Dongeng untuk bayi 3 bulan apakah bermanfaat? Membudayakan literasi artinya mengenalkan, memberi contoh dan membiasakan. Literasi tidak hanya membaca dan menulis. Setidaknya ada enam literasi dasar yang perlu dikuasai oleh anak-anak kita di zaman serba cepat ini. Literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan. Penguasaan literasi ini disepakati dalam World Economic Forum pada tahun 2015 sehingga merupakan standar internasional.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Gerakan Literasi Nasional (2017) menyatakan bahwa sejarah peradaban umat manusia menunjukkan bahwa bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang memiliki peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia.
Keberliterasian dalam konteks ini bukan hanya masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan juga yang lebih penting, bagaimana warga bangsa memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk menciptakan kesejahteraan dunia. Dengan kata lain, bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan global.
Oleh karena itu, tugas kita bersama untuk membudayakan literasi. Bukan hanya tugas pemerintah. Pemerintah telah memfasilitasi melalui GLN (Gerakan Literasi Nasional) dan GLS (Gerakan Literasi Sekolah). Salah satu GLN yang pernah saya ikuti adalah pembuatan buku cerita untuk PAUD dan SD. Kemendikbud menyaring berbagai buku bergambar untuk diseleksi dan dibagikan secara gratis melalui e-book. Harapannya agar semua masyarakat dapat mengakses buku digital gratis ini sehingga meningkatkan literasi membaca.
GLS sendiri sudah dilangsungkan di sekolah-sekolah. Contohnya di SD anak pertama saya. Pada awal masuk SD, anak-anak diminta mengumpulkan tiga buku cerita dengan tema tertentu. Buku-buku tersebut didonasikan ke perpustakaan sekolah. Dalam seminggu, setidaknya ada satu kali kunjungan ke perpustakaan sehingga murid – murid SD dapat membaca buku cerita apapun yang mereka mau.
Mendengarkan Dongeng, Mengasah Literasi
“Jika ingin anak cerdas maka bacakan dongeng. Jika ingin ia lebih pintar lagi, bacakan lebih banyak dongeng.” – Albert Einstein –
Membacakan dongeng, sebuah aktivitas yang kesannya sepele dan kerap diabaikan oleh orangtua. Apalagi bila anak belum bisa membaca, orangtua menganggap bahwa sia-sia saja mendongeng toh anak tidak bisa membaca. Padahal anak dapat memahami gambar, dan mendengar apa yang diceritakan. Kisah-kisah yang dibacakan akan terekam di otak anak. Oleh arena itu dongeng untuk bayi 3 bulan sangat bermanfaat dan sebaiknya dilakukan.
Saya jadi ingat ketika anak kedua saya, Sara yang berusia 3 tahun dibacakan sebuah buku cerita yang sama berkali-kali. Tidak sampai 3 hari, ia sudah hafal di luar kepala isi buku tersebut. Ia bahkan dapat mengulang ceritanya dengan mengganti nama tokoh sesuai dengan keinginannya.
Siapa yang tidak kaget ketika mengetahui bahwa balita yang belum bisa membaca ternyata punya kemampuan untuk menceritakan kembali sebuah buku. Kecerdasan literasi baca ini adalah hal wajar yang akan muncul pada anak bila distimulasi.
Anak tidak begitu saja cinta pada buku, suka membaca. Ia butuh teladan, yang dilihatnya setiap hari. Anak juga butuh pembiasaan. Rumus ini berlaku untuk semua kebiasaan positif.
Manfaat Dongeng Untuk Bayi dan Anak
Kebiasaan mendongeng sebelum tidur yang dilakukan oleh orangtua tidak hanya meningkatkan literasi baca tulis anak. Tapi juga berdampak positif pada kehidupan anak. Pesan-pesan dan hikmah yang terdapat dalam buku akan masuk ke alam bawah sadar anak. Karena waktu menjelang tidur adalah waktu yang paling tepat untuk menanamkan sebuah konsep. Dalam istilah parenting sering disebut sebagai waktu untuk sounding.
