Asa dari Mata Anak-Anak dan Pejuang Makanan Kampung

Facebooktwitterredditmail

Bulir-bulir air membasahi tanah. Hari itu, Desa Kemuning yang biasanya terik, diguyur hujan. Seorang perempuan berjilbab memacu motornya, dari Sambipitu ke Desa Kemuning. Ia menembus dinginnya pagi. Jas hujannya kuyup, begitu pula dengan helm dan motornya.

paud desa kemuning

Tak berapa lama, sampailah ia di sebuah bangunan sederhana. Tiga pilar kecil terlihat di bagian depan. Jembatan kecil warna-warni menghiasi teras. Terdapat dua jendela dan satu pintu, persis seperti rumah-rumah yang menjadi ikon gambar zaman dulu.

Perempuan berjilbab membuka jas hujan dan memarkir motornya. Ia mengelap wajahnya yang basah. Lalu memasuki bangunan yang ia sayangi. Menunggu muridnya datang satu per satu. 

Menyelami Semangat Belajar Mengajar di PAUD R.A. Masyitoh

Nama perempuan itu adalah Bu Yeni Lestari, kepala sekolah PAUD R.A. Masyitoh. Ilustrasi di atas adalah imajinasi saya ketika Bu Yeni tetap setia datang mengajar meskipun Kemuning sedang diguyur hujan.

“Dulu sebelum bangunan sekolah direhab, kalau hujan deras ya kegiatan belajar mengajar diliburkan. Maklum, bocor di mana-mana,” kenang Bu Yeni.

Bu Yeni bercerita bahwa sekolah ini pada bulan Juli 2008. Sebelumnya, anak-anak Desa Kemuning harus berjalan kaki sejauh 4 kilometer ke TK di daerah Beji. Oleh karena itu, ia berpikir bagaimana caranya agar anak-anak mempunyai tempat belajar sendiri di desanya. Tak apa bila kecil, yang penting dapat digunakan.



Pada tahun 2009, bangunan sekolah berdiri. Duka muncul ketika hujan, karena sarana prasarana sekolah masih seadanya. Pada tahun 2018, datanglah bantuan berupa sarana pendidikan seperti permainan edukasi bagi murid-murid. 

anak-anak desa kemuning

“Alhamdulillah, sekarang alat peraga dan permainan edukasi untuk anak-anak menjadi lengkap. Insyaallah, bangunan ini juga akan diperbagus,” lanjut Bu Yeni.

bermain lego

Saya mengangguk-anggukkan kepala. Menatap mata Bu Yeni yang berbinar ketika berkisah tentang kepeduliannya di dunia pendidikan, mengingatkan saya pada guru anak-anak saya. Dari pancaran matanya, saya dapat melihat isi hatinya. Ia hanya ingin yang terbaik untuk anak-anak bangsa, khususnya anak-anak Desa Kemuning.

Semangat kampung Indonesia begitu terasa dari kacamata para pendidik seperti Bu Yeni dan guru-guru R.A. Masyitoh. Semangat untuk memajukan pendidikan dari kampung. Karena bila anak-anak dari seluruh kampung di Indonesia mendapatkan pendidikan yang layak, maka bangsa kita juga semakin maju.

guru paud desa kemuning

bu yeni desa kemuning

Lihatlah Hilda, ia asyik bermain dengan Bu Yeni. Tatapannya masih polos, tetapi rasa ingin tahunya begitu besar. Kelak Hilda akan menjadi orang hebat. Karena di tengah di keterbatasan fasilitas pendidikan, ia rajin menuntut ilmu. Teman-teman Hilda pun demikian. Semoga.

Melihat dari Dekat Semangat Menduniakan Makanan Kampung 

jenang pisang

Asap mengepul dari wajan yang berisi adonan berwarna cokelat. Gelembung tercipta di permukaan adonan. Menandakan bahwa adonan jenang sudah mendidih dan tercampur merata. Tangan-tangan kuat itu terus mengaduk isi wajan sampai adonan terasa licin, kalis, dan berat.

