Mempraktikkan 3 Perilaku GERMAS di Keluarga Untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular

Facebooktwitterredditmail

“Teman kita sakit apa?”, tanyaku.
“Kanker,” jawab sahabatku.

Beberapa tahun setelah lulus SMA pada tahun 2004, salah seorang teman saya terdiagnosa kanker. Kankernya termasuk langka, dengan tingkat kesembuhan yang rendah. Kami semua terpukul, karena ia masih muda, sehat dan kuat.

Tak lama kemudian, berita duka datang. Teman kami menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit. Ia menjadi orang pertama di angkatan kami yang meninggal dunia.

Awal tahun 2017, berita duka kembali hadir. Seorang laki-laki berusia awal 30-an, meninggal dunia. Ia adalah orang kedua di angkatan saya, yang dipanggil oleh Sang Khalik.

Kali ini kabar berhembus bahwa penyebabnya adalah penyakit jantung yang datang di malam hari sehingga tidak ada orang yang tahu. Ia meninggal sendirian di rumah dinasnya. Al Fatihah.

Dua kisah di atas hanyalah sedikit kisah nyata mengenai beberapa teman saya yang meninggal karena PTM (Penyakit Tidak Menular). Teman pertama, terus terang saya kurang mengetahui tentang gaya hidupnya. Apakah ia berolahraga? Atau sering begadang? Saya tidak terlalu paham.

Tapi teman kedua, saya tahu bahwa ia memang gemar merokok dan minum kopi dalam jumlah yang banyak. Mengingat ia hidup sendiri di perantauan, saya yakin pola makannya juga seadanya. Jajan alias makan di luar mungkin setiap hari. Belum lagi kelelahan fisik karena sering pulang kampung ke Jogja dengan menyetir mobil sendiri di tiap akhir pekan.

Padahal kami semua tahu bahwa ia berisiko terhadap penyakit kardiovaskular. Karena ayahnya telah meninggal dunia karena jantung. Tapi sekali lagi, silent killer ini memang nyaris tidak terlihat ketika sedang mengancam nyawa.

Satu kisah lagi datang dari seseorang yang saya kenal di dunia maya karena beliau adalah pekerja digital juga. Ia mengalami kanker pankreas di usia muda. Ia bahkan membagikan pengalamannya terkait salah satu penyebab kankernya di media sosialnya, yaitu karena gaya hidup tidak sehat.

Gaya hidup yang dimaksud adalah makan tidak teratur (terutama makan fast food dan makanan instan lainnya), tidur kurang, minum soda dan kopi yang berlebihan, gula berlebih pada makanan dan minuman, tidak berolahraga, tidak pernah medical check up, dan sebagainya. Ia sadar bahwa gaya hidup tersebut yang membawanya pada kondisi sakit kanker.

Meskipun maut adalah takdir, saya percaya bahwa setiap manusia berperan untuk berusaha seoptimal mungkin hidup sehat. Hasil akhir adalah ketentuan Sang Pencipta, tapi dengan gaya hidup sehat, orang – orang terdekat kita akan merasakan manfaatnya.

Penyakit Tidak Menular, The Silent Killer

Berdasarkan artikel dari depkes.go.id, pada era 1990, penyakit menular seperti ISPA, Tuberkulosis dan Diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Namun, perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi). Tahun 2015, PTM seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker dan Diabetes justru menduduki peringkat tertinggi.

Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, dalam sambutannya dalam rangka Hari Kesehatan nasional (HKN) ke-52 tahun 2016 di Jakarta pernah menuturkan bahwa penduduk usia produktif yang mengalami PTM akan terancam penghidupannya, karena seharusnya ia memberikan kontribusi pada pembangunan.

Dengan kata lain, PTM membuat pasien tidak dapat beraktivitas dengan maksimal. Yang seharusnya dapat bekerja atau berkarya secara produktif, justru sebaliknya. Ditambah lagi, kehidupan keluarga pendamping pasien pasti akan ikut terpengaruh.

