Dapatkah Streching dan Yoga Mengurangi Nyeri Menstruasi?
Menstruasi adalah peristiwa meluruhnya jaringan endometrium karena tidak adanya telur matang yang dibuahi oleh sperma. Setiap wanita pada usia reproduksi pasti mengalami perubahan mood dan fisik terkait siklus menstruasi. Masalah tersering wanita pada saat menstruasi adalah dismenore. Artikel ini akan mengulas tentang penyebab dismenore, gejalanya dan bagaimana cara mengatasinya baik dengan terapi farmakologi (dengan obat), maupun terapi nonfarmakologi (tanpa obat). Salah satu terapi nonfarmakologi yang banyak dibicarakan adalah olahraga, misalnya stretching dan yoga. Benarkah kedua cara tersebut dapat mengurangi dismenore atau nyeri menstruasi? Bagaimana mekanisme kerjanya secara ilmiah?
Definisi

Dismenore didefinisikan sebagai nyeri pada saat menstruasi. Kata dismenore berasal dari bahasa Yunani, yaitu dysmenorrhea, yang menurut arti katanya terdiri atas “dys” berarti sulit, “meno” berarti bulan, dan “rrhea” berarti aliran. Kejadian dismenore meningkat dari remaja hingga wanita dewasa, dan menurun setelah usia 30- 35 tahun. Rata-rata 40%-50% wanita mengalami kram menstruasi yang parah, dan 10% nya tidak dapat melakukan kegiatan sehari- hari selama 1-3 hari per bulan, seperti tidak masuk sekolah atau tidak masuk kerja, karena nyeri. Meskipun berefek negatif, tetapi banyak wanita yang tidak menemui tenaga medis untuk membantu mengatasi dismenorenya.
Penyebab Dismenore
Dismenore diklasifikasikan menjadi dismenore primer dan sekunder.
- Dismenore primer
Pada dismenore primer atau nyeri menstruasi primer, tidak ada penampakan ketidaknormalan pada pelvis (kandungan). Nyeri pada dismenore primer berasal dari respon inflamasi (peradangan) yang dirangsang oleh prostaglandin dan leukotrien sehingga menyebabkan kram perut dan gejala sistemik lainnya. Prostaglandin diproduksi di dalam rahim dan menyebabkan otot rahim berkontraksi. Wanita yang mengalami dismenore memiliki kadar prostaglandin 5-13 kali lebih tinggi dibanding wanita yang tidak mengalami dismenore.
Gejala pada dismenore primer adalah nyeri pada garis tengah abdomen (perut bagian bawah) yang mulai muncul beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan mulainya menstruasi. Nyeri dirasakan paling berat pada hari pertama atau kedua, bersamaan dengan waktu pelepasan maksimal prostaglandin. Selain dirasakan pada suprapubik, nyeri juga dapat menjalar ke permukaan dalam paha. Nyerinya mirip dengan nyeri yang dirasakan oleh wanita hamil yang mendapat suntikan analog prostaglandin untuk merangsang persalinan. Beberapa gejala lain yang menyertai dismenore primer adalah sakit kepala, mual atau muntah, nyeri kaki bagian belakang, diare, konstipasi (susah buang air besar/sembelit), sering berkemih (sering buang air kecil), dan bahkan pingsan.
Di Indonesia angka kejadian dismenore primer sebesar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder.
Beberapa faktor resiko yang berkaitan dengan tingkat keparahan dismenore, antara lain usia menarche dini (usia pertama kali menstruasi), periode menstruasi yang panjang, aliran menstruasi yang berat, merokok, riwayat keluarga yang juga mengalami dismenore, obesitas (kegemukan), stres dan konsumsi alkohol. Aktivitas fisik dan durasi (lamanya) siklus menstruasi tidak menunjukkan hubungan dengan peningkatan nyeri menstruasi.
- Dismenore sekunder
Dismenore sekunder atau nyeri mesntruasi sekunder disebabkan oleh adanya patologi (penyakit) pada pelvis, atau nyeri menstruasi yang berhubungan dengan adanya ketidaknormalan kondisi fisik atau medis. Misalnya, infeksi pada intrauterin, endometriosis, penyakit inflamasi pada pelvis, kista ovarium, kanker endometrium, hingga tumor jinak pada rahim.