Proses memasak jenang memang lama, hingga berjam-jam. Setelah adonan jenang jadi, ibu tersebut mengangkat wajan dan menuang jenang ke dalam loyang yang sudah diolesi sedikit minyak goreng. Sang ibu meratakan adonan, lalu membiarkannya sampai dingin.

jenang pister

Apakah sudah selesai? Belum. Ibu-ibu Desa Kemuning membentuk jenang menjadi kecil-kecil agar dapat dinikmati pelanggan. Jenang ditutup lembaran kecil plastik bening, lalu dimasukkan ke dalam mika bening berbentuk persegi panjang. Kemudian di bagian atasnya ditempel stiker bertuliskan “Jenang Pister (Pisang Uter)”. Stiker dilengkapi dengan tulisan komposisi, nomor telepon, dan produksi UMKM Oase Gunungsewu Kemuning. 

membuat lempeng

Di tempat yang sama, ibu lain mencetak lempeng berbahan singkong dengan tangannya. Adonan dipipihkan, untuk dijemur. Lempeng yang sudah kering dimasukkan dalam kemasan. Ada pula yang digoreng baru dikemas.

lempeng singkong

Di ruangan yang berbeda, dua orang ibu membuat pisang rol. Adonan dituang ke cetakan. Setelah matang baru digulung. 

“Pisang rolnya dibuat satu demi satu, Bu?” tanya saya.

“Iya, Mbak. Memang begini caranya,” jawab ibu tersebut.

Saya tertegun melihat semangat mereka. Di ruangan yang panas (terutama karena pembakaran untuk memasak makanan-makanan tadi), mereka tetap bersemangat. Saya belajar bahwa makanan kampung yang bahan dasarnya pisang dan singkong, bisa dibuat menjadi lebih berkelas. 

gaplek

“Kalau sudah diolah, harganya beda jauh, Mbak. Setandan pisang rata-rata 7000 rupiah. Sedangkan satu kemasan Jenang Pister atau pisang rol harganya mulai dari 8000 rupiah. Begitu juga dengan singkong. Singkong yang belum diolah dihargai 700-800 rupiah. Sementara itu,  harga gaplek  dan lempeng bisa mencapai 8000 rupiah,” jelas ibu di hadapan saya.



“Wah, lumayan ya bedanya,” respon saya.

“Iya. Selain itu juga lebih tahan lama,” tambah ibu setengah baya tersebut.

“Kalau untuk kendalanya apa ya, Bu?” tanya seorang perempuan di samping saya.

“Lebih ke pemasarannya, yang membeli hanya yang datang ke sini. Itupun setelah jalan lima tahun.”

“Oh, berarti belum online, Bu?” tanya saya.

“Belum. Nomor PRT juga belum diperpanjang,” lanjutnya.

Mata saya menatap sayu ke arah boks foto yang diberikan oleh ASTRA. Kotak minimalis itu lebih dari cukup untuk menghasilkan foto-foto produk yang bagus. Foto yang dapat dimanfaatkan untuk pemasaran online.  

boks foto produk

Saya merapal doa agar kelak UMKM Oase Gunungsewu Kemuning dapat merambah ke dunia online. Sembari berharap makin banyak pembeli yang datang kemari. Sebelum pulang, saya membeli Lempeng Singkong yang belum digoreng seharga 18.000 rupiah/kg. Saya juga ingin mencicipi Jenang Pister dan pisang rolnya. Sayang pisang rol sedang habis.

Sesampainya di rumah, saya membuka bungkusan yang berisi jenang berwarna cokelat. Jenang Pister saya masukkan ke mulut. Masya Allah, lembut sekali. Lumer, dan manisnya pas. Tidak ada rasa aneh yang pernah saya temukan pada makanan ringan dengan pemanis atau perasa buatan. 

Rasa pisangnya berpadu dinamis dengan santan dan gula merah. Tidak ada getah pisang yang tertinggal di lidah. Sebaliknya, justru mulut saya tak berhenti menyantap jenang lembut tersebut. Menurut saya, Jenang Pister ini sudah pantas untuk masuk ke toko oleh-oleh besar di Yogyakarta.

