Menjadi Creativepreneur di Era Digital, Bagaimana Caranya?

Facebooktwitterredditmail

“Kemarin waktu aku ketemu si X, dia bilang kamu sibuk banget.”

“Enggak sibuk ah. Ini di rumah aja,” jawab saya.

“Ngeri, kamu keren!”

“Aku tuh sibuk momong, haha. Kelihatan sibuk, karena share ke media sosialnya bertahap, enggak full di satu hari,” saya menjelaskan. “Nih ya, aku kasih tahu. Setiap hari aku ngetik kalau anakku sekolah. Kadang di luar rumah, kadang di rumah aja. Begitu mereka pulang ya aku pulang, tidur siang bareng. Terus sore makan, main sama anak-anak sampai malam. Kecuali ada deadline kerjaan, baru aku sambi ngetik. Sibuk dari mana coba?” 

“Oh.”

“Kalau ada acara blogger, baru aku keluar rumah, ketemu sama teman-teman dan klien. Itu juga enggak tentu. Bisa seminggu sekali, bisa siang, bisa sore, atau saat akhir pekan. Tergantung kebutuhan. Tapi itu bebas, kalau aku enggak mau ambil job -nya, ya aku enggak perlu datang.”

“Aku kan tahu perjalananmu. Dari sebelum nikah, nikah plus berkarir di RS, resign, jualan online, lalu oriflame-an. Ending -nya, now there is you, now you are. Dan perjalanan itu panjang. Gimana kamu galau, belum bumbu-bumbu masalah anak, rumah tangga, orangtua, all. Sekarang sudah dapat ujungnya lho,” rangkum teman saya.

“Alhamdulillah.”

Dialog di atas bukan imajiner, tapi sungguh-sungguh terjadi. Tadi malam, seorang teman yang sedang bingung mau resign kapan, mengirim pesan Whatsapp menanyakan pendapat saya tentang kegalauannya.

Saya mendukung apapun keputusannya. Saya hanya menegaskan bahwa yang dia pilih harus merupakan sesuatu yang sesuai dengan dirinya, sesuatu yang bisa membuatnya bahagia.

Dia juga minta diajari menulis di blog, harus mulai dari mana? Harus menulis tentang apa? Dan sebagainya. Bahkan dia meminta agar saya mengadakan kelas menulis online, karena dia berada di luar kota Jogja.

Saya mau-mau saja, tinggal mencari waktu yang cocok. Saya bahkan mempunyai rencana untuk membuka sebuah brandcreative learning” terutama terkait dunia kepenulisan.

Kalau boleh saya tarik garis ke belakang, apa sih yang membuat saya banting setir ke dunia blog? Jawabannya simpel, kebutuhan akan kenyamanan. Setiap orang memang butuh uang, tapi punya uang tanpa kenyamanan jelas bukan tujuan hidup saya. 

blogger jogja

Saya menginginkan kehidupan yang seimbang dunia akhirat. Melakukan hal-hal yang saya sukai, tapi tetap bermanfaat. Ibadah jangan sampai tidak dapat dilakukan, karena pekerjaan yang padat. Kerja lembur? Boleh saja, asal sesuai porsinya. 

Saya menemukan semua itu dari ngeblog. Belakangan, saya baru tahu jika dunia tulis menulis masuk dalam sektor ekonomi kreatif, dan pelakunya dapat disebut sebagai creativepreneur.

Creativepreneur, Apakah Kita Mengetahui Maknanya?

Saya kutip dari medanbisnisdaily.com, creativepeneur adalah entrepreneur atau wirausaha yang bergerak (berbisnis) atau membuka usaha di bidang yang berkaitan dengan kreatif dan kreatifitas. Sedangkan menurut Pak Ari, Sales and Marketing Qwords, creativepeneur adalah pengusaha di bidang industri kreatif.

Bidang apa saja yang dimaksud?

Pemerintah memasukkan sekitar 15 bidang ke dalam sektor ekonomi kreatif (usaha kreatif/ entrepreneur kreatif/ creativepreneur), diantaranya adalah animasi, desain, arsitektur, interior, game, videografi dan fotografi, buku dan penerbitan, kerajinan, pertunjukkan, fashion, musik, tari, kuliner, dan lainnya.

