Seberapa penting sih me time?
Beberapa waktu lalu muncul meme di sosmed yang menyatakan bahwa me time bagi ibu rumah tangga itu penting banget. Dengan argumen bahwa 24 jam bersama anak, di rumah, jelas membuat ibu kurang bersosialisasi dan kurang merasakan waktu sendiri. Kemudian muncul lagi meme yang menyanggahnya, bahwa bagi ibu rumah tangga, meninggalkan anak demi me time itu bikin hati nggak tenang, karena ingat anak, nggak bisa jauh-jauh dari anak.
Well, buat saya pribadi, itu pilihan ya. Mau ibu rumah tangga, ibu bekerja di luar dan di dalam rumah, memiliki me time adalah pilihan. Jenis me time yang di ambil pun pilihan.
Sekedar berbagi pengalaman, saat saya full 24 jam di rumah. Me time adalah kemewahan. Mandi yang seharusnya bisa menjadi me time pun kadang tak bisa saya dapatkan, karena terpaksa mandi bareng anak misalnya, atau mandi terburu-buru. Saat anak tidur, menyesap kopi, menyantap brownis bikinan sendiri sembari membaca buku sudah menjadi me time. Sesekali di hari sabtu/minggu saya mengikuti les bahasa inggris dan liqo dekat rumah, selain agar otak nggak tumpul, kedua hal tersebut juga me time untuk saya. Ada lagi yang lebih ekstrim, yaitu pergi malam hari untuk nonton/makan dengan mantan teman kerja dulu (perempuan lho, hoho). Bahkan nambal gigi pas suami sudah pulang untuk menjaga anak pun masuk me time untuk saya, hihi. Oh ya, datang ke acara blogger juga me time saya lho. Pinginnya sih bawa anak, tapi kendala tempat acara yang jauh (biasanya di Jakarta) membuat saya nggak tega kalau bawa anak naik KRL, bakal kecapekan dia, jadi saya prefer anak di rumah (ketika masih ada art pe sore) atau di daycare harian. Kok kayaknya segitunya? Lha itu bisa dihitung dengan jari, sebulan belum tentu sekali saya ikut acara blogger, lihat-lihat tempatnya dan acaranya juga yang dianggap penting yang mana. Nggak mungkin juga kan saya tiap hari nyekolahin anak di daycare, bisa heboh suami saya:D
Apakah saya menelantarkan anak dengan me time? Atau menghabiskan waktu dengan sia-sia? Tidak menurut saya. Me time bagi ibu memang perlu untuk menjaga kewarasan. Dan bentuknya berbeda-beda sesuai karakter masing-masing orang.

Ada yang bisa me time tanpa perlu ke luar rumah. Misal seperti saya tadi, baca buku/crafting saat anak tidur/anak pergi dengan ayahnya mungkin. Luluran dan maskeran saat weekend.