Bagaimana dengan lempengnya? Suami saya mengenal lempeng sebagai camilan saat ia kecil. Matanya berbinar kala menggigit lempengan keripik yang terbuat dari singkong itu. 

“Enak,” katanya singkat.

Makanan kampung yang berasal dari pisang dan singkong membuat saya dan suami terkenang masa lalu. Saat kami kecil, mendapat oleh-oleh dari orangtua yang dinas keluar kota. Atau ketika tinggal di desa yang warga sekitarnya juga mengolah panganan tadi. 

Bila kami bernostalgia dengan makanan kampung dari Desa Kemuning, mungkin anda akan merasakan hal yang sama. Bila saya terharu dengan semangat mengajar di Desa Kemuning, dan berharap anak-anak di sana dapat mengangkat derajat orangtuanya, maka sudah seharusnya anda juga demikian.

Desa Kemuning sendiri terletak di kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat saya ke sana, bulir keringat luruh dari dahi, dan punggung. Mentari menyengat meski langit menggelap. Tanah lempung  kering terhampar sepanjang pandangan mata. Di balik cuaca dan kontur tanah yang tidak bersahabat, saya melihat anak-anak desa tetap ceria bermain sepakbola dan berlatih menari. 

Tanah lempung memang dikenal sebagai tanah yang tidak subur. Hanya tanaman tertentu yang tidak membutuhkan banyak air yang dapat hidup di tanah ini. Itulah sebabnya singkong dan pisang banyak ditemukan di Desa Kemuning.

Belakangan, Desa Kemuning berbenah. Desa ini adalah satu dari 75 desa binaan ASTRA, atau dinamakan Kampung Berseri ASTRA (KBA). Jika 75 Kampung Berseri ASTRA benar-benar dapat mandiri, maka saya yakin kualitas hidup masyarakat Indonesia juga akan meningkat.

telaga kemuning

Telaga dibangun di Desa Kemuning, yaitu berupa danau tadah hujan. Selain sebagai sumber mata air, sekitar telaga dapat dikembangkan menjadi lokasi perkemahan dan outbond. Fasilitas dan aktivitas di PAUD dan posyandu lansia juga ditingkatkan. UMKM dan Bank Sampah dibina. 

Dari sekian banyak kegiatan yang termasuk dalam empat pilar CSR (Corporate Social Responsibility) ASTRA, saya sangat tertarik dengan kondisi PAUD dan UMKM-nya. Saya yakin, rantai kemiskinan sebuah keluarga, dan bahkan suatu kampung, dapat terputus dengan pendidikan. Dan tentu saja, pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi juga menyokong tujuan tersebut. Lebih lanjut, kesehatan dan lingkungan juga amat penting untuk memandirikan sebuah desa.



Dari mata anak-anak PAUD Desa Kemuning yang sedang bermain puzzle dan lego, saya melihat asa membumbung tinggi. Dari mata pejuang makanan kampung, saya melihat asa yang serupa. Asa yang berkobar, menyulut hati dan pikiran untuk selalu berjuang menggapai cita. 

Terima kasih ASTRA, yang telah menyalakan asa di mata anak-anak, pemuda-pemudi, orangtua, dan lansia Desa Kemuning. Bergandengan tangan, untuk mencapai sejahtera bersama bangsa.

(Visited 366 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

50 thoughts on “Asa dari Mata Anak-Anak dan Pejuang Makanan Kampung

  1. Siti Faridah Reply

    Aku baru tahu kalau ada desa Kemuning setelah baca postingan ini. Bangga dengan para guru PAUD yang tetap semangat mendidik anak-anak. Sukses dan terus maju untuk UMKM desa Kemuning. Penasaran juga nih aku sama jenang pisternya.

