Ada yang belum menonton film Inside Out?

Bagus lho filmnya, bercerita tentang bagaimana emosi masa kecil menentukan karakter seseorang. Setiap memori baik yang indah, menyenangkan maupun menyedihkan menjadi dasar dari pulau kepribadian dan memori inti. Kelak di kemudian hari, di masa remaja atau dewasanya, akses ke kisah masa lalu menjadi dasar apa yang akan dilakukan seseorang ketika menghadapi suatu masalah. Keren, kan?! Cocok sih dengan konsep parenting, di mana masa kecil yang bahagia akan membentuk pribadi yang bahagia.
Ada beberapa memori penting yang kuingat di masa kecil. Yaitu saat menang lomba menggambar di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), dapat hadiah tempat pensil bertingkat (yang saat itu sedang nge-trend, hehe), padahal gambar standar gunung dengan matahari, jalan berkelok dan sawah. Gunungnya pun berwarna merah:D.
Lalu juga ada saat di mana setiap beberapa kali seminggu setelah pulang sekolah, aku bersama teman-teman sebaya berlatih fashion show di rumah tetangga kami. Nantinya ketika ada acara 17 agustus, tirakatan dan sebagainya, kami akan pentas di panggung.
Hayo tebak saya yang mana?:D.
Bandingkan dengan foto saya sekarang. Atau boleh juga bandingkan dengan foto putri saya.

Suami saya nebak 3 kali dan masih salah:(. Pas dikasih tahu foto saya yang mana malah bilang, “Kok cantikan Bunda yang sekarang?” Hehe, pujian nih berarti.
Selain cerita di atas, tentu saja seperti anak-anak lainnya, saya juga bermain boneka, masak-masakan dengan mie-miean dan bakso-baksoan dari tanaman pagar di depan rumah juga kulakukan. Membuat setup-setupan dari buah jambu dan mangga milik tetangga yang jatuh di tanah (nggak nyolong yang masih di pohon lho, tapi buah-buah yang sudah agak busuk dan didiamkan tergeletak di tanah). Ada juga buat kue-kuean dari tanah liat terus dikeringkan dijemur di bawah terik matahari.
Zaman saya kecil dulu, anak-anak belum mengenal gadget, jadi permainan tradisional seperti engklek, gobag sodor, lompat tali, cublak-cublak suweng, kelereng, petak umpet, masih banyak dilakukan oleh kami. Masa-masa yang indah tentunya. Karena tidak terlupakan, anak sayapun sekarang tetap diperkenalkan dengan permainan tersebut. Banyak sekali manfaatnya terutama melatih motorik dan bersosialisasi dengan teman-teman sebaya dibanding bermain satu arah dengan gadget.
Oh ya, memori masa kecil paling heboh kalau dari foto yang saya miliki adalah ketika syukuran ulang tahun saya, potong tumpeng megang pisau sendiri, terus mama saya histeris deh ketakutan. Hoho. Ngeri-ngeri lucu gimana gitu ya …

Sayanya sih di foto cuek-cuek aja alias excited, hehe. Kalau sekarang anak saya yang pegang pisau beneran paling cukup saya awasi dan kasih tahu agar hati-hati karena pisau itu tajam (ah yang bener, Yan?)
Itulah sekelumit kisah masa kecilku yang penuh warna. Kalau masa kecilmu gimana?:)
“Tulisan ini Diikutsertakan Dalam Pena Cinta First Giveaway”

setuju mak, masa kecil memang harus bahagia tapi juga tetap terbangun karakternya 😉
Hihi. Berat ya peran ortu:)
Foto yang terakhir ekspresif bangetttt, hihi.
Salam kenal ya mbak,
Hehe. Foto zaman kecil jadul itu
Kalo dari film ini aku justru belajar untuk nggak menahan kesedihan. Kalo emang waktunya nangis ya nangis aja. Tapi habis itu hepi lagi. Kayak pas Bing Bobg sedih roketnya dibuang. Habis nangis ya terus ceria lagi.
Iya kalo diampet nangisny malah nggak baik buat psikis dan kesehatan Mak. Ya harus seimbang sih
Iya namanya juga emak dan anak:). Thanks mba