“Bunda..bacain buku yang ini ya?”, tanya seorang balita setengah berteriak ke arah Shelly.
” Iya desi sayang, semua buku anak-anak yang ada disini boleh kamu baca.”
“Asik…desi makin cinta deh sama bunda, mmuach..”, ciuman gemas desi mendarat di pipi Shelly, istriku.
Kalender meja menunjukkan tanggal 27 Maret, Ulang Tahun Pernikahanku yang ke 5 .
” Enaknya aku kasih surprise apa ya untuk istriku?”, batinku dalam hati.
Biasanya kami merayakannya berdua di toko buku ini, sekedar mengobrol sambil membahas buku terbaru yang di pajang di toko ini atau saling bertukar kado dan meniup lilin tart Anniversary. Suasananya yang sepi tentu saja menambah keromantisan. Pernah juga aku menyulap toko buku ini menjadi candle light dinner yang paling dia impikan, lengkap dengan pemain biola dan taburan bunga mawar dikarpet merah sepanjang jalan masuk hingga ke meja.
“Ah Bang Rano memang paling tau cara menyenangkan wanita”, begitu ucapnya kala itu.
****
Kreekk..suara pintu terbuka, seorang wanita paruh baya masuk tergesa- gesa.
“Desi…dimana kamu?” Wanita bernama Diana itu mengelilingi separuh ruangan sambil terus melihat jam ditangannya.
“Ayo nak kita pulang, malam ini kita akan menjemput Papamu di Bandara Soeta!”
“Mama…mama….Desi disini..”, kata Desi kegirangan seraya mengulurkan tangan tanda minta digendong.
“Aku pamit pulang dulu ya Jeng Shelly, sepertinya 2 minggu ini off dulu deh nitipin Desi disini, maklum Papanya pulang dari berlayar. Urusan payment langsung cek saldo ya… Mercy.”
Krreekk…..pintu tertutup, sosok Diana yang menghilang membawa Desi seperti adegan slow motion di film-film. Aku tau pasti apa yang bakal terjadi selanjutnya, dan benar seperti dugaanku, meledaklah tangisan Shelly.
“Bang Rano, sampai kapan Bang kita seperti ini? Apa kurang lama waktu 5 tahun untuk membuatmu siap memiliki anak? Apa salahku Bang ?!”
****
Aku memeluknya, tenggorokanku tercekat, tatapanku nanar mengingat pesta bujangan 5 tahun lalu ditempat ini, tepat sehari sebelum pernikahanku. Malam itu toko tutup lebih cepat dari biasanya, kami berpesta, ruangan penuh asap rokok dan berkaleng- kaleng bir. Sahabat-sahabatku, dan beberapa pria tak kukenal mengobrol tentang politik, musik, dan bola. Semakin larut, semakin terasa hawa minuman keras dan heroin ditempat ini. Toko buku telah berganti nama menjadi diskotik murahan kala itu.
Siangnya aku terbangun lalu muntah berat, kuteguk air putih entah berapa galon, demi memuntahkan semua racun ditubuhku. Lalu mandi dan bergegas ke acara akad nikahku yang untungnya berlangsung jam 3 sore.
Aku memakai jas warna hitam yang membuatku nampak gagah, bersanding dengan pengantin wanita yang cantik. Shelly mengenakan gaun berupa kebaya putih dibagian diatas dan satin berwarna senada menjuntai penuh mutiara dibagian bawah. Kerumunan para tamu undangan dan tawa bahagia keluarga besar sungguh membuatku merasa menjadi Raja sehari.
****
What a perfect Wedding Party, sampai akhirnya kutemukan sebuah ucapan dari kado berpita merah. Didepannya tertulis SPESIAL UNTUK BANG RANO. Isinya, selusin kondom dan secarik kertas bertuliskan ’27 Maret, Selamat menempuh hidup baru dengan HIV ‘.
“Haruskah aku mengaku pada Shelly tahun ini??”
455 kata Fiksi ini ditulis untuk Writing Prompt, Monday Flash Fiction
Mbak, endingnya cukup menyentak 🙂
Mba evi: iy mba, ideku dapetnya ending nya dulu baru bagian lain:)
Baru sadar ini mba evi cineUs ya..wah mesti banyak berguru nih saia.. Makasih udah mampir mba:)
maaf, kok saya masih ga nyambung ya sama ceritanya? apa saya siwer ya karena baru bangun? 😀 saya jadi bingung, ini saya tanya dulu supaya ngerti jalan ceritanya.
1. itu toko buku siapa? shelly dan “aku” apa punya orang?
2. di part 2, desi diambil sama shelly? terus yg pamit minta ijin off siapa?
3. rasa2nya gimana ya kok toko buk bisa disulapa jadi tempat diskotik murahan? aku masih belum bisa kepikiran sampe ke situ.
Hehe, kurang jelas ya mba jalan ceritanya?
1. Ini toko buku punya ‘aku’, setelah menikah otomatis juga punya Shelly
2. Wanita paruh baya yang ambil desi itu mama kandungnya yg biasa nitipin desi ditoko bukunya Shelly, beliau temannya Shelly. Mungkin harusnya kukasih nama aja kali ya?
3.wah, kalo tentang ini emang hanya diimajinasiku saja. Kan toko miliknya ‘aku’, udah kaya rumahlah buat dia semasa bujang, jadi malam itu temen2nya pada bikin party disitu. Toko bukunya di closed lbh cepat. Efek kbnyakan nonton film barat kayanya mba, jd imajinasinya adalah toko buku disudut kota Jakarta yang emang bisa buat tempat nongkrong si ‘aku’ sama tmn2nya:)
Part 2 udah ku edit mba. Semoga lebih jelas:). Thanks masukannya..