Kampanye imunisasi MR (Measles, Rubella) sedang gencar dilakukan, karena pada Agustus dan September 2017 ini pemerintah akan memberikan imunisasi MR gratis untuk anak usia 9 bulan- 15 tahun di Pulau Jawa. Setelah itu, pada tahun 2018, program imunisasi gratis ini akan diberikan di luar Jawa.
Sedihnya, tidak semua orangtua mengijinkan anaknya diimunisasi. Alasannya bermacam-macam, mulai dari merasa tidak perlu, kontroversi halal- haram, hingga berpikir bila anak terkena rubella dan meninggal dunia, maka itu adalah takdir. Ilmu agama saya cetek, tapi setahu saya, ikhtiar adalah bentuk tawakal kita pada Allah, dengan memberikan imunisasi, maka kita berikhtiar terhadap kesehatan anak. Soal halal- haram, atau jika merasa vaksin tidak perlu, bisa baca dulu tulisan saya berikut ini.
Mengapa imunisasi MR?
Seperti sudah teman- teman baca di tulisan sebelumnya, imunisasi berfungsi untuk mencegah keparahan penyakit akibat virus, dalam hal ini virus Measles dan Rubella. Apa itu Measles dan Rubella? Simak infografis dari Kemenkes dan video dari PAHO TV berikut ini.
Measles dapat mengakibatkan terjadinya demam, ruam, batuk, hidung berair dan kemerahan, mata berair. Komplikasi dapat menyebabkan terjadinya infeksi telinga, diare, pnemonia, keruskaan otak dan kematian. Sementara rubella menyebabkan demam, sakit tenggorokan, ruam, sakit kepala, mata gatal dan kemerahan (Sumber: CDC).
Dapat dilihat dalam video tersebut bahwa measles dan rubella mudah sekali menular, yaitu dari batuk dan bersin penderitanya. Bayangkan saja bila ada 1 anak dengan virus tersebut dan tidak dikarantina, maka anak lain dapat tertular, dan sedihnya, orang dewasa terutama ibu hamil pun dapat tertular.
Dengan imunisasi MR artinya kita melindungi ibu hamil!
Tidak semua orang dapat diimunisasi, contohnya anak – anak penderita kanker yang sedang kemoterapi, anak dengan HIV dengan nilai CD 4 di bawah 200 sel/mm3, termasuk ibu hamil. Mengapa kita harus melindungi ibu hamil dari Rubella? Jika ibu hamil terinfeksi rubella, maka dia dapat mengalami keguguran atau bayinya lahir cacat.
Bila ibu hamil terutama trimester 1 (usia kehamilan 1-3 bulan) bila terinfeksi Rubella, maka 90% janinnya dapat terkena SRK (Sindrom Rubella Kongenital).
SRK adalah keadaan dimana bayi lahir dengan kelainan bawaan, antara lain gangguan pendengaran, gangguan penglihatan (katarak/kekeruhan lensa mata), keterlambatan perkembangan, hingga kelainan jantung. Bayangkan bila ibu hamil ini tertular rubella dari anak-anak, maka janin yang dikandungnya akan lahir dengan berbagai kelainan tersebut. Fakta diatas bukan isapan jempol belaka, namun fakta yang didukung oleh penelitian dan data.
Masih nggak percaya dengan fakta di atas? Terus terang, saya sendiri memiliki teman yang anaknya terlahir dengan Sindrom Rubella Kongenital. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bagaimana kondisi anak tersebut dan bagaimana kedua orangtuanya berjuang untuk terapi anak mereka. Teman-teman bisa lihat video ini, kisah asli bukan fiksi.
Namanya Ubi, putri pertama dari Mbak Grace dan Mas Adit. Mami Ubi terkena rubella saat hamil, tapi tidak ada yang tahu kalau demam, flu yang di deritanya adalah rubella, dikira hanya sakit pilek biasa. Akhirnya Ubi lahir, dan Mami Ubi tidak menyadari ada yang aneh pada anaknya, karena kadang tampak baik-baik saja. Hingga akhirnya mereka menyadari ada yang aneh, Ubi sepertinya tidak merespon bunyi. Lalu mereka membawanya untuk konsultasi lagi ke dokter ahli, dan terungkaplah bahwa Ubi menderita Sindrom Rubella Kongenital, yang membuatnya mengalami keterlambatan pertumbuhan, motorik, serta gangguan pendengaran berat :(. Kini Mami Ubi aktif mengkampanyekan cek TORCH dan imunisasi MR, agar tidak ada Ubi-Ubi lain di dunia ini.