 

Kementerian Kesehatan RI telah mencanangkan Healthy Life Movement atau gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) sebagai upaya untuk mengendalikan PTM. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan dapat dan mau menjaga kesehatan melalui GERMAS agar terwujud Indonesia sehat.

kerjasama kemenkes RI dengan Singapura
Kerjasama kemenkes RI dengan Singapura. Sumber: www.sehatnegeriku.kemenkes.go.id

Sebagai informasi, Indonesia telah mengadakan kerja sama dengan Singapura terkait pengendalian PTM. Menurut Menkes Singapura, prevalensi diabetes di Singapura memgalami peningkatan. Ada kelompok masyarakat tertentu di Singapura terutama dari India dan Malaysia yang cukup tinggi insidens dari penyakit tidak menularnya. Menkes Singapura juga menyampaikan tentang kebiasaan makan garam yang cukup tinggi di Singapura.

Berdasarkan informasi pada www.sehatnegeriku.kemenkes.go.id konsumsi garam direkomendasikan maksimal 5 gram perhari. Tapi orang Singapura bisa mengkonsumsi lebih dari 9 gram per hari. Hal tersebut menjadi ancaman besar untuk penyakit tidak menular seperti hipertensi dengan segala komplikasinya. Singapura kesulitan mengurangi konsumsi garam karena sudah ada di dalam makanan. Berbeda dengan gula yang bisa direduksi di atas meja.

Untuk mengurangi masalah ini, Kemenkes Singapura sudah mengadvokasi kalangan industri agar berperan dalam menjaga umur konsumennya karena konsumen itulah yang akan menjadi konsumen seumur hidupnya.

Bagaimana dengan Indonesia? Salah satu PTM yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah Hipertensi. Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima) pada semua umur.

Sedangkan berdasarkan data International Health Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia, penyebab kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti dengan Penyakit Jantung Iskemik, Diabetes, Tuberkulosa, Sirosis , diare, PPOK, Alzheimer, Infeksi saluran napas bawah dan Gangguan neonatal serta kecelakaan lalu lintas.

Dikutip dari situs www.sehatnegeriku.kemenkes.go.id

“Hipertensi sekarang jadi masalah utama kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, karena hipertensi ini merupakan salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI, dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes, pada Temu Media memperingati Hari Hipertensi Dunia 2019 di Gedung Kementerian Kesehatan RI.

Padahal hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan faktor-faktor risiko, seperti merokok, diet yang tidak sehat (kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih), obesitas, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stres.

Masih menurut situs yang sama, data Riskesdas 2018 pada penduduk usia 15 tahun keatas didapatkan data faktor risiko seperti proporsi masyarakat yang kurang makan sayur dan buah sebesar 95,5%, proporsi kurang aktifitas fisik 35,5%, proporsi merokok 29,3%, proporsi obesitas sentral 31% dan proporsi obesitas umum 21,8%. Sebuah statistik yang membuat saya tercengang sekaligus sedih.

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Untuk Mencegah PTM

Secara general, tindakan preventif atau pencegahan amat diperlukan untuk mengendalikan PTM. Oleh karena itu, saya sangat mengapresiasi GERMAS yang diluncurkan oleh Kemenkes.

GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI dengan mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif. GERMAS melibatkan seluruh komponen bangsa untuk memasyarakatkan paradigma sehat.

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian (depkes.go.id)

3 perilaku germas

GERMAS dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Melakukan aktifitas fisik
2. Mengonsumsi sayur dan buah
3. Tidak merokok.
4. Tidak mengonsumsi alkohol
5. Memeriksa kesehatan secara rutin
6. Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban.

Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu:
1. Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari
2. Mengonsumsi buah dan sayur
3. Memeriksakan kesehatan secara rutin.

Menkes mengatakan bahwa tiga kegiatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan keluarga, dilakukan saat ini juga, dan tidak membutuhkan biaya yang besar.

sosialisasi germas
Sosialisasi GERMAS. Sumber: www.sehatnegeriku.kemenkes.go.id

GERMAS sudah disosialisasikan ke seluruh Indonesia. Rilis sehat di http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/?s=Germas mencatat bahwa GERMAS disosialisasikan di Jakarta, Bogor, Cikarang, Karawang, Gorontalo, Jambi, Padang, Kalimantan Utara, NTB, dan berbagai daerah di Indonesia.
Bahkan Kemenkes telah meresmikan pelatihan tim TOT (Training of Trainer) Penggerak Germas yang diharapkan memviralkan gaya hidup sehat, terutama tiga perilaku GERMAS.

