Resep Diet yang Benar
Setiap orang pasti ingin sehat. Salah satu ciri sehat adalah memiliki BMI (Body Mas Index) yang ideal, karena BMI yang normal, dapat mengurangi risiko berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah. Sementara yang BMInya tergolong overwight atau obesitas, tentu saja perlu was-was soal kesehatannya.
Mereka perlu waspada, karena berat badan yang berlebihan biasanya diikuti dengan kadar kolesterol tinggi, termasuk LDL (lemak jahat) dan trigliserid yang tinggi, sementara HDL (lemak baik) nya justru rendah. Tentu anda sudah tahu kalau kolesterol dan “lemak jahat” lebih dari normal, maka mereka bisa menempel di dinding pembuluh darah, dan mengakibatkan sumbatan. Bila lemak yang menempel semakin tebal dan mengeras (membentuk plak/deposit kalsium), artinya sudah terjadi atherosclerosis yang menyumbat pembuluh darah. Bisa dibayangkan apa akibatnya? Aliran darah anda akan terhambat, akibatnya, terjadilah hipertensi, bahkan bila menyumbat pembuluh darah yang menuju jantung, maka dapat mengakibatkan serangan jantung.
Bagaimana resep diet untuk orang yang obes?
Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa diet rendah lemak dapat mengurangi berat badan. Artinya, anda harus mengurangi konsumsi makanan berlemak, terutama lemak jenuh (seperti dalam gorengan, jeroan, dan sebagainya).
Apakah diet rendah karbohidrat dapat mengurangi berat badan?
Ternyata, ada cara terbaru yang dapat menjadi alternatif ataupun tambahan untuk mengatasi obesitas, yaitu diet rendah karbohidrat. Sebuah penelitian meta analisis, 2015 (1) mengenai perbandingan diet rendah karbohidrat vs diet rendah lemak, dimana data yang diambil adalah penelitian lebih dari 8 minggu yang follow up, dengan jumlah karbohidrat < 120gm karbohidrat/hari dan < 30% energy dari lemak/hari. Hasilnya, disimpulkan bahwa kedua diet tersebut berkaitan dengan pengurangan berat badan yang signifikan dan mengurangi risiko prediksi kejadian penyakit jantung dan pembuluh. Ternyata, diet rendah karbohidrat memiliki perbaikan signifikan yang lebih tinggi terhadap pengurangan berat badan dan risiko penyakit di atas, pada penelitian dengan durasi 8 minggu hingga 24 bulan. Sehingga hasil ini dapat menjadi rekomendasi kepada dietary guideline, agar memasukkan diet rendah karbohidrat sebagai intervensi yang aman dan efektif untuk manajemen berat badan, meskipun efek jangka panjangnya masih harus diteliti.
Diet tinggi protein, bisakah mengontrol berat badan?
Sebuah review dari International Journal of Obesity, 2015 (2) memaparkan bahwa protein tinggi dapat mengurangi menyimpanan lemak tubuh dengan mekanisme efek termal (terkait panas) yang lebih bagus daripada karbohidrat atau lemak. Lebih lanjut, ada yang menyatakan bahwa protein dari hewan mempunyai efek pengontrolan berat badan yang lebih baik daripada protein nabati (dari sayuran/ non hewani), terkait dengan perbedaan komposisi asam aminonya, tetapi hal tersebut masih perlu dikonfirmasi. Selain itu, protein biasanya memberikan efek kenyang yang lebih lama atau lebih besar daripada macronutrien lainnya, baik protein dalam bentuk minuman atau makanan.
Wah, ternyata ada banyak resep diet yang bisa kita praktekkan ya. Saran saya,ketika ingin memulai diet untuk mengurangi berat badan agar menjadi ideal dan tidak obes, pastikan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter dan ahli gizi. Jangan sampai menggunakan resep diet yang aneh-aneh seperti minum obat pencahar misalnya. Bukannya badan menjadi kurus, tapi yang ada murus-murus terus deh perutnya. Atau bahkan ada juga yang malah minum obat diuresis (obat yang meningkatkan pembuangan cairan melalui air kencing), yang ada malah jadi kebelet buang air kecil terus, bolak balik kamar mandi dan membuat nggak nyaman.
Yuk, pakai resep diet yang benar.
Referensi:
(1) Bernstein, J. S., et al., 2015, Dietary Intervention for Overweight and Obese Adults: Comparison of Low- Carbohydrate and Low- Fat Diets. A Meta- Analysis. PLOS one. http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0139817
(2) Astrup. A., et al., 2015, The Role of Higher Protein Diets in Weight Control and Obesity-Related Comorbidities. International Journal of Obesity (39, 721-726; doi:10.1038/ijo.2014.216)