Tidak semua anak berkebutuhan khusus seberuntung Ubi, bisa terapi, bisa mendapat pengobatan dan alat bantu dengar (perjuangan orangtua Ubi juga tidak semudah yang terlihat). Bayangkan bila anak dari orangtua dengan tingkat ekonomi rendah dan berpendidikan rendah yang mengalaminya, bisa jadi anak dengan SRK tersebut justru dikucilkan, dianggap aib, atau bahkan dibuang:(. Karena sungguh tak mudah membesarkan anak dengan kebutuhan khusus. Bahkan saya membaca langsung, ada orangtua yang rela menjual ginjalnya demi membiayai obat dan terapi anak dengan SRK.
Orangtua setegar Mami Ubi pun punya kekhawatiran yang besar terhadap masa depan anaknya. Mereka khawatir bagaimana keadaan anaknya bila mereka sudah tidak ada. Mereka khawatir dengan kemandirian anaknya saat dewasa nanti. Mereka khawatir terhadap kondisi keuangan anak dengan SRK bila tidak ada support system atau pekerjaan yang bisa digelutinya (ditulis berdasarkan curcol Mami Ubi dari wa grup blogger yang kami ikuti).
Fakta lain membuktikan bahwa dengan imunisasi MR yang berhasil, suatu negara bahkan benua bisa bebas MR. Contohnya adalah Amerika yang sudah bebas MR. Setelah Sama seperti keberhasilan vaksin polio di Yogyakarta, sehingga Jogja menjadi kota bebas polio. Dikutip dari idai.or.id, sebelum ditemukan vaksin rubella, terjadi infeksi rubella global sebanyak 12,5 juta kasus pada tahun 1962- 1965. Gejalanya berupa radang otak sebesar 2.000 kasus, 11.250 keguguran, 2.100 kematian bayi baru lahir, dan 20.000 kasus lahirnya bayi dengan SRK. Setelah masa imunisasi, pada tahun 2005- 2011 hanya ditemukan 4 kasus rubella di AS. Lalu kini, Amerika sudah bebas rubella. Sebuah pencapaian yang mencengangkan bukan? Hal ini dapat terjadi tentunya karena berhasilnya program imunisasi. Oleh karena itu, saya pribadi berharap Indonesia kelak bisa bebas MR.
Fatwa MUI
Dari penjelasan di postingan Imunisasi dan Kontroversinya, sebenarnya sudah cukup jelas ya soal fatwa MUI ini. Lebih khusus soal vaksin MR, akan saya tampilkan surat rekomendasi MUI.
Bagaimana dengan bahan vaksin MR?
Masih ragu ikut imunisasi MR?
Imunisasi MR sudah digratiskan oleh pemerintah. Fatwa MUI sudah menyatakan mubah, bahkan wajib. Bukti dan fakta bahwa imunisasi MR sangat diperlukan juga sudah jelas. Masih ragu bagian mananya? Coba sini kita sharing
Imunisasi MR bukan hanya soal kesehatan anak kita, tapi juga kesehatan anak lain, dan yang terpenting, ini soal kehidupan janin yang akan lahir. Ini soal keselamatan ibu hamil dan bayinya. Ibu hamil bisa keguguran, dan bayi bisa lahir dengan berbagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Apa hal tersebut masih belum meyakinkan untuk ikutan imunisasi MR?
Referensi: http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/sindrom-rubela-kongenital
https://www.cdc.gov/vaccinesafety/vaccines/mmr-vaccine.html
http://www.medscape.com/viewarticle/756316_2
https://aidsinfo.nih.gov/understanding-hiv-aids/fact-sheets/21/57/hiv-and-immunizations
Sumber foto:
Semua foto diambil dari Twitter @KemenkesRI, kecuali
Foto vaksin MR di ICTP diambil dari Twitter @elsaieda
Foto dukung imunisasi MR dari blog Mami Ubi www.gracemelia.com
Makin tercerahkan ttg urgensi imunisasi MR ini.
Tks for sharing ya mbaaa
sama2 Mbak
Alhamdulillah, aku gak ragu imunisasi.
Aiman sudah imunisasi MR tinggal Aita nih. Belum dapat jadwal
sama Mbak, Sara juga dari posyandu masih september
aku belum nikah si dan belum punya anak juga tapi aku pro imunisasi banget. gak habis pikir sm yg masih kontra sm imunisasi .. semoga dg blog ini orang2 tercerahkan huwaaa
sip2, jadi seneng kalo generasi muda kayak gini:)
Saladin imunisasi MR di sekolahnya nanti tgl 22
Yg gemes itu kalau ketemu antivaks..udh dijelasin panjang lebar eh ngeyel
sabar Mbak, edukasi terus ajah
Wah.., besok mba Dian bisa diundang jadi pembicara nih…
hihi Mbak Iis bisa ajah:)
kalau punya anak di rumah usia yang udah di tentukan mending di imunisasi… kan gak merugikan juga 😉
vaksin itu penting