  2. Nefertite Fatriyanti Reply

    Sudah lama enggak ke Jogja, apalagi ke Gunung Kidul, lama banget, dan sekarang kayanya daerahnya sudah lebih hijau dibandingkan dahulu yaa.
    Astra keren ya, berbagi kepedulian dengan memiliki binaan lembaga pendidikan, semoga langkah astra ini banyak yang mengikuti

  3. Reyne Raea (Rey) Reply

    Masha Allah, salut banget ama Astra yang selalu peduli dengan kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah kecil.
    Sebenarnya ada banyak hal yang bisa dikembangkan di pedesaan atau pedalaman, seandainya lebih diperhatikan ya.
    Bener-bener sebagai harapan bagi masyarakat untuk mandiri dalam UKM 🙂

  4. Beautyasti1 Reply

    Ku suka makanan kampunh khususnya singkonh beserta olahannya, penasaran sama rasa lempeng singkong. Btw semangat terus mengajar anak didik nya ga ibu guru di desa kemuning..

  5. Untari travel notes Reply

    Makanannya khas daerah banget. Jadi pengen ncicipi deh. Biasanya aku suka banget jajanan lokal kaya gini. Semoga desa kemuning bisa lebih memberdayakan potensinya dan makin sejahtera

  6. Siti hairul Reply

    Aku seneng kemarin bisa ikutan trip ke KbA Kemuning. Dapat insight banyak. Pulangnya aku mborong Lempeng hahahahaha. Rencananya mau main ke KBA astra yg lain lagi nih

  7. Rani Yulianty Reply

    Suka banget dengan tulisan mba Dian, terasa sekali rasa yang ada saat menuliskan pengalaman ini, semoga umkm desa kemuning semakin maju dan produknya semakin dikenal, dan saya pun jadi pengen mencoba jenang pister dan rol pisangnya

  8. Rani R Tyas Reply

    Masya Allah Mbak Dian. Banyak perjuangan di balik ini semua. Salut juga untuk ASTRA yang sudah membina puluhan desa agar lebih berkembang 🙂

  9. uswatun khasanah Reply

    Desa kemuning ini bagian sebelah mananya jogja ya mbak? Baru tahu dan desanya terlihat masih asri. Coba makanan olahan itu dikemas lebih menarik dan dipasarkan di toko oleh oleh agar semakin banyak dikenal masyarakat.

  10. Kartika Nugmalia Reply

    Rasanya ikut haru. Dulu membayangkan jadi guru paud itu nggak kepikiran jika harus berdinas di kampung yang sulit dapat fasilitas. Kalau melihat semangat mereka, rasanya jadi malu ya kalau kita yang sudah diberi banyak kemudahan dan akses mengembangkan ilmu masih berasyik masyuk dengan kemalasan. Ugh tertampar banget baca postingan ini.

  11. Yoanna Fayza Reply

    itu cuma packagingnya aja yg dimasukin ke bambu atau masaknya memang pakai bambu? kalau masaknya pakai bambu, mirip kaya masakan indonesia timur, kebanyang deh sedapnya, karena masakan yg dimasukin ke bambu biasa sedap-sedap.

  12. HM Zwan Reply

    Masya Allah, semangatnya bu Yeni sampai kesini mbk. Perjuangan mendirikan sekolah untuk anak anak ada hasilnya ya, alhamdulillah. Sungguh, usaha itu tidak ada yang sia sia. Sukses terus untuk ASTRA..

  13. Indah Nuria Reply

    Banga melihat semangat anak-anak untuk belajar dan menuntut ilmu, juga semangat para perempuan di desa Kemuning untuk menduniakan cemilan kampung yang justru lebih sehat. Semoga makin maju di tahun baru

  14. Rosanna Simanjuntak Reply

    Di Balikpapan, Kaltim juga ada Kampung Berseri binaan CSR ASTRA.
    Senang banget kalau ada perusahaan yang punya cita-cita sejahtera bersama bangsa.
    Mengentaskan kemiskinan melalui percepatan pembangunan desa.

  15. Yati Rachmat Reply

    Baru dengar Desa Kemuning dan juga jenang pister. Krn seringnya BW berkat adanya Fun w/BlogWalking bunda senang membaca tentang aktivitas ASTRA utk menghidupkan asa para anak2, pemuda dan pemudi serta para Ibu yg ikut terlibat dlm aktivitas bersama ASTRA ini. Semoga tetap maju dan sukses. Aamiin

  16. Arinta Setia Sari Reply

    Ceritanya inspiratif sekali mbak…

    Mantap ya Program KBA AStra ini, bener2 memberdayakan sebuah kampung terpencil di Gunungkidul agar memiliki asa untuk menggeliat, memperkenalkan dirinya pada dunia.

