Refleksi setahun kebelakang membuat saya mengingat-ingat potongan fragmen dalam kehidupan saya. 2013 yang seperti roller coaster, ada suka, duka, penyesalan, dukungan, bahkan pengkerdilan diri. Merelakan comfort zone dengan memilih membaktikan diri sebagai ibu dan istri merupakan konsekuensi dari segala emosi diatas.

Diawali pada bulan januari tanggal 12, putriku Najla genap berusia 1tahun, alhamdulillah lulus S2 asi. Bukan perjuangan yang mudah menyusui langsung tanpa ASIP dan sufor. Pengenalan UHT pun masih berproses beberapa teguk saja dari sedotan. Berbekal keyakinan dan ilmu ASI yang terus dipelajari, akhirnya sampai juga pada pencapaian tersebut. Suatu kebanggàañ sèndiri untukku.
Masih dibulan yang sama, tanggal 23, pernikahanku tepat 2 tahun. Bukan hal yang mudah mengarungi setahun pernikahan (2011-2012) di kota asing, ibukota yang terkenal lebih kejam daripada ibu tiri,hehe. dan setahun berikutnyanya, sejak kelahiran Najla sampai sehari sebelum ulang tahunku dibulan April 2013 aku kembali ke kota berhati nyaman, Yogyakarta. Alhamdulillah pada musim penghujan tersebut, April tanggal 6 aku dan Najla berkumpul lagi dengan suami menempati rumah baru yang dicicil di Depok, Jawa Barat.
Kedatangan di istana baru disambut dengan tamu tak diundang yaitu suspect DB. Najla yang memang sudah demam 2 hari di Jogja, sesuai siklus pelana kuda, sempat turun dan suhunya naik kembali menjelang keberangkatan ke Jakarta. Jadilah hari itu juga, begitu sampai Depok, langsung cek darah dan dinyatakan harus opname, karena trombosit tinggal 90ribu dan leukosit menurun hanya 3.000. Lima hari pertama di Depok dilewati di Rumah Sakit, berdua dengan suami mendampingi Najla yang kesal karena tangannya diinfus, tambah susah makan, lalu berangsur-angsur pulih, hingga akhirnya diijinkan pulang ke rumah. Benar-benar pengalaman yang jangan sampai terjadi lagi.

Hari-hari berikutnya dilalui dengan adaptasi dan rutinitas sebagai ibu rumah tangga dan mengelola Bunda Najla Shop. Sesekali kami pergi jalan-jalan bersama Najla atau ke rumah saudara-saudara di Bekasi dan teman-teman di Jabodetabek. Ditemani nenek Najla, dan weekend yang selalu kedatangan khala-khala Najla yang kebetulan semuanya bekerja di Jakarta membuat Depok terasa seperti rumah Jogja. Walaupun saya akui masih kurang sabar dalam mendampingi tumbang Najla, membuat saya harus ekstra berlatih mengendalikan emosi di rumah baru tersebut.
Setelah sekitar 3 bulan di Depok, akhirnya saya dan Najla kembali lagi ke Jogja, menikmati 2 minggu terakhir Ramadhan dilanjutkan mudik sebulan hingga Agustus. Alhamdulillah di pertengahan Agustus inilah saya dipertemukan dengan keluarga baru, dbc-n, keluarga Manfaat Oriflame. Berawal dengan kepo status-statusnya mba Kartika Nugmalia yang punya penghasilan 4-5jt/bulan dari rumah dengan masih dapat mendampingi kedua putranya bermain, saya memutuskan untuk ikut bergabung. Kerja dasteran, gaji blazeran. Siapa sih yang nggak mau?hehe. Di Oriflame kami juga mendapatkan berbagai ilmu keren, seperti leadership, time manajemen, internet marketing, financial planning, public speaking, dan tentu saja ilmu tentang perawatan kulit dan tubuh. Asikkan? Asik donk. Yang tertarik silahkan japri saya (sekalian promosi)


atas:bersama tim Jakarta, mba Inda dan mba Ika, Manager
bawah:bersama pemateri mba Dian Endryana, Executive Director

Berkat Oriflame pulalah pada bulan September saya menyadari passion menulis saya. Awalnya karena mau pasang banner di blog, jadi mau nggak mau ya harus buat blog. Lalu tiba-tiba terseret dalam grup IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) dan dengan sadar mengajukan permohonan bergabung dalam grup MFF (MondayFlash Fiction). MFF adalah sebuah komunitas menulis fiksi, di sana selain menantang diri sendiri menulis flashfiction, kami juga belajar bagaimana menulis yang baik dan benar (belajar EYD, kebahasaan, sharing tentang kepenulisan,dll). Menyenangkan sekali bertemu dengan orang-orang baru yang memiliki minat yang sama, menulis dan sudah pasti membaca. Bukankah tulisan adalah pancaran dari apa-apa yang pernah indra kita rasakan, salah satunya dari apa yang pernah kita baca.

Dari MFF inilah saya mulai mengikuti berbagai lomba menulis, lumayanlah dapet 4 novel dari berbagai lomba yang saya ikuti. Sebenarny bukan tertarik hadiahnya (walaupun seneng juga, budget buat beli buku jadi terpangkas,hehe), tapi lebih ke menantang diri sendiri untuk tetap produktif menulis (kalau ikut lomba kan ada detlennya) sekaligus berlatih memperbaiki tulisan dari hari ke hari. Walaupun baru 3 bulan belajar nulis fiksi, alhamdulillah 1 flashfiction dan 1cerpen saya masuk juga ke project ebook nya mba Carolina Ratri yang inshaAllah bakal release tahun depan. Semoga kedepannya, ditahun 2014 ada tulisan fiksi dan atau tulisan ilmiah populer saya yang terbit. Aamiin.
Sempat juga saya mengikuti program ODOJ (One Day One Juz) pada bulan November kalau tidak salah, dan dengan mengenaskannya hanya bertahan seminggu pertama. Minggu berikutnya keteteran. Ketidakkonsistenan dan kegagalan ini menjadi bahan pembelajaran, mungkin saya bisa memulai dari setengah juz dulu perhari, ya semoga niat ini menjelma menjadi kenyataan. Aamiin.
Akhir tahun ditutup dengan langkah saya mendekatkan diri pada prasyarat seleksi LPDP. Setelah mengikuti placement test, akhirnya saya resmi terdaftar mengikuti sebuah kelas IELTS preparation di UI (deket rumah nih), yang akan dimulai tanggal 11 Januari tahun depan selama 13 minggu. Doakan mencapai target yang disyaratkan ya.Aamiin.
Lalu apa resolusi di tahun 2014?
Tentu berhubungan dengan hal-hal diatas donk. Bersambung ya..