Ketika anak sangat mengantuk, muncul gelombang theta. Frekuensi gelombang teta adalah sebesar 4-8 Hz. Gelombang ini bisa muncul bukan hanya saat sangat mengantuk, tapi juga saat tidur ringan hypnosis, meditasi dalam, dan khusyuk. Gelombang theta adalah gelombang pikiran bawah sadar. Oleh sebab itu, anak-anak cepat mudah menerima informasi bila otaknya berada gelombang theta.
Mendongeng memberikan banyak manfaat antara lain penanaman karakter baik, transfer ilmu pengetahuan, dan dapat menenangkan anak yang suasana hatinya sedang tidak gembira. Mendongeng bukan hanya membudayakan literasi membaca, tapi juga melahirkan literasi menulis.
Saya ambil contoh anak sendiri yang berkat pembiasaan didongengkan, ia menjadi dapat menyampaikan idenya melalui berbagai media. Mulai dari menggambar dalam bentuk komik. Hingga akhirnya ketika sudah bisa menulis huruf, ia mulai meminta dibacakan huruf per huruf untuk membuat sebuah kalimat. Literasi menulisnya mulai terasah.
Rumah Baca, dari Masyarakat untuk Masyarakat
Tidak semua keluarga melek literasi baca tulis. Oleh karena itu, peran masyarakat menjadi penting. Rumah baca adalah satu dari sekian banyak tempat yang membudayakan literasi baca tulis.
Saya pernah mengajak anak ke salah satu rumah baca yang dikelola oleh komunitas di Yogyakarta. Rumah baca tersebut tidak hanya menyediakan buku-buku cerita anak. Tapi juga mengajak anak membaca dengan suara nyaring. Istilah populernya adalah Read Aloud.
Penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Memory, menemukan bahwa aktivitas membaca dan berbicara dengan keras adalah cara yang lebih efektif untuk mengingat informasi dibandingkan membaca buku diam-diam atau hanya mendengarnya dibacakan dengan keras. Efek ganda dari berbicara dan mendengar membantu menanamkan memori lebih kuat.
Anak-anak belajar intonasi, raut wajah, gerak tubuh sehingga literasi bacanya lebih berkembang. Mereka berinteraksi dengan pendengar. Mereka belajar untuk menjadi kreatif, komunikatif, dan berpikir kritis sehingga dapat menyajikan penampilan Read Aloud yang tidak membosankan. Secara tidak sadar, anak-anak ini sedang meningkatkan budaya literasi bangsa Indonesia.
Bila di setiap daerah terdapat rumah baca yang mulai mempraktikkan Read Aloud, maka membudayakan literasi baca tulis akan lebih mudah. Semoga semakin banyak masyarakat yang tergerak untuk turut serta dalam menggerakkan literasi bangsa sehingga anak-anak menjadi lebih fasih dalam berliterasi.
#SahabatKeluarga #LiterasiKeluarga

dulu suak didongengin sekarang suka dongeng buat di komunitas
Salfok sama perpustakaan pribadinya nih aku, ahaha.
Anw, read aloud ini sekarang lagi digaungkan banget ya mbak.. Semoga bikin masyarakat Indonesia, khususnya anak2 makin suka baca ya dengan gerakan read aloud ini ?
emang ya, budaya baca buku itu harus lahir dari kita sebagai orang tua. Kalau anaknya mau jadi pecinta buku, mau ga mau harus dicontohin sm ibu bapaknya
Dulu2 sebenarnya aku rajin mendongeng buat anak2 sebelum bobo. Makin ke sini ga lagi hahaha secara anak2ku udah memasuki usia remaja. Memang bagus banget manfaat mendeongen. Menjalin kedekatan kita dengan anak2. Menceritakan samcil menasehati jadi mereka paham dan langsung masuk ke memori apa yang diampaikan secara verbal 🙂
Setuju mbak. Aku dulu dibacain dongeng tentang lakon wayang gitu sama bapak. Nah, sekarang berhubung udah jarang banget cerita tentang pewayangan di televisi, akhirnya beralihlah ke novel-novel wayang. Rencananya bakal aku treatment juga ke anakku nanti mbak, bacain novel-novel wayang gitu.