Ada pula yang me time yang harus keluar rumah, biar nggak pengap menghirup udara itu-itu saja, hehe.
Kecuali fasilitas rumahnya kayak rumah Anang-Ashanti ya, yang ada kolam renangnya, tempat ngegym nya, salonnya, dll. Itu mah keliling rumah juga udah bisa kemana-mana ibaratnya. Me time di luar rumah bisa banyak jenisnya, misal berolahraga dengan teman, menambah ilmu dimajelis taklim/mengaji, mengikuti kursus keterampilan, bakti sosial, refreshing/jalan-jalan bersama teman/sodara/sendirian. Kadang kalau sudah lama nggak me time karena nggak sempat /karena suami pulang malam, wah bisa kabur otomatis saya, entah makan sendirian di luar rumah/ jalan-jalan sebentar ke mana gitu..Parah ya. Itu zaman dulu pas benar-benar 24 jam sama anak.
Kalau zaman sekarang?
Karena kuliah tiap kamis-sabtu (sabtu lebih banyak libur) sudah saya anggap me time, maka itu sebenarnya sudah lebih dari cukup. Kalau dosennya kosong, saya dipastikan selalu pulang ke rumah untuk bertemu anak (bila dia sedang tidak sekolah paud). Saya sempatkan memandikan, menyuapi, dan bercengkrama sebisa mungkin. Padahal senin-rabu ya lebih banyak sama anak nya. Tapi bukan berarti saya terus nggak ber-me time ria lagi. Justru berasa makin banyak me time. Seminar kefarmasian yang dipastikan bisa saya ikuti, nggak kayak di Jakarta yang harus 2 jam naik KRL dulu kalau mau seminar, di Jogja jarak tempuh maksimal 20 menitlah kalau macet. Sama halnya dengan acara-acara blogger, kalau bisa berangkat tanpa anak ya saya tidak membawa najla. Di rumah sudah ada rewang, pagi PAUD dan ada mama yang mengawasi, jadi lebih tenang ninggalin anak 1-2jam. Nggak ada lagi drama ibu rumah tangga dilarang pergi tanpa anak dan dianggap aneh oleh lingkungan sekitar (hihi, ada pengalaman buruk nih tentang ini). Karena kadang, apa yang kita lakukan bisa jadi ditangkap berbeda oleh orang lain. “Wah ibunya senang-senang, anaknya di tinggal di rumah”. “Wah suami pulang kerja, malah kelayapan.” Lha kalau kasusnya saya harus nambal gigi, ganti syaraf di gusi 1-2jam, dokternya praktek malam, ga mungkin bawa anak didiemin 1 jam ngliat saya di tambal,kan? Lha kudu gimana lagi?? Masa dokter gigi beserta peralatannya diminta datang ke rumah? Wedew. Ya begitulah suka dukanya menjadi ibu.
Kalau bisa saya simpulkan, perlu atau tidaknya me time, kita sendiri yang tentukan. Kapan kita perlu me time?
1. Bila hampir sepanjang hari tidak sempat melakukan apapun sendirian.
2. Bila badan dan pikiran terasa jenuh dan perlu penyegaran.
3. Bila ingin meng-upgrade diri baik dalam hal agama, keterampilan, wawasan dll.
4. Bila sesekali ingin merasakan kangen anak dan suami (wkkka, agak maksa nih alasan yang ini). Eh tapi bener lho, me time 1 jam saja di luar rumah udah bikin saya kangen sama anak dan jadi lebih sabar momongnya. Maklum apa-apa sendiri kala itu.
5. Bila ada yang ngajak me time (eh itu mah jatuhnya friendship time kali ya, haha)
Fungsi me time juga banyak banget. Asal nggak berlebihan dan prepare saat meninggalkan anak dan suami ya. Apa saja persiapan me time untuk ibu?
1. Komunikasikan jauh-jauh hari dengan suami/orang rumah ketika kita ada acara di tanggal tertentu, jadi suami sudah persiapan dan dalam kondisi free. Sepakati jam berapa perginya, berapa lama, bagaimana bila acara molor, dll.
2. Siapkan keperluan/kebutuhan sehari-hari anak dan suami sebelum ibu me time. Misal seperti ada makanan di rumah, ada stok buah dan cemilan. Anak sudah mandi, sudah makan, dll.
3. Persiapkan perlengkapan me time kita agar tidak terburu-buru saar berangkat. Misal dompet, air minum, hp yang full charge, dll.
4. Komunikasi dengan anak juga diperlukan, agar anak tahu ibunya pergi sebentar dan segera kembali bila acaranya sudah selesai.
Kalau ada yang merasa nggak perlu me time, mungkin secara tidak sadar sudah punya me time. Tidak harus yang sifatnya bersenang-senang lho. Tapi melakukan hal yang disukai/hobi sudah termasuk me time. Seperti baking kue saat anak sekolah/tidur, makan siang dengan teman kantor/teman kampus, mengaji/tahajud di malam hari saat penguni rumah sudah tidur, blog walking/ posting blog juga masuk me time kalau dari kacamata saya.
Nah itu dia me time ala saya dan tips-tipsnya agar berjalan lancar.
Kalau couple time gimana? Penting nggak ya?
Ada opini saya di sini nih 🙂

me time perlu, couple time lebih perluuuu
hehehehehe
Iyes bener banget.padahal saya lebih jarang couple time lho.curcol..bsk deh 1 postingan sendiri curcolnya
Ahahhaha….
Banyak hal bisa jadi me time 🙂
Yuhu. Mandi aja me time e
nyimak dulu aja dah wkwkwk
Wkkkka..ini tips emak2 soalnya:D
Wah. Ada foto akuuu…hihi *gagal fokus
Kuliah itu termasuk me time buatku.
Me time buat mendekatkan diri kepada Tuhan lebih penting lagiii *ceilah. Hehehehe
Benar Mak..ini yg kadang kita lalai-_-
Me time, couple time dan family time. Tiga-tiganya penting, tapi paling nikmat itu ya me time. Hihihii
Hihi. Curcol..:)