Meminimalkan Drama ART? Begini Caranya

Facebooktwitterredditmail

Meminimalkan drama ART ini adalah lanjutan dari tulisan 20 Pertanyaan Agar Bebas dari Drama ART.

Saya langsung lanjutkan ke 10 pertanyaan untuk meminimalkan drama ART ya.

11. Apakah bersedia menyetrika baju sekeluarga?

Ada juga nih cerita teman saya yang ARTnya enggak mau menyetrika baju dengan alasan cucian piring teman saya sangat banyak. Terpaksa teman saya mengambil ART lain untuk menyetrika baju. Jangan sampai hal-hal kayak gini bikin kita makan hati ya.

12. Apakah bersedia memasak?

Soal masak, ternyata ada ART yang enggak bersedia memasak. Entah karena memang enggak bisa masak, atau enggak mau ribet masak.

Tapi saya pernah punya ART yang sama sekali enggak bisa masak, dan dia mau belajar. Lucunya, pas saya minta untuk goreng tempe eh dia beneran cuma potongin tempe terus langsung goreng. Enggak dibumbui pakai garam dan bawang putih sama sekali. Jadi hambar gitu rasanya. Tapi saya enggak masalah sih, asal dia mau belajar.

13. Apakah punya penyakit bawaan atau penyakit lain?

Sedih banget kalau ingat pertanyaan nomor tiga belas ini, karena saya mengalami sampai 2x. Yang pertama si penyalur sudah menyampaikan di awal kalau pekerja punya penyakit yaitu pernah operasi di perut sehingga tidak bisa menggendong bayi lama-lama.

Nah, ART berikutnya, penyalur tahunya dia sehat. Dan saya saat itu juga tidak bertanya. Ternyata dia punya miom sebesar 2 cm. Sudah tidak kumat selama 3 bulan, makanya dia berani bekerja.

Tetapi, baru saja dua hari kerja, ART tersebut sudah pucat dan kesakitan pada perutnya. Dia sudah membawa obat minum, tapi tetap tidak mempan. Pada akhirnya, saya memesan gojek untuk ke rumah sakit. Ternyata benar, nyerinya baru hilang setelah disuntik dan menggunakan obat antinyeri via anus (suppositoria).

Setelah kejadian itu, saya observasi beberapa hari dan memang masih sering kumat walaupun bisa diatasi dengan obat oral. Sayangnya, dua minggu kemudian, kumatnya menjadi-jadi sehingga harus masuk rumah sakit lagi. Kedua kalinya kumat sampai menggigil gitu, kan saya sendiri jadi ngeri.

Diantarlah oleh driver saya ke dokter umum, tapi tempatnya tutup. Lalu dibawa ke apotek, eh enggak ada dokternya. Akhirnya dibawa ke klinik dan harus disuntik lagi.

Dua kali masuk klinik, saya memutuskan untuk mengembalikannya ke penyalur. Sedih sih, saat dia bercerita bahwa dia memang bekerja agar mendapatkan uang untuk berobat. Kasarnya, uang 20 ribu saja enggak punya, gimana mau sembuh=(. Di sisi lain, saya benar-benar repot dan membutuhkan ART yang sehat.

Saya sampaikan agar ia beristirahat dulu di kampungnya, berobat dulu. Kalau sudah sembuh baru deh kerja lagi.

14. Apakah ada alergi makanan?

Alergi makanan ini ternyata juga hal yang perlu kita pertimbangankan. Ada ART ibu saya yang alergi ayam boiler. Jadi kalau makan ayam harus ayam kampung. Hehe. Kalau mantan ART saya ada yang alergi daging kambing dan daging sapi.

