Semilir, Fesyen Ramah Lingkungan yang Mendunia

Facebooktwitterredditmail

Semilir ecoprint, brand fesyen berkelanjutan yang mendunia. Apakah sekolah terutama bangku kuliah penting? Pertanyaan seperti ini sempat menjadi trending karena ada beberapa orang yang merasa sekolah tidak penting. Toh banyak pengusaha yang tidak mengenyam bangku kuliah. Bahkan ada menteri di Indonesia yang “hanya” lulusan SMP.

Saya pribadi jelas pro sekolah termasuk kuliah. Kalau memang kamu punya kesempatan baik dari segi biaya dan dukungan orangtua, manfaatkanlah! Hak istimewa yang kamu punya belum tentu dimiliki oleh orang lain. Ada yang sampai harus mencari beasiswa karena tidak mampu. Ada yang sampai “menentang” orangtuanya karena menolak dinikahkan dini, demi bisa melanjutkan sekolah.

Percayalah, para pengusaha sukses yang tidak kuliah tersebut, mereka jatuh bangun memulai bisnis dan tetap harus belajar ilmu yang terkait usahanya. Atau mereka belajar dari pengalaman selama berbisnis. Artinya harus mengalami kegagalan terlebih dahulu, baik ditipu, bangkrut, tidak balik modal, dicurangi, difitnah, dan sebagainya.

Dengan kata lain, kamu bisa memilih, mau belajar dari pendidikan, atau belajar dari pengalaman. Keduanya sama-sama tidak mudah dan butuh waktu.

Bahkan Ali bin Abi Thalib saja mengatakan bahwa “Ilmu itu lebih baik dari pada kekayaan, karena kekayaan itu harus dijaga, sedangkan ilmu menjaga kamu.”

Oleh karena itu selama bekerja sebagai dosen farmasi, saya menekankan kepada mahasiswa agar bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Meskipun kelak mereka bekerja tidak sesuai bidang farmasi, atau menjadi ibu rumah tangga sekalipun, pasti ilmu yang dipelajari akan tetap berguna.

Alfira oktaviani
Foto dari SATU Indonesia

Sama halnya dengan Semilir Ecoprint, sebuah merek eco fashion yang dibangun oleh Alfira Oktaviani, seorang lulusan apoteker dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Ia menjadi mompreneur dalam bidang fashion berkelanjutan yang ramah lingkungan di Indonesia.

Alfira mengatakan bahwa bekal saat kuliah apoteker, diantaranya mata kuliah manajemen bisnis, morfologi tumbuhan hingga kimia sangatlah berguna dalam memulai usaha dan mengembangkan bisnis Semilir. Meskipun kini usahanya bisa dibilang tidak linier dengan dunia farmasi, namun Alfira berhasil menyatukan keilmuannya dengan minatnya.

Alfira memang punya minat yang besar dalam bidang fashion dan seni sehingga ia tertarik mempelajari seni ecoprint yang baru masuk Indonesia kurang lebih pada tahun 2016. Dengan keilmuannya sebagai apoteker, dan minat besarnya terhadap dunia seni, Alfira tidak main-main dan berhasil mengembangkan produk ecoprint.

Modal awal 500 ribu rupiah tidak menjadi penghalang untuk go internasional. Dengan sasaran wanita urban berusia 25 tahun ke atas yang berpenghasilan tinggi (kelas ekonomi A), produk Semilir berhasil diterima oleh pasar. Terutama bagi penyuka produk lokal dan handmade.

Produk yang pertama kali dirilis oleh Semilir adalah tas wanita, dan sekarang sudah merambah ke produk lain yaitu kain ecoprint, baju hingga homedecor bertema ecoprint. Saya pribadi sudah melihat produk ecoprint Semilir yang menarik, memiliki motif yang tegas dan warna yang khas, yaitu warna-warna alam.

Kini, target market Semilir tidak hanya wanita urban, tapi juga ada produk untuk corporate atau perusahaan. Bentuknya berupa suvenir seminar atau pelatihan seperti clutch, pouch, pasport case, book cover, tas kain, hingga lanyard. Lucu, bukan?

Produk dari Semilir memiliki keunggulan eksklusivitas karena dibuat handmade sehingga tidak pasaran. Selain itu, produk Semilir tidak hanya dibuat di atas kain katun atau sutra, tapi juga memadukan warisan budaya Indonesia. Misalnya, inovasi produk ecoprint pada media kulit kayu lantung asli Bengkulu.

Produk dari kulit kayu lantung
Foto dari Instagram Semilir Ecoprint

Kulit kayu lantung asli Bengkulu ini diolah sedemikian rupa oleh Semilir sehingga menjadi produk cantik bernilai jual. Ada tas, payung, dan produk inovatif lainnya. Ketika menelusuri media sosial Semilir, saya menemukan fakta bahwa pemanfaatan kayu lantung ini berawal dari mimpi untuk bisa menyelusuri jejak kulit kayu lantung di tanah kelahiran bapak dari Alfira, yaitu di Bengkulu.

Selama ini Alfira hanya mendapati produk kulit kayu lantung dalam bentuk lembaran saja, tanpa melihat secara langsung bagaimana proses pembuatannya, siapa yang membuat dan masih banyak pertanyaan dibenak Alfira saat itu.

Hal yang menarik bagi Alfira adalah penetapan kulit kayu lantung sebagai warisan budaya tak benda Indonesia dari Bengkulu sehingga membuatnya semakin semangat untuk mengumpulkan beberapa jurnal tentang kulit kayu lantung.

Kerajinan dari kulit kayu lantung
Foto dari Instagram Semilir Ecoprint

Hingga akhirnya datang kesempatan pada akhir tahun 2020, Alfira bersama tim Semilir bisa mengunjungi desa tempat dimana kulit kayu lantung dibuat. Kini, dunia bisa mengenal kulit kayu lantung dari produk-produk Semilir.

Tak hanya itu, Semilir juga mengadakan pelatihan ecoprint dari hulu ke hilir dengan tujuan menggerakkan perekonomian lokal. Harapannya, akan semakin banyak masyarakat Indonesia yang bisa berkarya dan berdaya.

Pelatihan ecoprint
Foto dari Instagram Semilir Ecoprint

Salah satu misi dari Semilir adalah menjaga bumi dengan menjadi lebih bijak terhadap lingkungan, yaitu dalam hal fesyen keberlanjutan. Dalam Instagramnya, tertulis “Jika kamu fikir uang adalah segalanya dari pada lingkungan, coba tahan nafasmu sementara kau menghitung uangmu” (dr. Guy McPherson).

Dari situ, saya berkesimpulan bahwa Semilir dan Alfira memang pantas menjadi penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2022. Go Semilir! Tunjukkan pada dunia bahwa Indonesia kaya dengan budaya, dan berbisnis ramah lingkungan sangat mungkin untuk diimplementasikan.

(Visited 55 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

Leave a Reply

Your email address will not be published.