Terapi Farmakologi
Pilihan pengobatan untuk mengatasi nyeri menstruasi biasanya adalah analgetik (antinyeri) dari golongan NSAID, seperti naproxen 550 mg lalu menjadi 275-550 mg 2xsehari dimulai sejak seminggu sebelum menstruasi dan selama beberapa hari pertama menstruasi. Ibuprofen 200-400 mg setiap 4-6 jam atau 600 mg 2xsehari dan asam mefenamat 250-500 mg 3xsehari dimulai dari hari ke 16 siklus menstruasi, juga dapat digunakan. Aspirin dan parasetamol juga merupakan obat pilihan untuk dismenore.
Terapi Nonfarmakologi
Dismenore primer dapat diatasi dengan terapi tanpa obat, baik modifikasi gaya hidup, termasuk perubahan pola makan, perubahan pola tidur yang lebih baik, manajemen stres, akupuntur, hingga olahraga latihan aerobik berkelanjutan minimal 3 kali seminggu.
Pada artikel ini, akan diulas mengenai stretching (peregangan) dan yoga untuk mengurangi nyeri saat menstruasi. Di beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia, didapatkan hasil adanya penurunan yang signifikan (bermakna) terhadap intensitas nyeri, lamanya nyeri, dan penggunaan obat-obatan pereda nyeri menstruasi.
Stretching
Stretching atau peregangan yang dimaksud, dilakukan selama 8 minggu di rumah (3 hari seminggu dan dua kali sehari selama 10 menit). Stretching tersebut tidak boleh dilakukan ketika menstruasi, dan teknik stretching yang benar diperagakan oleh instruktur yang berkualifikasi dan berpengalaman.

Berikut adalah langkah-langkah dari stretching:
Gambar A. Langkah pertama dari stretching adalah berdiri di belakang sebuah kursi, membungkuk ke arah depan sehingga bahu dan punggung berada pada satu garis lurus dan tubuh bagian atas paralel dengan lantai. Durasi peregangan ini selama 5 detik, diulangi selama 10 kali.
Gambar B. Langkah kedua yaitu berdiri 10-20 cm di belakang kursi, kemudian mengangkat salah satu tumit kaki dari lantai, lalu ulangi dengan tumit kaki yang lain. Latihan ini dilakukan sebanyak 20 kali.
Gambar C. Langkah ketiga adalah lebarkan kaki selebar bahu, tangan ke depan dalam keadaan teregang, kemudian lutut dilipat dan pertahankan posisi berjongkok. Durasi posisi ini adalah 5 detik, kemudian tubuh ditegakkan kembali dan ulangi langkah yang sama sebanyak 10 kali.
Gambar D. Langkah keempat yaitu lebarkan kaki lebih lebar daripada bahu. Kemudian, sentuh pergelangan kaki kiri dengan tangan kanan, sedangkan tangan kiri dibentangkan di atas kepala, sehingga kepala berada di tengah dan posisi kepala menoleh ke arah tangan kiri. Latihan ini diulangi sebanyak 10 kali untuk masing-masing bagian tubuh.
Gambar E. Langkah kelima adalah berbaring terlentang, kemudian lutut ditekuk dengan bantuan tangan sampai menyentuh dagu, ulangi sebanyak 10 kali.
Gambar F. Langkah keenam yaitu berdiri bersandar pada dinding dan letakkan tangan di belakang kepala dan siku menghadap lurus searah dengan pandangan mata. Latihan ini dilakukan selama 10 menit dan diulang 10 kali.
Yoga
Yoga adalah teknik meditasi yang mengajarkan relaksasi pada pernafasan, dan posisi tubuh untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan. Melakukan yoga minimal selama 10 menit, mampu mengubah pola penerimaan rasa sakit ke fase yang lebih menenangkan. Beberapa gerakan yoga seperti pose kapalabhati, suptha baddha konasana, pose cat dan cow, pose adho mukha virasana dapat merangsang tubuh untuk melepaskan opioid endogen yaitu endorfin .
