Petungkriyono, sebuah kecamatan yang belum pernah kudengar namanya, mendadak membuatku mabuk kepayang.
“Silakan teman-teman semua turun dari Anggun Paris. Kita sudah sampai di Gerbang Petungkriyono. Akan ada tarian penyambutan, dan teman-teman dapat mencicipi kopi petung,” jelas pemandu lokal yang berada satu mobil dengan saya dan rombongan.
Saya, beberapa teman blogger, jurnalis, dan para fotografer pun turun. Di belakang saya, masih ada sekitar 7 Anggun Paris lain yang berhenti dan menurunkan penumpangnya. Total ada 80 orang peserta yang mengikuti Amazing National Petung Explore 2017, sebuah acara nasional yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan untuk mengenalkan Petungkriyono sebagai kawasan National Ecotourism. Eksplorasi ini melibatkan hampir lima puluh blogger, belasan fotografer, kurang lebih sepuluh jurnalis, dan beberapa pilot drone yang berasal dari seluruh Indonesia.
Sehari di Petungkriyono
Pagi itu, Elang Jawa menyambut kedatangan kami di atas gerbang Petungkriyono. Kata orang, ini adalah momen langka, tak semua pengunjung dapat bertemu Elang Jawa. Maklum saja, data terakhir menyatakan populasinya tinggal empat, di hutan Petungkriyono yang memiliki luas sekitar enam hektar. Maka, para fotografer dan pilot drone pun langsung membidik Elang Jawa tersebut untuk ditangkap lewat lensa.
Pohon-pohon raksasa, ratusan spesies burung, beberapa hewan langka, hidup dengan nyaman di Petungkriyono. Sebuah ekosistem yang masih terjaga kealamiannya, menjadikan saya terpesona hingga akhir petualangan pada hari itu. Kamu bisa saja tiba-tiba melihat lutung jawa bergelantungan dari pohon ke pohon, atau terpukau oleh air dari curug demi curug yang akan ditemui sepanjang perjalanan menjelajahi Petungkriyono. Ah, apakah ini sepotong surga yang terbawa ke bumi?
Jembatan Sipingit. Siapa yang nggak ingin nyebur kalau airnya sejernih ini=)
Hari itu, para peserta menjelajahi enam spot wisata di Petungkriyono, mulai dari Gerbang Petungkriyono, Curug Sibedug, Jembatan Sipingit, Welo River, Curug Bajing, dan Curug Lawe. Keenam spot tadi memunyai keunikan masing-masing. Yang jelas, kebersihan tempat wisata di Petungkriyono masih terjaga, dan hal tersebut merupakan poin penting. Kalau untuk curugnya sih jelas saya acungi jempol, siapa sih yang nggak kagum sama ciptaan Allah? Air terjun yang dikelilingi hutan tropis menampilkan pemandangan bagai lukisan, indah sekali.
Sepotong Inspirasi dari Pemuda Desa
Curug Bajing, ikonnya Petungkriyono.
Saya sempat terbius oleh alam Petungkriyono, hingga ada satu waktu yang membuat saya siuman.
Saat itu, seseorang di hadapan saya berkata, “Sebelum kembali ke Petung, saya tujuh tahun bekerja di Jakarta, Mbak.”
Pernyataan Mas yang bernama Mardianto ini membuat saya penasaran, “Hah? Serius Mas? Terus kenapa akhirnya kembali ke Petungkriyono?”
“Kalau Mbak sih enak, orang berpendidikan itu kerjanya pakai otak, nggak kerja keras kayak saya.”
Saya menelan ludah, jawaban pemuda ini bikin telinga panas, “Maksudnya gimana Mas? Memangnya Mas nggak berpendidikan? Saya dan Mas itu sama saja.”
“Ya beda lah, Mbak. Ketika di Jakarta, saya mengandalkan kerja keras tanpa berpikir ke depannya untuk mandiri,” dia menyanggah perkataan saya.
“Terus kalau sekarang?” saya bertanya lagi.
“Kalau sekarang, Alhamdulillah saya lebih bahagia. Meski dari segi ekonomi belum mencukupi, tapi hidup di tempat sendiri itu menyenangkan,” serunya diikuti senyuman.
Kali ini saya sepakat, meski terlihat kurang keren, atau dianggap nggak hebat dan kuper, tapi berkarya di tanah kelahiran adalah berkah. Apalagi untuk seorang pemuda yang sempat merantau, mau kembali dan membangun kampung halaman adalah tindakan terpuji yang heroik. Dari Mas Mardianto, saya belajar, bahwa ada hal-hal yang harus kita korbankan, atau harus rela kita tinggalkan, demi sesuatu yang lebih baik.
