Bagaimana bila lahan yang telah sahabat ismi kelola tiba-tiba saja ingin diambil alih oleh pihak luar? Tentu rasa sedih dan rasa kecewa melanda. Hal itulah yang terjadi pada Desa Nusantara yang telah mendapatkan dana nusantara.
Jumat, 14 April 2023, saya bersama #EcoBloggerSquad mengikuti Online Gathering dengan judul “Mengenal Lebih Dekat Komunitas Lokal di Desa Nusantara. Seperti apa keseruannya? Lanjut baca ya.
Apa Sih Dana Nusantara Itu?
Narasumber pertama, Bang Adam dari Walhi menyampaikan bahwa dana nusantara (danus) merupakan dana yang diperuntukkan bagi masyarakat adat dan komunitas lokal di seluruh Indonesia yang punya peran menjaga kelangsungan ekosistem di bumi. Terutama yang terkoneksi dengan organisasi Walhi, AMAN, atau KPA sebagai penyalur danus.
Kekuatan danus bukan dari nominalnya tapi ekosistem agar penduduk di desa adat/ komunitas lokal tersebut semakin mandiri dalam pengelolaan sumber daya alamnya. Jadi fokusnya stimulus dana agar warga lebih solid dalam mengelola lahan.
Selain itu danus juga membantu advokasi lingkungan sehingga lahan yang dikelola bisa diakui secara legal oleh negara. Dengan kata lain, danus berusaha memastikan negara memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap lahan yang dikelola rakyat. Nantinya, hasil yang diperoleh dari lahan tersebut dikonsumsi dan membangun peradaban di desa adat/ komunitas lokal masing-masing.
Pandangan Walhi terhadap dana nusantara bahwa nusantara sendiri merupakan gugusan pulau yang sekarang menjadi NKRI. Bentang alam gugusan pula-pulau di nusantara terdiri dari laut sampai 3 juta kilometer persegi, luas hutan lebih dari 120 juta hektar, dan luas daratan hampir 2 juta kilometer persegi. Bentang alam Indonesia sangat kaya, yang bisa sahabat ismi lihat dalam gambar di bawah ini.
Kekayaan alam berpengaruh besar terhadap keanekaragaman hayati. Indonesia sendiri dinobatkan menjadi negara dengan biodiversitas tertinggi di dunia. Sayangnya di tengah keanekaragaman hayati tersebut, pemerintah justru ingin menyeragamkan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia, lewat cara izin konsesi terhadap perusahaan swasta/ korporasi seperti perusahaan tambang, perusahaan perkebunan besar, dan lain-lain.
Hal ini membuat warga baik masyarakat adat maupun komunitas lokal tersingkir untuk berkontribusi menjaga kekayaan alam Indonesia. Dampaknya Indonesia sering dilanda banjir, longsor, tapi di beberapa tempat justru kekeringan. Lebih dari 1900 bencana terjadi akibat kekeliruan pengelolaan bentang alam. Walhi punya 29 kantor, 2 kantor di Jakarta, dan sisanya tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Ada 196 organisasi yang tergabung dalam Walhi.
Walhi mempromosikan pengakuan dan perlindungan WKR (Wilayah Kelola Rakyat) sebagai model pengelolaan sumber daya alam dan menjadi upaya kolektif untuk mengurangi bencana alam di Indonesia. Model pengelolaannya seperti apa? Menempatkan rakyat sebagai subjek dengan memperhatikan bentang alam. Tidak semua area harus jadi sawit, dan sebagainya.
Misalnya di Sulsel (Sulawesi Selatan) wilayah banyak karst (penyimpanan air terbaik) bisa menjadi wilayah penyedia pangan terbesar di Indonesia. Di NTT dengan sabananya, menghasilkan ternak seperti kambing, sapi, dll. Keduanya berinteraksi dengan cara orang Sulsel membawa beras menggunakan perahu pinisi ke NTT. Lalu dari NTT kembali ke Sulsel membawa ternak.
Model seperti inilah yang didukung oleh Walhi, dimana praktik ekonomi lokal akan menyelamatkan dan menyejahterakan masyarakat. Model ini telah berhasil menjadikan wilayah bentang alam Sulsel yang tadinya gundul menjadi hijau setelah diserahkan pengelolaannya pada warga.
Tujuan dan Manfaat Dana Nusantara
Model seperti di atas didorong untuk bisa dipersiapkan untuk mengakses dana nusantara. Tujuannya adalah berdampak pada sosial ekonomi dan ekologis nusantara.