Tidak hanya 15 bidang di atas saja yang membutuhkan kreativitas. Pada dasarnya semua bidang usaha membutuhkan seorang creativepreneur baik retail, jasa, dan sebagainya.

fotografer

Blog sendiri membutuhkan beberapa komponen kreatif seperti video, foto, desain, dan tentu saja konten tulisan. Oleh karena itu, ngeblog bukan pekerjaan gampang. Menjadi kreatif itu bisa dipelajari, tidak harus mempunyai bakat. Masalahnya, inovasi lah yang membuat para creativepreneur bisa bertahan. Nah, pertanyaannya, apakah kamu siap berinovasi?

Kreativitas menjadi komponen utama dalam inovasi tersebut. Maksudnya adalah landasan utama kreativitas berupa ide, konsep, gagasan yang bisa diperjualbelikan.

Lebih lanjut, era digital amat memerlukan creativepreneur, karena zaman mengharuskan semua bergerak dengan cepat. Tanpa kreativitas, kita bisa tertinggal. Bukan hanya tertinggal, bahkan bisa hancur alias bangkrut. Saya tidak perlu menyebutkan nama-nama perusahaan yang harus gulung tikar akibat tidak dapat mengikuti perkembangan zaman.

Era digital atau revolusi industri 4.0 membuat siapapun harus siap berlari, mengejar ketertinggalan. Tanpa kreativitas, bisnis, teknologi, pendidikan, kesehatan tidak dapat berkembang. Kreativitas dibutuhkan di setiap aspek kehidupan, agar perusahaan dapat berkembang, kualitas layanan dapat meningkat, dan produk atau inovasi baru dapat terwujud.

Apakah kamu pernah mendengar pepatah bahwa di dunia ini tak ada yang abadi? Yang abadi adalah perubahan itu sendiri.

Saya sepakat dengan pepatah di atas. Era digital membuat kita harus siap berubah secara drastis dan cepat. Tentunya perubahan ke arah yang lebih baik. Untuk berubah dan berinovasi, seseorang memerlukan kreativitas bukan?

Pertanyaan pentingnya, apakah semua orang bisa menjadi creativepreneur? Menurut Adityas, ST seorang Creative Director DreamARCH Animation, siapapun bisa menjadi creativepreneur asalkan punya kemauan, keyakinan, dan siap berusaha dengan keras untuk mewujudkan impiannya. 

Jadi, jangan asal ikut-ikutan orang ya. Gali ke dalam dirimu, minatmu apa? Impianmu apa? Hal-hal yang membuatmu antusias itu apa? Baru deh bisa ditarik benang merah, cocoknya bergerak dalam bidang ekonomi kreatif yang mana.

Kamu juga tidak harus membuka perusahaan sendiri, seorang creativepreneur dapat bergabung dengan perusahaan lain yang membutuhkan keahlianmu. Begitu banyak peluang yang dapat dicari.

Website Sebagai Rumah Bagi Creativepreneur

creativepreneur
Pak Ari, Sales and Marketing QWords
Setiap orang bisa berperan menjadi publisher bagi dirinya sendiri. Kita dituntut untuk dapat menjual siapa diri kita, apa keahlian kita dan harus diketahui oleh orang banyak. Oleh karena itu, semua orang mempunyai media sosial untuk mempromosikan dirinya. (Ari- Sales and Marketing QWords)

Bicara tentang creativepreneur, saya jadi ingat sebuah komponen yang tak kalah penting, yaitu diperlukannya sebuah kantor untuk menunjukkan profesionalitas. Berbeda dengan zaman sebelumnya dimana kantor harus riil, era digital memungkinkan setiap creativepreneur untuk memiliki sebuah kantor maya, yang disebut website.

Website menjadi rumah bagi brand atau perusahaan. Meskipun profesinya terkesan santai seperti videografer, fotografer, fashion designer, atau pemilik penerbitan indie, tapi seorang creativepreneur tetap memerlukan sebuah tempat untuk menyimpan dan menunjukkan portofolionya. 

