Setiap sudut Jogja menyimpan kenangan indah, meski berasal dari kisah paling pahit sekalipun.
Sabtu, 2 Agustus 2014, saya menginjakkan kaki di Jogja setelah sekian lama tak kembali. Semakin diingat semakin lupa, kapan terakhir kali kesini, ternyata hampir 8 bulan yang lalu, waktu yang cukup panjang mengingat sebelumnya saya hampir tidak pernah merantau. Waktu tempuh yang sebenarnya tidak terlalu lama, 25 menit penerbangan dari Raden Intan, Lampung, dilanjutkan 47 menit dari Jakarta. Sebuah perbedaan waktu yang seharusnya menjadikan saya bersyukur, dapat pulang kapan saja dengan cepat (tapi duit e sik bikin mikir,hehe). Selama 8 bulan terakhir, jarak 448 km dari Soeta dan Adisucipto memisahkan raga saya yang berada di Depok dengan sebagian besar jiwa yang tertinggal di Jogja. Dan libur Idulfitri menjadi pengobat hati yang rindu kota kelahirannya.
Sebuah supermarket baru terlihat gagah di jalur ringroad utara, gedung apartemen berdiri megah di jalan palagan, dan resto Kampung Arab begitu menggoda untuk disinggahi. Itulah sedikit gambaran pembaruan di jalan dari bandara menuju rumah orangtua saya. Ya, Jogja berbenah, menjadi lebih metropolis, menjadi lebih modern. Bangunan tinggi muncul di sana sini, perumahan elit, mall mewah juga menjamur. Satu harapan saya, semoga Jogja tidak menanggalkan kesantunannya. Semoga penduduknya tetap menaruh perhatian pada kebun dan sawah yang menyumbang oksigen dan hasil bumi pada kota tercinta ini.
Begitu sampai di Jalan Palagan Tentara Pelajar, dan memasuki rumah bernuansa abu-abu. Mata saya tertuju pada kamar paling depan. Kamar yang jendelanya menyimpan memori seorang wanita muda. Jendela yang menjadi saksi hujan badai dan air mata bahagia. Bahkan kaca-kacanya senantiasa setia, menjadi sahabat paling karib, mendengar keluh kesah pemilik kamar. Duh, wanita itu tampaknya juga mencintai kenyamanan yang diciptakan di tempat yang bernama “rumah”.
Beberapa agenda bisnis, agenda resolusi 2014, rencana pertemuan dengan teman-teman semasa sekolah dan keluarga mertua, serta jadwal beberapa acara penting sudah menunggu untuk ditepati (sok sibuk, haha). Bismillah semoga semuanya lancar, sehingga ketika kembali ke Depok, terbayar sudah penantian panjang untuk kembali ke kota paling bikin kangen di dunia, Yogyakarta=)

Aku baru sekali ke Jogya, saat SMA dulu. Pasti sekarang sudah banyak berubah ya, pengin kesana lagi suatu saat 🙂
Wah,perlu tuh mba ke Jogja lagi, ntr kita kopdar&bersedia jadi guide deh:). Banyak yg bs dkunjungi dijogja