Program Dana Nusantara dapat memberikan berbagai hal baik bagi masyarakat dan lingkungan hidup di Indonesia, antara lain:
1. Mendorong kemandirian komunitas lokal
Dana Nusantara berkontribusi mendorong kemandirian komunitas lokal dalam pengelolaan sumber daya alam. Dengan bantuan pendanaan dan pelatihan, komunitas dapat mengembangkan inisiatif pengelolaan sumber daya alam secara mandiri, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan keberlanjutan lingkungan hidup di wilayah kelolanya masing-masing.
2. Meningkatkan partisipasi komunitas lokal dalam pengelolaan sumber daya alam
Dana Nusantara dapat membantu meningkatkan partisipasi komunitas dalam pengelolaan sumber daya alam. Dengan melibatkan langsung komunitas dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, komunitas merasa memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam menjaga lingkungan hidup.
3. Membangun kesadaran komunitas lokal terhadap isu lingkungan hidup
Dengan memberikan dukungan pada model pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, komunitas menjadi paham pentingnya menjaga lingkungan hidup bagi keberlangsungan hidup manusia.
Lebih jauh, komunitas akan belajar bagaimana merencanakan dan mengimplementasikan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, apa dampaknya bagi kehidupan mereka dan apa dampaknya terhadap bentang alam yang dikelolanya, dari hulu hingga ke hilir.
4. Berkontribusi pada keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam
Luas WKR yang sedang diadvokasi WALHI telah mencapai angka 1.161.338 (dikelola oleh 290 ribu keluarga). Alokasi Dana Nusantara pada komunitas-komunitas pengelola WKR anak memberikan dampak berantai pada seluruh WKR yang tentu akan berkontribusi pada keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia.
Dengan dukungan pada inisiatif pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, program ini dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
5. Meningkatkan partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak
Implementasi program Dana Nusantara dapat membantu meningkatkan partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak, seperti masyarakat, pemerintah, dan organisasi-organisasi lain yang peduli terhadap lingkungan hidup.
Dengan melibatkan berbagai pihak dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, program ini dapat menciptakan sinergi dan kolaborasi dalam menjaga lingkungan hidup
Danus sudah terbukti keberhasilannya, contohnya Desa Tanjung Aur di Bengkulu yang mendapatkan bantuan dana nusantara. Bandingkan area hutan negara pada tahun 2013 vs tahun 2022. Petani yang menggarap area hutan tersebut berhasil menghijaukan kembali hutannya. Inilah karakteristik danus, yaitu pemulihan kembali sumber daya alam.
Praktik Pengelolaan Danus di Desa Nusantara, Sumatera Selatan
Narasumber selanjutnya adalah Bang Yuliusman yang merupakan Direktur Eksekutif Walhi Sumsel. Latar belakang berdirinya Walhi di Sumsel dan bagaimana Desa Nusantara terpilih untuk menerima danus.
Walhi Sumsel berdiri 1996 di Desa Sri Bandung, meskipun sudah mulai bergerak sejak 1992. Desa Nusantara adalah desa transmigrasi warga Jawa ke Sumatera. Warga Desa Nusantara mendapatkan lahan usaha 2 hektar/keluarga, lahan cadangan 2,5 hektar/keluarga, dan area pengunaan lain (APL) seluas 1200 hektar. Lahan APL dipenuhi oleh hama sehingga akhirnya dibasmi dan dikelola oleh warga. Setelah berhasil, justru mau diambil oleh perusahaan sawit (2005-2016).
Hak atas lahan bila dikelola secara mandiri akan lebih berdaulat dan bermartabat, dibanding hanya sekedar menjadi buruh – Bang Yuliusman
Desa Nusantara Menuju Desa Ekologis
Bang Usman merupakan penduduk asli Desa Nusantara, yang bentang alamnya gambut. Bang Usman dan beberapa keluarga datang dari Jawa ke Sumatera untuk transmigrasi. Beliau menceritakan sejarah berdirinya Desa Nusantara. Di Jawa saat itu sudah tidak ada lahan lagi, sehingga ketika ada tawaran dari Pemerintah untuk transmigrasi, ia dan keluarganya menerima dan berangkat ke Sumatera.