15. Kalau nanti mau pulang naik kendaraan apa? Diantar atau dijemput?

Sebagai majikan, kita perlu menanyakan mereka pulang kampung naik apa? Tentu saja hal ini terkait ongkos yang akan diberikan. Apalagi biasanya sehabis mudik lebaran, tak jarang ART mengatakan uangnya sudah habis dan meminta ditransfer uang lagi untuk ongkos balik ke rumah majikan 😀

16. Jika ada saudara meninggal dunia apakah akan pulang kampung? Berapa hari?

Kejadian dengan mantan ART saya. Dia minta pulang dengan alasan neneknya meninggal dunia. Sedihnya, ternyata dia berbohong. Jadi dia enggak berniat untuk kembali bekerja dan pulang dengan alasan lain. Entah deh neneknya beneran meninggal atau tidak.

Oleh karena itu, perlu ditegaskan di awal, circle keluarga yang dia harus pulang ketika sakit atau meninggal dunia.

17. Apakah mau jika berbagi kamar dengan ART lain?

Saya sempat punya dua ART dan ternyata mereka bertengkar karena masalah lemari di kamar. Hedeh. Ya sebenarnya bukan hanya tentang fasilitas kamar sih, tapi juga ada masalah lain yang menyebabkan saling tidak nyaman.

18. Apakah bersedia digaji sekian juta?

Sebaiknya gaji dibicarakan diawal agar tidak terjadi salah paham. Saya pernah kesal karena gaji sudah disepakati dengan penyalur. Ketika bekerja masih juga bertanya dan nego gaji. Bikin hayati lelah saja=)

19. Bersedia tidak bekerja dari pukul sekian sampai sekian?

Waktu kerja ini amat penting. ART terakhir saya masuk kamar pukul 7 malam. Padahal anak-anak saya tidur pukul 10 atau 11 malam.

Kemudian ART tersebut bangun pukul 3 pagi dan mulai beberes rumah. Hiks, saya kesal dan kaget. Karena bayi saya terbangun berkali-kali akibat suara beberes yang tak kunjung reda sehingga saya harus menggendongnya sampai pagi.

Saya sudah memintanya untuk memundurkan waktu kerja setelah subuh, yaitu pukul 6 pagi. Tapi tetap saja dia beralasan tidak bisa tidur sehingga bengong dan ingat anaknya di kampung.

Bayangkan betapa terganggunya saya yang masih begadang menyusui bayi karena ART tersebut waktu kerjanya tidak mau menyesuaikan kebutuhan saya.

Saya sadar, hal ini seharusnya ditegaskan di awal untuk meminimalkan drama ART. Jika memang ia tidak mau, ya diawal langsung tidak diterima bekerja dengan kita.

20.

Ada yang mau menambahkan untuk pertanyaan nomor 20? Cerita dong drama ART yang pernah teman-teman alami?

Teman-teman juga perlu menyampaikan apa saja peraturan dalam bekerja.

Misalnya:

1. Tidak boleh menggosip ke tetangga /menyebarkan aib keluarga majikan
2. Tidak boleh mencuri atau mengambil apapun tanpa izin majikan
3. Utamakan menjaga anak dibanding memasak atau menyetrika pakaian
4. Dampingi anak ketika mereka sedang bermain
5. Pakai masker jika keluar rumah.
6. Gaji sekian sebagai ART. Gaji tambahan sekian jika momong anak.
7. Waktu kerja pukul sekian sampai sekian.

Begitu juga untuk pengasuh bayi. Teman-teman perlu memastikan apakah pengasuh tersebut sudah tahu cara memandikan bayi, cara mencairkan ASIP, dan cara mensterilkan botol ASIP.

Teman-teman juga perlu menegaskan hal-hal apa saja yang menjadi concern jika dilanggar. Misalnya ketahuan berbohong, ketahuan mencuri, atau ketahuan berkata dan bersikap kasar pada anak-anak. ART perlu tahu bahwa kita tidak menolerir hal tersebut bahkan bisa dilaporkan ke polisi.

Oh ya, untuk biaya ketika ART sakit juga perlu diperjelas. Apakah ditanggung oleh majikan. Atau dibagi dua tergantung besarnya biaya. Atau bagaimana. Perlu dijelaskan pula, sakit seperti apa yang akan ditanggung oleh majikan.

Semoga tulisan meminimalkan drama ARTini bermanfaat ya=)

(Visited 304 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

Leave a Reply

Your email address will not be published.