Kini Saatnya Kita Mempraktikkan GERMAS, Dimulai dari Keluarga

Pencegahan PTM dengan 3 perilaku GERMAS menjadi fokus utama saya. Dimulai dari diri sendiri, keluarga dan dilakukan sekarang juga.

Saya melihat langsung bahwa banyak anak mengalami obesitas sejak kecil. Badan mereka gemuk sehingga geraknya terbatas. Kurangnya aktivitas fisik karena sering bermain gadget atau laptop, menambah risiko PTM yang akan dialami oleh anak tersebut dikemudian hari.

Kita sebagai orangtua bisa saja menutup mata terhadap hal tersebut. Tapi saya tidak ingin melakukannya. Saya ingin anak-anak dan keluarga saya hidup sehat dengan cara menerapkan gaya hidup sehat.

1. Aktivitas Fisik 30 Menit per Hari

GERMAS aktivitas fisik
Sumber gambar: www.sehatnegeriku.kemenkes.go.id

Untuk anak, sangat mudah menerapkan perilaku nomor satu ini. Pada dasarnya, anak-anak adalah pribadi yang aktif dengan keingintahuan yang besar. Mereka memanjat, melompat, berlari kesana-kemari. Tugas kita orangtuanya adalah memfasilitasi dan mengawasi.

bersepeda

Beraktivitas di luar rumah seperti bermain bola, bermain permainan tradisional seperti petak umpet, engklik, dan olahraga lainnya seperti bersepeda dan berenang, adalah cara mudah hidup sehat.

aktivitas olahraga anak

Untuk berenang dan bersepeda, saya dan keluarga melakukannya di akhir pekan. Anak-anak tentu saja gembira. Mereka bermain air dan menghirup udara segar. Bagi anak-anak, aktivitas fisik sangatlah menyenangkan.

aikido

Bagaimana dengan saya dan suami? Beberapa tahun terakhir, suami aktif berolahraga Aikido sebanyak 2 kali seminggu. Secara otomatis, olahraga ini membuat perut buncitnya mengempes. Ia juga lebih segar dan bugar dibanding sebelumnya. Oh ya, minggu ini suami saya akan ujian Aikido. Mohon doanya ya.

berenang

Saya sendiri rutin berolahraga terutama aerobik, dan berenang. Tapi terus terang, semenjak hamil, saya belum melakukan dua olahraga tersebut lagi. Mual muntah yang melanda di trimester pertama adalah salah satu penghalangnya.

Kini, kehamilan saya memasuki trimester kedua. Saya berusaha melakukan yoga di rumah. Saya juga berencana mendaftar prenatal yoga di tempat yang dekat dari rumah. Untuk aktivitas fisik 30 menit per hari, saat ini saya masih mengandalkan kegiatan sebagai ibu dalam urusan domestik yang cukup memakan tenaga.

Bagi teman-teman yang dikeluarganya mempunyai riwayat diabetes, hipertensi, stroke, kanker, dan PTM lainnya, aktivitas fisik berupa olahraga rutin menjadi sebuah keharusan. Pengendalian berat badan agar tidak obesitas adalah salah satu tujuan utamanya.

2. Mengonsumsi Buah dan Sayur

GERMAS makan buah, sayur, dan ikan
Sumber gambar: www.sehatnegeriku.kemenkes.go.id

Sejak MPASI, kedua anak saya telah dikenalkan buah dan sayur. Saya mengenalkan rasa aslinya. Bahkan bentuk dan warna aslinya mereka lihat sendiri. Di kemudian hari, saya menuai manfaatnya. Mereka mau makan buah dan sayur tanpa harus disembunyikan dalam bentuk makanan tertentu.

Maksudnya bagaimana? Ya sayur direbus saja, mau dimakan. Buah juga langsung dimakan tanpa harus dibuat jus atau puding misalnya.

makan pepaya

Saya dan keluarga menyetok buah-buahan setiap hari. Variasi buah seperti apel, mangga, pir, jeruk, selalu ada di rumah.

makan buah

Tak perlu yang mahal, pepaya dan pisang juga kaya manfaat dan bergizi.

agar anak suka sayur

Untuk sayur sendiri, sayuran hijau masih menjadi primadona di rumah. Sayur sop, brokoli kukus, capcay, bening bayam, adalah beberapa menu andalah keluarga saya.

