
  5. Panggang hingga mentega meresap
  6. Taburi merica dan kecap secukupnya
  7. Setelah matang, taburi oregano sesuai selera
  8. Panggang lagi sebentar
  9. Angkat, dan sosis bakar siap disajikan

Bahan Tumis Sayur:

  1. Wortel 1 buah
  2. Buncis secukupnya
  3. Jagung 1 buah
  4. Bawang putih 2 siung
  5. Daun salam 1 buah
  6. Gula garam secukupnya
  7. Merica secukupnya
  8. Minyak

Cara Membuat Tumis Sayur:

tumis sayur

  1. Rajang bawang putih
  2. Potong dadu wortel dan buncis
  3. Rebus jagung hingga matang, lalu serut
  4. Panaskan minyak
  5. Tumis bawang putih dan daun salam
  6. Masukkan wortel dan buncis, tumis hingga matang
  7. Masukkan jagung, aduk rata
  8. Taburi gula, garam, dan merica. Aduk rata
  9. Matikan kompor. Tumis sayur siap disajikan bersama sosis bakar
  10. Rebus kecipir sebagai sayur tambahan bila mau.
makan sosis so good
Lihat deh Kakak dan Adek lahap makan sosis bakar

Ayam Goreng Crispy, Sayur Urap

ayam goreng crispy so good

Bahan Ayam Goreng Crispy:

  1. SO GOOD Ayam potong (saya ambil 6 potong)
  2. Bawang putih 2 siung
  3. Garam secukupnya
  4. Air untuk merebus
  5. Minyak
  6. Tepung crispy siap saji (merek sesuai selera)

Cara Membuat Ayam Goreng Crispy:

ayam goreng so good

  1. Bersihkan ayam potong di air mengalir
  2. Beri air jeruk nipis, diamkan sesaat
  3. Ulek bawang putih dan garam
  4. Rebus air hingga mendidih
  5. Masukkan ulekan bumbu tadi ke air rebusan
  6. Bilas ayam, lalu tiriskan. Masukkan ayam ke air berbumbu
  7. Tunggu hingga bumbu meresap. Ditandai dengan air mulai mengering
  8. Angkat ayam, biarkan hingga dingin
  9. Siapkan adonan basah tepung crispy (1 sdm penuh tepung siap saji+ 4 sdm air)
  10. Selimuti ayam dengan adonan basah, lalu balur ayam dengan tepung kering sambil dicubit-cubit ringan.
  11. Goreng ayam dalam minyak panas (terendam) dengan api sedang hingga matang dan berwarna kuning keemasan
  12. Tiriskan ayam dan sajikan dengan saus tomat atau sesuai selera

Bahan Urap Daun Kenikir Kacang Panjang:

  1. Kelapa muda setengah buah (yang sudah diparut)
  2. Daun kenikir 1 ikat besar
  3. Kacang panjang 1 ikat kecil
  4. Gula garam secukupnya
  5. Kencur 2 jari
  6. Cabai merah 1 buah

Cara Membuat Urap Daun Kenikir Kacang Panjang:

sayur urap

  1. Petiki daun kenikir, cuci bersih, lalu rebus hingga matang. Angkat dan tiriskan
  2. Potong kacag panjang sesuai selera, cuci bersih, lalu rebus hingga matang. Angkat dan tiriskan
  3. Ulek kencur, cabai, dan gula garam hingga halus
  4. Masukkan parutan kelapa ke dalam bumbu. Aduk hingga rata
  5. Kukus hingga matang parutan kelapa yang sudah berbumbu. Angkat
  6. Campur parutan kelapa matang dengan daun kenikir dan kacang panjang tadi
  7. Sajikan bersama ayam goreng crispy
makan ayam goreng
Ayam crispy mah kesukaannya anak-anak:)

Mengapa SO GOOD?

piring gizi seimbang so good

Menurut Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia Prof. Hardinsyah MS PhD protein hewani penting untuk manusia, yaitu :
-Agar sel-sel organ tubuh dapat bertumbuh dengan baik
-Untuk memperbaiki sel tubuh yang rusak
-Meningkatkan daya tahan tubuh
-Meningkatkan fungsi otak agar meningkatkan prestasi dan produktivitas.