Dari beliau, saya jadi mengerti, bahwa kondisi alam kita sudah pada taraf memprihatinkan, sehingga perlu sentuhan manusia yang memang menyayangi lingkungan. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan warisan yang diberikan nenek moyang? Siapa lagi yang akan menjaga bumi untuk generasi mendatang? Duh, kena banget deh saya. Sebagai generasi milenial, sering lho saya mikir bahwa bekerja itu ya di ibukota, kalau perlu di negara yang lebih maju dari Indonesia. Sah-sah saja sih sebenarnya, tapi ketika desa sendiri, atau negeri sendiri membutuhkan keahlian kita, masa ya mau kita acuhkan?
Aha Moments
Hari itu, satu #ahamoments menampar pikiran saya, sepotong inspirasi dari pemuda desa membuat hati saya gundah. Sebenarnya, tak hanya Mas Mardianto saja yang memberi makna lebih pada perjalanan saya kali ini, tapi mata-mata penuh asa juga saya lihat dari para pemuda Petungkriyono lainnya. Kala saya membeli oleh-oleh khas Petungkriyono berupa kopi, tatapan remaja desa yang menjual buah tangan tersebut, sungguh menusuk relung saya. Tak ada tatapan pemberontak seperti yang sering tertangkap dari netra remaja kota metropolitan. Yang ada justru bara cita-cita untuk memajukan diri dan tanah kebanggaan mereka.
Saya jadi ingin kembali ke sana lagi. Dua kali ke Pekalongan (Petungkriyono adalah salah satu kecamatan di Pekalongan), saya selalu menggunakan mobil travel. Ingin deh sesekali nyoba rute yang beda. Buat teman-teman yang di luar Jogja, bisa lho naik pesawat dulu ke kota terdekat, baru meneruskan perjalanan lewat darat dengan kereta api. Lumayan banyak nih teman saya yang dari Jakarta nanyain gimana caranya bisa sampai ke Petungkriyono. Untuk menuju ke Pekalongan dari Jakarta, teman-teman dapat menggunakan penerbangan ke Semarang terlebih dahulu, baru lanjut naik kereta api.
Pas banget nih, tanggal 5 November ini akan ada Petung Trail Run di National Nature Heritage Petungkriyono, dan juga One Day Beauty Color Festival di Kajen, Pekalongan, jadi buat yang mau ke sana bisa sekalian datang ke kedua acara di atas.
Tiket pesawat murah via Skyscanner Indonesia
Untuk teman-teman yang dari Jakarta, saya sarankan mencari tiket pesawat murah melalui Skyscanner Indonesia. Pemilihan harga menjadi lebih mudah dan cepat karena Skyscanner adalah sebuah mesin pencari tiket pesawat, hotel, dan rental mobil di seluruh dunia. Jadi teman-teman nggak perlu membuka satu per satu tempat pemesanan tiket online, cukup dengan membuka Skyscanner, dan informasi harga tiket akan teman-teman dapatkan, bahkan akan langsung diarahkan ke tempat booking online -nya=).
Mencari Hotel via Skyscanner
Mengapa Skyscanner?
Gratis dan jujur
Skyscanner tidak mengambil biaya apapun dari penggunanya. Tidak ada mark-up harga tiket, ataupun biaya pelayanan yang dibebankan ke teman-teman. Jadi tidak perlu khawatir, tidak akan ada email tiba-tiba yang meminta biaya tambahan kok:)
Hemat waktu dan uang
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Skyscanner ini sangat menghemat waktu para traveler, karena tidak perlu membuka ratusan website tempat pemesanan tiket online. Cukup dengan membuka Skyscanner saja, dan harga tiket atau hotel termurah akan didapatkan. Otomatis jadi lebih hemat dari segi biaya kan?
Situs travel terpercaya di seluruh dunia
Tiga fitur keren
Kenyamanan menggunakan Skyscanner tak hanya didapat dari websitenya yang user friendly, tetapi teman-teman juga akan menemukan berbagai fitur yang memudahkan. Fitur bulan termurah ini jarang banget saya lihat lho. Biasanya kan harus membandingkan setiap tanggal dengan memasukkan tanggal satu per satu (dan ini memakan waktu), tetapi di Skyscanner bisa langsung muncul harga tiket atau harga hotel dalam sebulan, sehingga penawaran yang terbaik bisa teman-teman pilih diantara 30 hari tersebut. Fitur info harga juga sangat bermanfaat untuk pengguna. Skyscanner akan mengirim informasi jika ada perubahan harga pada rute yang diinginkan, sehingga teman-teman tidak perlu setiap jam mengecek ada tidaknya perubahan harga tiket. Untuk traveler yang belum tahu mau jalan-jalan kemana, selamat datang di dunia ide Skyscanner, karena website ini sekaligus akan memberikan rekomendasi tempat tujuan traveling dengan harga tiket promo terbaik. Skyscanner juga memiliki newsletter yang berisi berbagai petunjuk, berita travel, penawaran, serta tips perjalanan atau wisata yang selalu update.