Mekanisme aksi
Streching dan yoga bermanfaat untuk mengurangi nyeri menstruasi primer melalui beberapa cara, antara lain menurunkan stres, mengurangi gejala menstruasi melalui peningkatan metabolisme lokal, peningkatan aliran darah lokal pada pelvis, dan peningkatan produksi hormon endorfin. Nama endorfin berasal dari dua kata yaitu endogenous dan morfin, dikarenakan hormone ini memiliki aksi serupa dengan morfin (opiate alami). Endorfin dilepaskan dari kelenjar pituitari (disebut juga kelenjar hipofisis, terletak di dasar otak) yang dipercaya memberikan efek antinyeri, dan menyebabkan euforia (rasa senang yang berlebihan). Bukti ilmiah menunjukkan bahwa endorfin dapat mempengaruhi pelepasan neurotransmiter lain seperti norepinefrin, dopamin, dan asetilkolin, dimana mereka bekerja dengan memodulasi membran presinaptik dari banyak sinaps selain milik mereka sendiri.
Namun sebuah review dari jurnal neuroscience menyatakan bahwa efek pengurangan nyeri dari aktivitas endorfin masih meragukan, terkait dengan metode yang digunakan dalam penelitian dan hasil yang bervariasi dan inkonsisten. Faktor lain yang mempengaruhi, antara lain karena bervariasinya metode untuk pengukuran endorfin dalam darah. Bahkan menurut review tersebut, metode pengukuran plasma darah, kurang sesuai untuk menetukan jumlah endorfin yang dilepaskan oleh kelenjar pituitari.
Sementara penelitian lain, menunjukkan bahwa opioid endogen (endorfin) berperan dalam ventilasi (pertukaran udara) karbondioksida dan hipoksia (keadaan kurangnya oksigen dalam darah). Terdapat kemungkinan, bahwa selama olahraga, persepsi kelelahan dipengaruhi oleh endorfin.
Kedepannya, tentu saja masih dibutuhkan penelitian lain mengenai sistem opioid endogen, sehingga dapat meningkatkan pemahaman mengenai hubungan antara pelepasan endorfin dengan olahraga dan pengurangan nyeri.
Kesimpulannya, stretching dan yoga dapat menjadi alternatif terapi nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri menstruasi bagi wanita yang ingin meminimalkan penggunaan obat-obatan. Terapi ini dilakukan sebelum menstruasi ya, jadi pastikan anda mencatat siklus menstruasi sehingga dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai latihan stretching dan atau yoga. Konsultasikan juga kepada tenaga medis bila anda masih mengalami nyeri menstruasi yang hebat walaupun sudah melakukan terapi tanpa obat.
Referensi:
Anisa, Magista V. 2015. The Effect Of Exercises On Primary Dysmenorrhea. Artikel Review, J Majority, Volume 4 Nomor 2, Januari 2015.
Dipiro, Joseph T., et al. Pharmacotherapy Handbook, 7th Edition. Menstrual-Related Disorders, page 1465-1480.
Gagua Tinatin, Tkesshelashvili B., Gagua David. 2012. Primary Dysmenorrhea: Prevalence in Adolescent Population of Tbilisi, Georgia and Risk Factors. J Turk Ger Gynecol Assoc. 2012; 13(3): 162–168. Published online 2012 Sep 1. doi: 10.5152/jtgga.2012.21. Terdapat pada http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3939234/
Leuenberger, Andrea. 2006. Endorphin, Exercise, and Addictions: A Review of Exercise Dependence. The Premier Journal for Undergraduate Publication in The Neurosciences.
Purwanti, Sugi. 2013. Analisis Perbedaan Terapi Dismenorhea dengan Metode Effleruage, Kneading, dan Yoga dalam Mengatasi Dismenorhea. Jurnal Kebidanan, Vol. V, No. 01, Juni 2013.
VJ Harber, JR Sutton. 1984. Endorphins and Exercise. Sports Med, 1984 March- April;1(2): 154-71. Terdapat pada www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/6091217

baru tahu apa itu dismenoer…ternyata nyeri saat haid ya
hehe..iya