ciri daging ayam segar
Gambar dari IG @sogoodid

Berdasarkan hasil penelusuran saya, ayam-ayam yang datang ke pabrik SO GOOD berada dalam keadaan baik yaitu tanpa suntik hormon, bebas formalin, dan bebas pengawet. Dapat dipastikan bahwa proses pemasakannya menggunakan suhu 170 C, selama tidak kurang dari 3 menit dan langsung dibekukan secara cepat menggunakan Individual Quick Frosen (IQF) sehingga terjamin kelezatan, kesegaran, dan nutrisinya. Saya sendiri memeriksa langsung kesegaran ayam potong SO GOOD sebelum memasaknya. Produk SO GOOD juga sudah mengantongi sertifikasi halal dari MUI.

Wah, jadi makin yakin, kan, masak menu piring gizi seimbang menggunakan bahan dari SO GOOD?

Referensi:

Pedoman Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan RI, 2014

(Visited 377 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

55 thoughts on “Pentingnya Menu Gizi Seimbang Untuk Buah Hati

  1. Dewi Ratih Purnama Reply

    Udah lama ngga bikin ayam krispi. Enak juga ya pakai ayam so good, bisa pilih ayam potong apa, ukurannya juga sama..ayam krispinya jadi cakep hehehe

  2. Vicky Laurentina Reply

    Saya ikut sedih dengar putri Mbak Dian kena TBC. Kita sudah berusaha keras membesarkan anak kita supaya dia sehat, tetapi dalam beberapa hal kecil kita tetap bisa kecolongan. Mudah-mudahan, meskipun mungkin lingkar kepalanya kecil, kepandaiannya tetap menyamai standar anak-anak seumurnya ya, Mbak.

    Eh ya, Mbak Dian ini senang makan ayam crispy pakai saos tomat ya. Kalau saya senangnya pakai mayonaise atau saos barbeque bikinan sendiri 🙂

    • dian.ismyama Post authorReply

      Iya Mbak, sudah berusaha yang terbaik, tapi apa daya. Pas kecil aku juga didiagnosa flek lho. Cuma dulu aq pe inget minum cairan pink gitu, entah deh itu buat apa

  3. lendyagasshi Reply

    Oh…dulu suka gemes juga kalau anak-anak GTM.
    Ternyata ada sebabnya yaa…karena awalnya mereka sudah dikenalkan dengan rasa buah yang manis. Jadi gak mau makanan tak berasa.

    Hmm…anak-anak senang sekali dengan menu ayam ini.
    Dan pastinya So Good harus selalu ada di freezer.

  4. Hellofika Reply

    Setuju banget mb. Aku jg menyarankan kalau ponakanku ga mau makan.. setidaknya paksa dia makan protein. Xixi alias gadoin ayam atau ikan atau kasih bakso atau pempek. Yg penting ttp Ada asupan protein. Oh ya ponakanku under 4 th semua

  5. amanda Reply

    liat foto awalnya sosis jadi ngiler mbak.
    gizi seimbang memang penting sekali yaa.. buat anak anak terutama.

  6. retno Reply

    sebagai emak emak, maksud hati ingin memberi cemilan agar anak selalu terpenuhi kebutuhan energinya. Ternyata oh ternyata cemilan yang terlalu banyak itu malah enggak baik ya mbak, karena anak jadi gak mau makan… kadang saya lupa hal ini…

    • dian.ismyama Post authorReply

      Lihat tipe anaknya Mbak. Kalau yang tetep mau makan besar sih ya nggak masalah. Tapi kalau camilan manis dan kadar gula tinggi memang tidak disarankan karena mengarah pada PTM tadi

  7. Zefy Reply

    Sosis bakar kayaknya enak mbak, tapi untuk penggemar cabai aku kayaknya kalau nyobain ni resep bakalan nambahin sambal hehe