Tak hanya sebagai portofolio, transaksi produk dan jasa juga dapat dilakukan melalui website. Saya jadi teringat sebuah brand kosmetik asal Jogja yang baru saja terjun ke dunia online. Setelah 3 tahun sebelumnya bergelut di penjualan offline, saat ini mereka melirik pasar online yang memang besar peluangnya.

Teman saya yang mempunyai penerbitan buku mempunyai website dengan nama brand yang sama. Website tersebut berisi artikel inspiratif, lifestyle, dan sebagainya.

Beberapa teman saya yang berprofesi sebagai videografer dan fotografer juga setali tiga uang. Website dapat berisi portofolio berupa karya video atau foto, tapi dapat juga berisi artikel terkait dunia videografi dan fotografi. Tentunya cara ini merupakan inovasi untuk menarik orang-orang yang sesuai target market.

Hosting Indonesia, Pilih yang Seperti Apa?

Berkaca pada pengalaman pribadi, pengelolaan website itu susah-susah gampang. Saya pribadi menyerahkan urusan A-Z web atau blog ke Pak suami yang lulusan IT dan bekerja di bidang IT :D. Sayangnya, enggak semua orang punya keluarga, saudara, atau sahabat yang mengerti IT, kan? Makanya penting banget memilih Hosting Indonesia yang terpercaya dan berkualitas.

QWords adalah penyedia Web Hosting dan nama domain di Indonesia. Qwords sendiri sudah berdiri selama 14 tahun. Mereka fokus ke bagaimana caranya orang-orang mencari dan menggunakan media untuk menjual dirinya, yaitu melalui website.

hosting indonesia

Apa saja yang membuat saya merekomendasikan QWords sebagai pilihan Hosting Indonesia?

1. Host

Host atau disebut juga sebagai rumah website. Dulu host hanya ada di LN. Pada perjalanannya, banyak yang tidak bisa membayar, karena harus menggunakan CC, PayPal, dan lain-lain. Akhirnya mulai ada host yang dibuat oleh Indonesia.

Di awal tahun 2019, Qwords telah meluncurkan Unlimited Hosting, paket hosting yang tanpa batas. Dengan Unlimited Hosting, pengguna memiliki hosting yang disk space tak terbatas. Paket ini sudah dilengkapi dengan Web Accelerator yang membuat website lebih cepat diakses. Nama domain dan sertifikat keamanan SSL juga tersedia gratis. 

Qwords juga baru saja meningkatkan fitur produk unggulannya yakni WordPress Hosting. Paket hosting yang didesain khusus untuk WordPress terbaru, bisa dinikmati dengan disk space yang lebih besar, gratis domain dan SSL, serta dukungan ekstra CloudPop sehingga website yang berbasis WordPress bekerja jauh lebih optimal.

Sebagai pengguna WordPress, saya sangat tertarik dengan WordPress Hosting dari QWords. Sebagai informasi, jika kamu sudah mempunyai hosting di tempat lain, masih bisa dimigrasi ke QWords lho. Cara migrasinya cepat, hanya butuh beberapa jam. Agar proses migrasinya maksimal, setidaknya 24 jam sebelum paket hosting lamamu habis masa berlakunya, kamu sudah menghubungi QWords ya.

Selain itu, Qwords mengedepankan customer service sehingga jika konsumen membutuhkan masukan atau bantuan terhadap kendala yang dialaminya, QWords akan senantiasa membantu. Apalagi sistemnya berlangganan.

Customer support -nya fast respon selama 24 jam 7 hari dalam seminggu. Pelanggan dapat menggunakan metode chat, phone, e-mail, dan support ticket yang ada di empat kota yaitu Jogja, Jakarta, Bandung, dan Surabaya. 

QWords juga mengupgrade koneksi internet menjadi 5 gbps publik network connection  yang langsung terkoneksi dengan tier 1. QWords bahkan memiliki 10 gbps private network connection. Private backup centre di QWords 99,9 & up time. 

2. Speed

Ketika host di Indonesia sudah mulai banyak, para pengguna mencari kecepatan. Rata-rata loading website yang masih ditolerir pembaca adalah di bawah 3 detik. Oleh karena itu, QWords juga memperhatikan hal ini. 