Dengan adanya buah, secara tidak langsung dapat mengurangi konsumsi gula di keluarga kami. Karena buah sendiri rasanya sudah manis. Indera pengecapan dimanjakan dengan buah-buahan tanpa harus mengonsumsi gula berlebih.

Manfaat utama yang terasa adalah anak jarang sakit. Bila sakit dan sedang tidak mau makan nasi, setidaknya mereka mau menggado buah dan sayur. Alhamdulillah.

Bila dalam keluarga besar ada yang mengidap PTM, sayur dan buah juga sebaiknya dikonsumsi oleh semua anggota keluarga. Jadi yang mengubah pola makan tidak hanya pasien, tapi juga anggota keluarga lainnya.

3. Memeriksakan Kesehatan Secara Rutin

GERMAS cek kesehatan
Sumber gambar: www.sehatnegeriku.kemenkes.go.id

Selama ini, anak-anak memeriksakan kesehatannya secara rutin di Posyandu, dan berkala di rumah sakit ketika imunisasi. Saat Posyandu, berat badan dan tingi badan anak dievaluasi.

Sedangkan saat imunisasi, dokter anak memeriksa tidak hanya pertumbuhan tapi juga perkembangan anak apakah sesuai dengan usianya.

Saya sendiri beberapa kali melakukan medical check up, yaitu saat tes kerja, dan ketika hamil. Tiga kali kehamilan berjarak 3-4 tahun, saya selalu cek darah, bahkan cek TORCH.

Alhamdulillah tekanan darah, gula darah, dan kolesterol masih normal. Hanya saja kadang Hb saya rendah.
Saya tahu bahwa hipertensi dan diabetes pada kehamilan cukup berisiko.

Hipertensi pada kehamilan bahkan dapat mengancam nyawa karena mengakibatkan pre eklamsia. Diabetes pada kehamilan juga berisiko pada kesehatan ibu di kemudian hari.

Oleh karena itu, saya memeriksakan kesehatan secara rutin terutama saat hamil. Sebulan sekali ketika kontrol kehamilan, tenaga kesehatan mengecek tekanan darah, dan berat badan saya.

papsmear
Hasil cek papsmear tahun 2018 lalu

Saya juga melakukan papsmear meskipun tidak ada anggota keluarga besar yang pernah mengalami kanker serviks. Mengapa? Karena saya tahu bahwa kanker serviks dapat dideteksi dengan pengecekan melalui papsmear. Apalagi kanker serviks termasuk peringkat dua besar kanker yang menyerang perempuan.

Pencegahannya sendiri adalah dengan vaksin HPV pada perempuan yang hasil HPV nya negatif. Artinya ia belum mempunyai antibodi terhadap HPV. Saya malah belum jadi vaksin HPV, keburu hamil=D

Begitu pula dengan kanker payudara, dapat dicek sendiri dengan Sadari. Jika memang dicurigai ada benjolan, maka mamografi dengan berkonsultasi ke dokter adalah langkah selanjutnya.

Beberapa orang yang di keluarganya ada yang pernah meninggal karena jenis kanker tertentu, sebaiknya lakukan pengecekan terkait genetik sehingga kanker dapat dideteksi dan dicegah sejak dini.

Suami juga melakukan medical check up beberapa kali semenjak menjadi karyawan kantoran. Saya berencana membeli timbangan digital di rumah untuk memantau berat badan suami dan keluarga.

Wah, ternyata mudah ya mempraktikkan 3 perilaku GERMAS. Tidak perlu biaya besar, dan bisa dilakukan secara rutin. Ketika sudah menjadi kebiasaaan, otomatis lebih ringan melakukannya.

Memang awalnya saya akui tidak mudah untuk begaya hidup sehat. Seperti saya yang awal-awal mengenalkan MPASI buah dan sayur kepada anak. Ada penolakan, dilepeh, dibejek, disembur, dan sebagainya. Tapi konsistensi membuahkan hasil yang baik.

Begitu juga dengan aktivitas fisik, rasa malas kadang mendera. Libur enaknya nonton televisi sambil ngemil dibanding berolahraga. Tapi percayalah bahwa olahraga adalah investasi untuk kesehatan masa depan.