Jadi gimana? Sudah siap melakukan perjalanan ke Petungkriyono atau ke belahan dunia mana pun dan mendapatkan “aha moments” via Skyscanner? Saya yakin, traveling itu nggak hanya bersenang-senang dan menghibur diri, tetapi juga dapat menggali ide dan memunculkan berbagai inspirasi yang dapat mengubah hidup.
Dalam setiap perjalanan, pasti ada hikmah atau inspirasi yang didapatkan. Kepekaan lah yang bisa memaknainya.

Airnya jernih banget ya, pengen renang deh disana. Jadi gagal fokus saya liat air jernihnya.
hihi iya mbak masih alami. masuk hutan primer juga
Bagus ya destinasi wisatanya, moga bisa ke sana
amiin mba
masih alami banget ya mbak
iya mba, banget
kalau di air terjun itu suka banget denger suara air jatuh ya
sama mbak, seger banget
Curugnya juara, jadi pengen main air…. Apapun pekerjaan kita, kalau disyukuri dan dikerjakan dgn ikhlas insyaallah berkah…
bener mas, makanya buat ikhlas itu kan ada banyak faktor. daripada kerja ngeluh mending cari kerjaan yang nyaman kan?
Jarang ada loh Mbak, seorang perantau mau kembali ke tanah kelahiran. Di desaku gitu, kebanyakan mereka yang merantau enggan kembali ke tanah kelahiran.
iya mbak. makanya pas aq tanya kok mau balik? memang dijawab karena desanya butuh dia, dan sudah terlihat mulai ada kemajuan
kangen kesana lagi euy
hihi sama mbak. masih banyak yg belum dijelajahi, curug muncar dan puncak apa itu misalnya
Goodluck lombanya, Mbak. Aku mau ikutan lomba ini, udah ngedraf, dan lupa tanggal deadline. Tahu-tahu baca status salah satu juri, tulisan lagi dinilai. OMG, mau nangsi aku. Hihihihi.
Btw, Petungkriyono aslinya menawarkan keindahan dan pengalaman luar biasa. Di tengah kebanyakan kita yang hidup di kota penuh hiruk-pikuk, main ke Petungkriyono seolah memasuki masa lalu. Hening, sunyi, menyejukkan tak cuma pikiran tapi juga jiwa. Cuma memang disayangkan banget akses ja;lannya kaya gitu.
hihi, next time ikut lainnya Mas. iya Petungkriyono memang bikin kangen euy, semoga pas kesana lagi jalannya udah bagus yak
Terima kasih ya sudah ikutan Blog Competition “Aha Moments” Skyscanner Indonesia. Good luck 🙂
Thanks, aamiin
iya mbak benar. merantau sih boleh saja, tapi kalau kampung sendiri sedang atau belum berkembang ya sebisa mungkin membangun tempat asal
iya mbak Aya, jadi jleb gitu. ada beberapa temenku yg sarjana plg kampung, adem ngliatnya, warga desa berkembang bersama dia
ayo mbak, bawa baby Arsya=)
Keren mbak.. tetep maju dan semangat dgn karya2nya..
makasih Mas
Keren kakak,sukses terus ya pokoknya.terus ngeblog n ngeblog hehehe kak dian keren pokoknya,idola…”””
hihi halo dek fotografer handal. thanks ya
Inspiring
mksh dek
Pesona alam yang begitu indah di Kota Santri
benar..:)
Suasananya alami banget, salut dengan pemuda yang mau membangun desa menjadi lebih maju.
iya masih hutan primer mba. thanks
Suasananya alami banget, salut dengan pemuda yang mau membangun desa menjadi lebih maju
iya bener nih, udah jarang kan pemuda kayak gini
Keren mbak tulisannya,detail dan penuh inspirasi.Pernah sekali ke Petungkriyono dan kayaknya wajib untuk dilunjungi lagi.
Makasih Mas, ayok ke sana lagi
ini yang ketinggalan travel ya>? ahhaha
wkkka bukan ketinggalan, tapi dioper ke travel lain:(
Good luck mba dian
makasih Mas
Kereeeen mak diiiaannn??
apalah aku Mak.. hehe