    Btw aku blm pernah ke sana, tapi dah coba lempengnya. Yang bawain Nurul hehehe…
    Rasanya joss deh. Menu Ndeso tapi naknan!

  17. Eni Martini Reply

    Aduh, aku senang banget ini cemilan tradisional sederhana begini. Tapi lebih sehat ya karena bahannya alami, salut deh sama kreatifitas ibu ibunya

  18. Diah Reply

    MasyaAllah, semangat mereka sungguh luar biasa ya Mbak.
    Semoga kelak pendidikan di Desa Kemuning semakin maju. Begitupula dengan UMKMnya bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas, Aamiin. 🙂

  19. Nurul Fitri Fatkhani Reply

    Proses membuat jenang itu lama sekali ya…juga perlu tenaga untuk mengaduknya.
    Padahal kalau di makan habisnya cepet hahaha…
    Semoga semakin banyak Bu Yeni- Bu Yeni yang lain ya…supaya semua anak bisa merasakan pendidikan yang baik

  20. Utie adnu Reply

    Semangat terus salut msih mau mngajar di usia Paud pnuh kesabaran itu.. terus dah laba bngt aku go makan jenang jadi kangen,, sukses trs y mba

  21. Ade anita Reply

    nama desanya desa kemuning. Aku jadi inget tanaman kemuning kesayanganku di dpean rumah. Apa disana banyak pohon kemuning juga?

  22. cari angin Reply

    makanan tradisional itu meurutku emang harus terus dilestarikan karena jika tidak nanti generasi yang akan datang malah jadi nggak tahu bahwa makanan itu berasal dari Indonesia

  23. herva yulyanti Reply

    Mba aku salfok sama harganya lempeng singkong 18ribu /1 kg wuih disini ga dapet yang macam begitu 12ribu dapat seperempat jadi 1 kg itu bisa 48ribu aduh jauh banget ya semoga UMKM ini bisa merambah dunia online saya doakan juga agar saya bisa cicipin lempeng singkong yang murah itu hehehe

  24. Bunda Biya Reply

    Masyaallah.. terharu dengan ceritanya mba. Pernah ikut ngeliput perjuangan guru2 PAUD yang menurutku sangat pantas dapet penghargaan dan reward lebih dari pemerintah.

  25. Indri Noor Reply

    Wah beruntung banget bisa mendatangi Kampung Berseri ASTRA. Aku mupeng soalnya wkwkwk… Paling hepi kalo liat ternyata program.CSR suatu perusahaan itu bisa membawa manfaat ya mba buat lebih banyak orang

  26. lita chan lai Reply

    aku baru tahu kalau desa kemuning ini binaan Astra. masyarakatnya jadi giat ya. semoga ilmu yg diberikan pada anak2 tk dan paud disana bermanfaat. UMKMnya bisa lebih maju lagi.

  27. Dewi Sulistiawaty Reply

    Tulisannya enak dibaca Mba, mengalir. Saya seneng bacanya, apalagi membaca kisah nyata mengenai Desa Kemuning, yang mulai bangkit. Semoga nanti tumbuh benih benih berbakat dan berprestasi dari Desa Kemuning ya. Amiin 🙂

  28. Farida pane Reply

    Aih, ayo dong nomor PRT-nya diperpanjang. Dipasarkan secara online juga. Kan mestinya dana dan tenaga untuk ini ga terlalu besar ya..

  29. lendyagasshi Reply

    Damainya baca tulisan mba Dian mengenai program CSR ASTRA.
    Semoga makin banyak desa yang terbantu dan makin produktif mandiri.

    Melihat jenang, aku teringat hari lamaran.
    kalau di Jawa, jenang itu bagian dari seserahan.
    Filosofinya, biar lengket terus (calon) pasangan suami-istri itu.