Pada bulan Februari 2019, Qwords telah melakukan upgrade jaringannya (Network Upgrade) sehingga lebih dekat dengan internet. Akses website/aplikasi dari seluruh penjuru dunia semakin cepat.

3. Tech

Teknologi yang dibutuhkan oleh creativepreneur adalah teknologi yang bisa membuat segala sesuatu lebih baik. Apalagi kalau teknologinya tidak perlu membeli sendiri, tapi dapat langsung dari perusahaan Hosting Indonesia yang digunakan.

4. Price

Siapa yang tidak mencari harga termurah? Semua orang termasuk creativepreneur pasti mencari harga termurah dengan hasil yang berkualitas. Dengan slogan “Reliable Fast Web Hosting with Reasonable Price” , Qwords selalu memberikan layanan hosting yang dapat diandalkan, cepat diakses, serta harga yang terjangkau.

Bagaimana? Tertantang dan siap menjadi creativepreneur? Langkah-langkahnya cukup mengenali diri sendiri, lalu siapkan bekal berupa mempelajari bidang yang diminati, tetapkan goal atau tujuan, dan mulailah berkarya. Jangan lupa, miliki website yang dapat membantumu lebih profesional dalam menjadi creativepreneur.

(Visited 174 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

14 thoughts on “Menjadi Creativepreneur di Era Digital, Bagaimana Caranya?

  1. Miss Riana Reply

    Keren sih kalau creativepreneur ini bisa kita kembangkan. Krn jaman skrg juga semua serba digital dan butuh bgt web sebagai media promo. Thank pencerahannya mbak.

  2. Mei Reply

    cerita pembukanya mirip seperti kisahku yang galau mau resign saat karir sudah mapan, tapi merasa ga nyaman karena merasa bukan passionku, akhirnya keluar dan banting setir lanjut studi yang bener2 berbeda dari penglaman kerja dan kuliah saat S1.
    ngomongin hosting kebetulan aku lagi cari-cari Mba Di, bisa jadi bahan referensi niy Mba buatku, hatur nuhun.

  3. Latifah Reply

    Mba dian emang keren bgt. Aq belajar banyak dr tulisan mba Di..
    Dan meski ngeblognya blm istiqomah krn banyak prioritas lain akhirnya aq n suami memutuskan beli domain di Qwords, harapannya biar lebih terarah dlm nulis

  4. Yustrini Reply

    Wah, berarti blogger termasuk dalam creativepreneur ya? Kalo gitu saya belajar ngeblog lebih serius lagi.

  5. arry wastuti Reply

    Wah keren nih si QWords, support nya 24/7 gitu ya mbak Dian, jadi gak khawatir kalo ada trouble kapan pun mereka bisa bantu.

  6. Disma Ariyanti Reply

    Kuncinya sekarang emang kreatif ya mb. Ada selebgram Zarry Hendrik apa ya, dia saking kreatifnya sampai nyediain jasa “bikin caption buat post foto instagram”, per caption harganya 50.000. dan ada yang pakai jasanya. Kekeke

  7. ima satrianto Reply

    Alhamdulillah ya, kita sebagai perempuan bisa banget melakukan banyak hal dari rumah berkat teknologi. Mari jadi creative preneur yang membawa kebaikan bagi diri dan lingkungan sekitar kita.

  8. Nisya Rifiani Reply

    Sebenernya makna creativepreneur bisa jadi luas banget ya mak, kalau aku masih mengusung istilah writer-preneur, karena selama ini sebatas mengembangkan skill menulis untuk mendatangkan money. Sampai sekarang aku masih bercita-cita jadi creative-preneur, tapi apa daya masih ngantor, hehehe..

  9. agata vera Reply

    Wihiiiyyy Qwords emang selalu seru acaranya, berbagi ilmu, asikk dah mbak, dan harganya aku akuin emang terjangkau sih

  10. Ririe Khayan Reply

    Revolusi industri 4.0 memang benar-benar menantang kita dan semua orang untuk siap berlari dan beradaptasi dengan cepat, tak terkecuali untuk urusan hosting, selain harga yg terjangkau, kualitas layanana yg paripurna menjadi pertimbangan utama utk memilih jenis hosting.

Leave a Reply

Your email address will not be published.