  8. ruziana ina Reply

    anak sy juga susah makan dulunya
    sekarang sejak TK dan dititip udah mau makan
    di rumah juga
    meski harus dibujuk
    sosis salah satu kesukaan anak saya
    begitu juga dengan ayam
    memang bener…klu kebanyakan ngemil anak jd malas makan
    makanya saya kadang sering ngomel krn suami sering belikan jajanan yg manis

  9. Jiah Reply

    Ah, jadi konsumsi air putih pada anak itu gak boleh banyak2. Catet nih, sama soal ngasih jam makan. Karena sering kali anak ngemil, lalu males makan besar. Pdhal gizi seimbang itu penting. Alhamdulillah skrg anak2 Mbak Dian sehat2

    • dian.ismyama Post authorReply

      Iya Mbak, sebaiknya air yang bernutrisi sekalian. Iya ngemil memang kadang bikin anak jadi nggak lapar lagi, kan? Iya alhamdulillah sehat

  10. Marfa Reply

    Kreasi menu gizi seimbang yang menggugah selera. Jadi rasanya pengin makan disiapin sama ibu lagi, huhuhu anak kost suka ngga memerhatikan gizi sih

  11. Nurul Fitri Fatkhani Reply

    Saya bari tau, kalau anak kecil dianjurkan gak minum air putih setelah makan…harus dikasih yang bernutrisi ya?
    Lihat sosis bakarnya, perut saya langsung bunyi, Mbak…jadi pengeen hihihi

    • dian.ismyama Post authorReply

      Iya, menurut beberapa dokter anak yang saya temui, rata-rata pada bilang gitu Mbak. Idem ini sosis baunya juga menggoda lho:)

  12. Ruli retno Reply

    Sebagai Ibu, aku aware banget soal stunting ini. Dan so good memang ngebantu banget buat para ibu untuk tetep memenuhi nutrisi anak ya

  13. Sally Fauzi Reply

    Aku mgerasain masa² anakku gak mau makan. Masak apa aja dilepeh. Alhamdulillah sekarang malah pada mau.

    So Good andalanku di rumah nih mbak, kalau pagi² pusing sama bekel

  14. Diah Kusumastuti Reply

    Bener banget tuh Mbak, mengenalkan menu gizi seimbang terutama sayur dan buah sejak MPASI tuh penting banget. Terbukti sama anak-anak saya. Yg pertama picky eater karena MPASI nya kurang kenal sayur dan buah, tapi anak kedua dan ketiga lebih gampang maemnya karena MPASI nya saya kenalin sayur dan buah lebih sering.
    TFS Mbak 🙂

  15. Liza Reply

    wow leyat bnaget mbak produk so goodnya. sayangnya di tempatku belum ada produk so good.

  16. Mahadewi Reply

    gIzi seimbang ini buat saya rada kurang sosialisasi ya,
    masih banyak ibu di luar sana pada bilang kalo makanan harus 4 sehat lima sempurna, ketinggalan zaman banget

    • dian.ismyama Post authorReply

      Huaa iyakah Mbak? Makanya ini saya nulis tentang gizi seimbang. Padahal puskesmas dan posyandu sudah pakai slogan ini lho

  17. Nova Violita Reply

    Ibu emang kudu kreatif n banyak akal ya…, kadang suka bingung mo ngasih anak makan apa..apalagi kalau gak suka sayur…duh bingung.

    Anak masa pertumbuhan butuh gizi seimbang ..

    Kalo soogood semua pasti suka..

    • dian.ismyama Post authorReply

      Bener Mbak, kita kudu masak yang anak-anak suka. Sayur bisa diakali camilan yang di dalamnya ditaruh sayuran potong dadu

  18. April Hamsa Reply

    SO GOOD ini selain enak juga praktis banget ya mbak cara masaknya. Trus senengnya lagi dia kandungan gizinya oke banget, jd bisa jd alternatif protein hewani buat keluarga terutama anak2 TFS

  19. Ikhsan Reply

    1000 hari awal kehidupan itu penting banget ya ternyata. Kutipan tadi melemparkan saya; dan membayangkan bagaimana rasanya hidup pertama kali di 1000 hari pertama tsb. Haha.

Leave a Reply

Your email address will not be published.