Hatiku Tertambat di Savana Desa Braja Harjosari

Facebooktwitterredditmail

savana Desa Braja Harjosari

Lampung Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki luas 5.325,03 km2. Objek wisata paling terkenal di Lampung Timur adalah Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Selain itu, ada pula Desa Braja Harjosari yang mulai menampakkan pesonanya. Keistimewaannya terletak pada luasnya savana dan keberadaan Way Penet, sehingga pengunjung dapat menikmati wisata susur sungai selama 3-4 jam di tepi hutan TNWK.

Desa Braja Harjosari terletak di Lampung Timur, tepatnya berada di Kecamatan Braja Selebah. Desa Braja Harjosari merupakan desa berkonsep agrowisata yang terlama di Lampung Timur. Posisi desa ini dengan TNWK hanya terpisah oleh sungai Way Penet. Butuh waktu perjalanan darat kurang lebih 1 jam untuk mencapai desa ini dari TNWK. Jalan yang dilalui cukup mulus, meskipun sempat juga melewati jalan yang saya anggap sempit, karena mobil kami relatif besar, maklum, kendaraan BKKBN=D.

Ketika saya sampai di Desa Braja Harjosari, sepanjang mata memandang, terlihatlah ilalang berwarna kuning keemasan. Meski langit tampak mendung, tapi keasrian dan ketenangan savananya membuat saya merasa nyaman.

kuda jantan

kuda dan savana
Foto ala-ala padahal gemetaran. Foto by @travelerien
sabana
Untung Mbak Rien bawa properti payung:D. Foto by @travelerien

Beberapa kuda dan kerbau nampak dari kejauhan. Mereka mencari makan di padang rumput Desa Braja Harjosari. Ada dua kuda yang hidup di savana (sabana) tersebut, yaitu Boy dan kuda jantan lainnya yang saya lupa namanya, hehe. Wisatawan dapat berfoto, hingga menunggang kuda. Saya sih nggak berani menunggang kuda, takut, apalagi tanpa pemandu. Teman-teman rombongan traveling ada yang berani lho, cowok-cowoknya sih. Dulu, Mbak Rien (travel blogger) bahkan pernah mengabadikan atraksinya bersama Boy dalam bentuk video, salut deh saya.

Tak hanya savana, di Desa Braja Harjosari  juga ada sawah dan perkebunan buah naga, jeruk siam, serta jambu kristal. Para pelancong dapat belajar menanam padi dan keliling perkebunan. Wisata savananya justru baru dibuka. Pada awalnya, keelokan Desa Braja Harjosari berasal dari wahana susur kali, yaitu menaiki speed boat di Way Penet. Dari atas speed boat, wisatawan dapat menyaksikan satwa hutan TNWK seperti gajah, monyet dan burung.

susur Way Penet
Hanya sempat berpose di depan dermaga susur sungai Way Penet

Sayang saat ke sana, saya tidak sempat ke perkebunan, maupun menyusuri Way Penet, dikarenakan hari sudah keburu sore, sementara rombongan harus mengejar pesawat. Kalau mendapat kesempatan ke Lampung lagi, sudah pasti saya akan kembali ke tempat ini, melakukan hal-hal yang belum jadi saya coba.

Kuliner khas Desa Braja Harjosari

kuliner lampung
Teman-teman rombongan lahap menyantap kuliner Desa Braja Harjosari

Kuliner khas dari desa ini adalah nasi tiwul, ikan lais, dan ikan baung. Ikan-ikan tersebut diasap terlebih dahulu, lalu diolah menjadi masakan berkuah seperti gulai dan pindang. Saya sempat mencicipi ikan gabus, lele, dan ikan lais yang dimasak gulai. Rasanya unik dan bikin nagih. Sayang hari itu nasi tiwulnya habis, sehingga saya dan rombongan harus cukup puas menikmati nasi putih biasa. Ada pula kerupuk yang memang dibuat khusus oleh warga Desa Braja Harjosari, sebagai pelengkap kulinernya. Kerupuknya kriuk-kriuk, nggak tengik, sehingga pingin nambah terus. Aneka lalapan dan sayur juga terhidang, menambah lezat menu makan siang kami. Anyway, kerupuknya kami bawa ke mobil buat camilan selama perjalanan pulang=)

Fasilitas Desa Braja Harjosari cukup lengkap, yaitu sanggar seni, gazebo dan homestay yang layak. Sanggar seni digunakan untuk tempat pentas seni dan budaya, gazebo sebagai tempat bersantai, sedangkan homestay untuk akomodasi wisatawan yang menginap. Saya jadi ingin merasakan menginap di Desa Braja Harjosari juga nih, supaya bisa beraktivitas seolah menjadi warga di sana. Konsep back to nature inilah yang dicari oleh turis mancanegara. Maka tak heran bila Desa Wisata Braja Harjosari sudah pernah didatangi wisatawan dari Benua Eropa hingga Australia. Bagaimana dengan wisatawan domestiknya? Yuk, mulai dari teman-teman sendiri yang mengapresiasi tempat wisata di Indonesia, sehingga nantinya makin dikenal di negeri kita.

Tulisan ini dimuat di Sriwijaya Inflight Magazine edisi Februari 2018, versi digitalnya bisa dilihat di sini.

sriwijaya inflight magazine februari 2018

(Visited 457 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

7 thoughts on “Hatiku Tertambat di Savana Desa Braja Harjosari

  1. Katerina Reply

    Kangen Braja Harjosari. Kangen kumpul. Moga jalan bareng lagi ya mbak.

    Suka sama semua fotonya. Meski kepanasan, tetep pose haha. Mbak Dian cantik deh

  2. Reyne Raea Reply

    Masha Allah cantiknyaaa alam Indonesia ini yaa..
    Makin jatuh cinta pengen traveling keliling Indonesia, semua ada di sini 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published.