Sayangnya, ketika datang kok tidak sesuai ekspektasi karena lahan yang ditawarkan seperti tempat jin buang anak. Jalan belum ada, halaman rumah belum ada (rumah panggung) sehingga ketika turun dari rumah langsung menginjak air.
Satu-dua tahun pertama tidak ada kegiatan, hanya merenung dan melamun. Makan masih di- supply oleh pemerintah. Tapi mereka sadar enggak mungkin selamanya sehingga mereka harus berupaya mencari jalan untuk bisa makan. Minuman juga sama, daerah gambut sehingga airnya cokelat. Akhirnya terpaksa minum air yang tidak higienis tersebut, dan ketika makanan dari pemerintah tidak cukup, mereka juga makan seadanya.
Akhirnya pada tahun 1982 mereka mengalami hal yang tidak pernah akan dilupakan yaitu terkena wabah muntaber (kolera). Korban yang meninggalsampai puluhan orang di Desa Nusantara, belum lagi dari desa lainnya. Yang mengerikan per hari pernah sampai 11 orang yang meninggal dunia.
Setelah berjuang melawan kolera, warga Desa Nusantara memikirkan langkah bagaimana agar bisa makan dan minum dengan baik. Pemerintah tidak mungkin memberikan supply makanan terus-menerus. Mereka memutuskan harus bertani. Karena sudah diberikan penerangan dan lahan usaha.
Mulai tahun 1983, lahan mulai dikelola. Biasanya menanam padi hanya 8-10 meter persegi, maka mereka menanam padi. Tapi akhirnya enggak bisa panen, karena banyak hamanya. Akhirnya terus berusaha, alhamdulillah bisa beradaptasi dan menemukan jenis tanaman apa yang cocok.
Ternyata desa lain sudah maju duluan, tidak pernah panen. Berbeda dengan Desa Nusantara yang benar-benar hutan belantara sehingga menjadi sarang tikus, babi dan hewan lainnya. Sedikit demi sedikit hutan dibersihkan sehingga tahun 2005 sudah menjadi sawah.
Para pemuda tidak ingin bekerja di perusahaan, mereka ingin mandiri secara ekonomi. Mereka ingin membebaskan lahan 1200 hektar di desanya agar ke depannya tidak ketinggalan dari segi pendidikan, termasuk kesehatan.
Hal Menarik di Desa Nusantara
Pak Rokin selaku Ketua Forum Petani Nusantara Bersatu menceritakan bahwa setelah tahun 2005 datang PT. SAML yang mengklaim lahan yang sudah dikelola oleh Desa Nusantara. Perjuangan sejak 2005-2016 sungguh memilukan, karena pada tahun 2009 ada tiga petani yang dijadikan tersangka. Tapi pada tahun 2016-2017 akhirnya teror dari PT SAML berhenti.
Desa Nusantara bisa bertahan hidup dan makan dari hasil panen. Mereka berhasil menanam padi, kopi, nanas, nangka, buah naga, cabai, karet, jeruk purut, dan sebagainya. Ternyata tanah gambut bisa ditanami berbagai jenis tanaman. Meski demikian, warga masih terus mengantisipasi datangnya perusahaan tersebut.
Bahkan ikan dan kambing bisa dipelihara dan menjadi sumber pangan bagi warga. Tidak perlu membeli dari luar/ perusahaan lain.
Adanya Forum Petani Nusantara Bersatu bertujuan untuk mempertahakan lahan Desa Nusantara, agar penduduknya tidak perlu menjadi buruh.
1200 hektar lahan masih dalam HGU, sehingga akan diusahan untuk masuk ke Perdes (peraturan desa) sehingga warga tetap bisa mengelola lahan. Advokasi selanjutnya adalah bagaimana agar bisa mengeluarkan 1200 hektar dari HGU.
Secara ekonomi, Desa Nusantara berupaya memastikan agar warga memiliki sumber-sumber penghasilan yang berkelanjutan. Nah, sumber tersebut ya dari pertanian, perkebunan, dan tambak ikan. Oleh karena itu, lahan menjadi hal penting bagi perekonomian penduduk Desa Nusantara.
Semoga ke depannya, yang diharapkan oleh Desa Nusantara bisa terwujud. Benar-benae berdikari di atas lahan sendiri. Semoga pula semakin banyak masyarakat adat dan komunitas lokal yang bisa menerima dukungan dari dana nusantara untuk mengelola alamnya.
Perjuangannya luar biasa ya, salut deh, semoga bisa terus berkembang