    Eaaa…hihii…

  30. Nyi Penengah Dewanti Reply

    MasyaAllah, duh ikut terharu dan bangga
    Kalau bukan kita yang merubah siapa lagi bukan?
    Selalu bangga sama guru, dulu cita-cita pengen jadi guru tapi nggak jadi nih hehehe
    semoga di kotaku segera ada juga kampung astra

  31. Leyla Reply

    Memang para petani harus bisa juga mengolah hasil taninya karena produk olahan lebih tinggi harganya ya. Seperti singkong di atas.

  32. Jiah Reply

    Semoga semakin banyak Desa2 yanh sejahtera ya Mbak. Aku ke Gunung Kidul sekali dan suasana di sana emang masih asli. Kudu banyak pemberdayaan biar gak kalah sama daerah lain. Gunung Kidul kan banyak wisatanya juga

  33. April Hamsa Reply

    Justru makanan kampung itu yang paling dicari ya mbak. Mulai jenang, pisang rol, dll. Ada yang membantu gtu ya memfasilitasinya jd usaha seperti ini? Apa pelatihannya jg sebelumnya dari Astra atau karena kesadaran dr org2 kyk ibu guru PAUD yang mengerakkan yg lain buat belajar?

  34. Nia K. Haryanto Reply

    Keren deh Desa Kemuning ini. Masyarakatnya kreatif. Keterbatasan tak membuat patah semangat. Dan berkat Astra, Kemuning bisa berkembang. Semoga semakin banyak desa binaan Astra ya. Supaya semakin banyak masyarakat yang maju walopun hidup dalam keterbatasan

  35. Arinta Adiningtyas Reply

    Mbak, tulisannya bagus. Saya salut dengan Bu Yeni, insya Allah pahala jariyah mengalir untuk beliau ya.. aamiin YRA..

    Saya salut juga dengan semangat ibu-ibu yang lainnya. Semoga usahanya semakin besar dan solusi untuk masalah pemasarannya segera ditemukan. Aamiin YRA..

  36. Naqiyyah Syam Reply

    Keren banget Mbk kegiatannya dari PAUD dan Jenang, itu juga foto produknya kece ya udah ada box fotografnya. Bakal memudahkan dapat foto bagus, semoga sukses ya

  37. Novitania Reply

    Salut sama Astra, sudah berpartisipasi mensejahterakan masyarakat. Moga program ini terus berlanjut dan berkembang ke seluruh Indonesia

  38. Uniek Kaswarganti Reply

    Semoga Desa Kemuning makin maju dengan adanya program CSR dari Astra ini. UMKMnya perlu difasilitasi untuk promosi. Saat ini makin banyak orang yang merindukan penganan khas suatu daerah tertentu. Dan Indonesia ini kaya sekali dengan aneka jenis jajanan daerahnya. Seperti jenang pisang uter dan lempeng singkong tadi.
    Lempeng singkong tuh apakah sama dengan opak seperti yang dijual di Magelang?

  39. miyosi Reply

    Baca Gunung Kidul dan kisahnya jadi ingat novel tentang Gunung Kidul dimana yang sekolah tinggi hanya sedikit
    Bersyukur Astra memiliki kepedulian tinggi
    Gak jarang orang sukses justru yg dari pelosok
    Ibarat permata banyak di pelosok yg berpotensi tapi belum digosok
    Semoga makin maju desa kemuning

  40. Eka Rahmawati Reply

    Jujur aku baru tahu soal Desa Kemuning hehehe. Aku sangat berharap program CSR Astra untuk membangun desa-desa di berbagai wilayah Indonesia bisa berkelanjutan secara terus menerus. Dari foto-foto Mba Dian, terlihat anak-anak yang belajar di sekolah sangat antusias. Semoga dengan semakin lengkap fasilitasnya akan menambah semangat mereka untuk belajar ya.

  41. Dewi Natalia Reply

    Semoga anak-anak di desa kemuning ini memperoleh pendidikan setinggi mungkin ya sehingga mereka bisa mengembangkan desanya lebih maju lagi.

  42. Apura Reply

    Sungguh sebuah program yang bagus dari Astra. Mulai dari pendidikan sampai UMKM. Salut juga dengan perorangan yang mau jadi volunteer di kegiatan sosial.

Leave a Reply

Your email address will not be published.