“Inilah finalis 3 besar Putri Negeri Eiden. Masing-masing dari kalian akan menjawab pertanyaan random dari para Juri.” “Silahkan maju Sahara. Pertanyaan untuk anda dari Juri tamu seorang model kelas dunia.”, jelasku selaku MC yang paling tampan disini.
“Apa makna kecantikan menurut anda?”
Sahara menjawab lantang, “Cantik adalah Ibu, walaupun panas membakar wajahya, walaupun keringat membasahi dahinya, masih ada waktu untuk menghidangkan makanan hangat dimeja rumah kami.”
Finalis kedua menaiki panggung. Pertanyaan kali ini dari Mentri Pemberdayaan Wanita.
“Siapakah tokoh panutanmu?”
Mazaya bergumam, “Hmm, Cartasifa! Aku ingin seperti dia.”, pikiran Mazaya melayang ke jaman Cartasifa, katanya saat itu perempuan mulai bangkit dari gelap menjadi terang.
Finalis terakhir, Nugmalia. Pertanyaan untuknya mengenai apa yang akan dilakukan jika menjadi pemenang pemilihan Putri Eiden tahun ini. Dahi Nugmalia berkerut, panggung tempat kakinya menapak bergetar, keinginannya hanya satu. Keluar dari tempat ini. Pandangan Nugmalia menyapu kebelakang, lalat berterbangan diantara tumpukan sampah. Sejauh mata memandang, hanya sampah.
“Ara, Aya, Lia, Jono, ngapain kalian mematung di atas kardus-kardus bekas itu? Ayo cepat diantar ke Pengepul.”, perintah Ibu. Secepat kilat mereka turun dari panggung, tak ada pemenang, tak ada hadiah, pemilihan telah usai. Saatnya kembali ke realitas hidup.
Nyaris diikutsertakan dalam #FF100Kata. Tema: PANGGUNG
kenyataan memang kadang pahit….
Iyah,kenyataan yg in gin mereka ubah