Film Parasite, review. Indonesia sedang dilanda demam NKCTHI, Habibie Ainun, dan Imperfect. Saya sendiri sudah menonton dua film yaitu NKCTHI dan Imperfect. Ulasannya sudah saya tulis di IG stories. Lalu bagaimana dengan beberapa film korea yang sejak beberapa tahun yang lalu memasuki bioskop Indonesia dan mungkin bioskop seluruh dunia?
Sebelum ada Kim Ji-Young, film Parasite lebih dulu meledak. Dari mulut ke mulut, semua orang yang saya kenal dan sudah menonton film ini mengatakan bahwa film ini bagus. Wajib nonton lah istilahnya, recomended. Saya yang saat itu sedang hamil besar, akhirnya mendapat kesempatan nonton yaitu berbarengan ketika anak-anak dan Ayahnya menonton film Lion King, saya melipir ke studio sebelah untuk menikmati Parasite.
Jadi gimana review nya menurut pandangan saya sebagai penyuka film?
Parasite, Bercerita tentang Kesenjangan Sosial Ekonomi dengan Apik
Seperti kita ketahui bahwa Parasite memang film yang menceritakan tentang kesenjangan sosial ekonomi yang begitu lebar di Korea. Saya kira hanya di Indonesia saja yang kesenjangan sosial dan ekonomi nya lebar, ternyata di Korea juga.
Saya kira hanya di Indonesia saja banyak pengangguran, ternyata di Korea juga. Saya kira hanya di Indonesia orang percaya pada batu bertuah, ternyata di Korea juga. Banyak sekali persamaan Indonesia Korea yang bisa dilihat di film Parasite.
Katanya di negara Eropa, mempekerjakan pembantu rumah tangga itu mahal gajinya. Nah, kalau di Korea saya kurang tahu. Andai seperti itu, berarti hanya orang yang sangat kaya saja yang mempunyai privilage seperti itu. Nah, di film Parasite, keluarga Park merupakan pengusaha di bidang IT yang digambarkan kaya karena mempunyai mobil dan sopir, serta rumah yang besar, bukan di gang sempit atau di apartemen.
Sinopsis Parasite
Parasite bercerita tentang kehidupan keluarga Kim Ki-taek (Song Kang-ho), seorang sopir lepasan dan istrinya Choong Sook (Jang Hye-jin) bersama dua anaknya. Mereka tinggal di sebuah apartemen bawah tanah yang tak layak huni. Semakin mengenaskan karena mereka pengangguran. Mereka menggantungkan diri pada pendapatan kecil dari melipat kotak piza.
Suatu hari, Ki-woo putra di keluarga Kim Ki-taek mendapatkan pekerjaan mengajar les untuk menggantikan temannya yang melanjutkan kuliah di luar negeri. Ketika tiba di rumah keluarga Park, Ki-woo menemukan strategi untuk menarik keluarganya dari kemiskinan dengan cara yang licik.
Review Film Parasite
Saya sampai terkagum-kagum karena melihat keluarga pengangguran tapi sangat pintar dan licik. Mereka bisa membohongi keluarga Park yang berpendidikan tinggi. Saya penasaran apa di Korea sangat susah memperoleh pekerjaan atau gimana ya? Mengingat sepertinya keluarga Kim Ki-taek tidak terlihat bodoh.
Kesatiran yang ditunjukkan dalam film ini memang membuat kelas menengah seperti saya jadi waspada. Apa iya orang dengan ekonomi kurang bisa menjadi sedemikian mengerikan jika menyangkut uang dan harga diri? Hmm, saya kira hanya orang kaya dengan kekuasaan saja yang bisa bertindak cerdik dan buas.
Ngomong-ngomong tentang “bau khas” keluarga Kim yang membuat kepala keluarga tersebut murka, saya pernah mencium aroma tersebut ketika naik KRL. Mungkin jenis baunya berbeda, tapi waktu saya naik KRL tersebut, ada rombongan sekeluarga dengan pakaian lebih lusuh dibanding penumpang KRL lainnya, dan bau mereka kurang enak, hiks. Saya jadi berpikir, duh dalam kehidupan nyata ada beneran nih. Tapi jangan sampai kita menyakiti mereka hanya karena bau tersebut.
Film ini memang bergenre tragikomedi sehingga enggak langsung spaneng di awal. Meski ada komedinya, menurut saya untuk penonton yang enggak berani nonton film thriler, mending jangan nonton Parasite deh. Lumayan serem gitu di bagian akhir. Pokoknya endingnya benar-benar tidak diduga. Saya bahkan menunggu sekuelnya, Parasite 2, karena masih bisa banget untuk dikembangkan.
Penghargaan yang Diterima Film Parasite
Selain Golden Globes, Film ‘Parasite’ karya Boong Joon-ho juga memenangkan Palme d’Or, kategori tertinggi di ajang bergengsi Cannes Film Festival 2019. Film ini juga menang di Buil Film Awards, Chunsa Film Art Awards, Hollywood Film Awards, Korean Association of Film Critics Awards, Sydney Film Festival, Tallgrass Film Festival, International Film Festival Cinematik, dan Vancouver International Film Festival. Film Parasite juga menjadi nominasi di berbagai penghargaan.
Film Parasite juga mendapat respon positif di berbagai festival film. Seperti di Munich International Film Festival di Jerman, Festival Film Lumiere di Prancis dan Festival Film Locarno di Swiss. Kabarnya film akan dijadikan serial drama oleh sebuah rumah produksi di Amerika lho.
Film yang Bagus dan Layak Mendapat Apresiasi
Mengutip tanggapan Joko Anwar di Instagram nya, Parasite merupakan film jenius yang dibuat oleh seorang jenius. Membuka pikiran dan mata. Dibuat dengan otak. Bukti bahwa masih ada film bagus tanpa mengandalkan kecanggihan atau hal mentereng lainnya. Koko Anwar bahkan memberikan nilai 10 dari 10.
Baca juga review Film Bumi Manusia
Kalau Joko Anwar kasih nilai 10, saya kasih nilai 10,5 deh. Karena sampai membuat saya ingat tentang film Parasite saat berada di KRL=D
Saya penasaran pengen nonton Parasite setelah kemarin nonton Kim Ji Young. Btw, orang yang serba kekurangan secara ekonomi, bisa jadi ada beberapa yang seperti itu. Licik dan mengerikan. Saya punya pengalaman buruk soalnya, but it’s ok, dijadikan pelajaran saja.
Haha lebih tinggi lagi skornya 10,5.
Memang film ini “sinting”. Mbak harus nonton film lain dari sutradara yang sama.