Saya juga banyak terbantu dengan informasi dan sosialisasi Kemenkes yang dirangkum pada laman http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/topik/rilis-media/. Selain informatif, rilis berita yang ditayangkan menginspirasi saya untuk hidup sehat.

Semoga sharing ini bermanfaat untuk keluarga-keluarga Indonesia.

Bila saya dan keluarga telah memulainya, maka anda dan keluarga juga pasti bisa mempraktikkan GERMAS. Yuk, mulai dari sekarang, dan mulai dari diri sendiri.

(Visited 223 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

13 thoughts on “Mempraktikkan 3 Perilaku GERMAS di Keluarga Untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular

  1. Zefy Reply

    aku mungkin yang masih agak susah itu periksa kesehatan secara rutin mbak, hmm…..gimana ya, soalnya periksa kesehatan belum jadi budaya di rumah jadi suka lupa

  2. Anita Makarame Reply

    Tes kesehatan rutin ini yang belum dilakukan mbak. Medical check up di sini lumayan menguras kantong ya. Hanya pada momen tertentu biasanya test. Ternyata penting untuk mengontrol silent disease.

  3. William Giovanni Reply

    Penyakit tidak menular sebetulanya bisa dicegah dengan GERMAS, tetapi memang tidak mudah. Perlu tekad untuk menjalani gaya hidup sehat, terlebih godaan nikmatnya rasa makanan.

  4. Marfa Reply

    Kalau aktivitas fisik dan makan buah sayur sih udah, tinggal cek kesehatan rutin aja yang belum pernah huhuhu. Baca Aikido jadi pengin latihan rutin silat lagi, emang jadi lebih kuat dan sehat sih

  5. Travel Galau Reply

    Hidup sehat ini pr aku banget, karena masih ada bagian diri yang rasanya males untuk hidup sehat. Termasuk untuk kembali memeriksakan diri secara berkala. Hufff baca ini jadi kaya diingatkan kembali sih.
    Baiklah saatnya cek papsmear, mengingat riwayat penyakit aku beberapa tahun lalu.

  6. Nina Reply

    Terkadang yang paling sulit itu adalah melawan malas. Semoga saya dan keluarga juga bisa mempraktikkan germas.

  7. Ruli retno Reply

    Meskipun aku belum tau banyak soal germas ini, tapi memang benar gerakan hidup sehat ini sudah mulai merakyat. Akupun jadinya sdh rutin banget konsumsi buah, dulu gak rutin. Olahraga juga udah di rutinkan lagi. Dulu semaunya aja hahaha

  8. Sugi Siswiyanti Reply

    Penyakit tidak menular ini juga membebani pembiayaan BPJS. Semoga informasi tentang Germas tersampaikan dengan tepat pada seluruh lapisan masyarakat dan diaplikasikan secara maksimal oleh semua orang. Semoga…

  9. Dikki Cantona Putra Reply

    Serem juga ya dampak terlalu banyak makan makanan fast food itu dan yanh paling ngeri visa tiba tiba meninggal gitu ih harus hidup sehat nih mulai sekarang perbanyak olahraga dan makan buah

  10. April Hamsa Reply

    Ya Allah iya lho mbak, PTM ini serem, moga kita dijauhkan dari penyakit kyk gtu ya…
    Dan dia datang gak pandang usia 🙁
    GERMAS ini sering banget sekarang didengungkan sama kemenkes.
    Hb rendah banyakin makan protein dan rutin minum vitamin dan zat besi kyknya ya….

  11. Eko Prasetyo Reply

    Intinya itu kita harus olahraga dengan rutin, jaga pola makan dan waktu tidur iya mba.
    Tapi balik lagi ke kita bagaimana cara menyikapinya, penyakit silent killer memang tidak bisa ditebak-tebak dideritanya.

    Semoga diberikan kesehatan jasmani maupun rohani iya mba. Amin.

  12. Pertiwi Yuliana Reply

    Hwaaaa dari tiga perilaku germas ini baru nomor dua doang yang sering dilakukan nih. Mesti ditingkatkan lagi semuanya untuk mengurangi risiko datangnya penyakit yang tidak diinginkan yaa.

Leave a Reply

Your email address will not be published.