”Love is the best medicine and the fastest cure for unhealthy children”
Dian Farida Ismyama
Empat tahun yang lalu
Jas putih telah saya kenakan, pulpen dan buku catatan di tangan. Satu- persatu pasien rawat jalan dengan virus HIV di tubuhnya memasuki ruang konseling di RSU.Dr. Soetomo Surabaya. Mereka mengambil obat lanjutan untuk bulan depan dan sharing mengenai efek samping ataupun kendala- kendala yang dihadapi selama terapi antiretroviral (antivirus untuk mengontrol HIV). Mulai dari pria dan wanita muda, bapak-bapak dan ibu-ibu, hingga waria datang silih berganti. Hingga suatu ketika, pintu di buka oleh seorang anak kecil bersama ibunya. Spontan yang ada di benak saya adalah rasa kaget, sedih, bercampur simpati terhadap anak tersebut.
Anak sekecil itu harus minum obat seumur hidupnya?
Mampukah dia bertahan dan apakah akan kehilangan masa bermainnya?
Berbagai pertanyaan menusuk hati saya yang saat itu sedang praktek profesi apoteker. Bahkan saya yang belum menikah dan belum mempunyai anakpun menahan air mata karena melihat anak tersebut asyik bermain dan tetap tertawa seperti biasa, mungkin memang dia tidak menyadari bahwa ada HIV di tubuhnya, mungkin dia bertanya- tanya mengapa harus meminum obat setiap hari sementara dia merasa sehat? Atau bahkan dia merasa ada yang berbeda pada dirinya?
Praktek hari berikutnya di bangsal anakpun tak henti- hentinya membuat saya tertegun. Kejang demam, epilepsi dan berbagai penyakit lainnya menjangkiti tubuh anak- anak yang masih polos tersebut. Hanya cinta dan perhatian dari orangtuanya lah yang membuat mereka merasa berada di rumah. Karena cintalah yang membuat anak-anak itu bersedia minum obat dan mungkin menahan rasa pahitnya.
Pemandangan menyedihkan pun menjadi makanan kami sehari- hari. Lorong- lorong rumah sakit penuh sesak oleh keluarga pasien yang menunggu, mereka menggelar tikar di lantai lorong, entah malamnya menginap dimana. Beginilah potret para keluarga pasien yang datang dari luar kota. Karena memang RSU.Dr.Soetomo menjadi rumah sakit rujukan dari Indonesia bagian timur. Sama halnya seperti RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo di Jakarta, RSUP.Dr.Sardjito di Yogyakarta dan rumah sakit lainnya yang tersebar di propinsi besar di Indonesia. Apalagi pasien kanker yang harus menjalani kemoterapi dalam beberapa hari dan harus kembali setiap siklus kemo, keluarga- keluarga tersebut sesungguhnya membutuhkan support. Lalu ,siapakah yang dapat memberikan dukungan untuk mereka? Pemerintah? Swasta?
Empat tahun kemudian pertanyaan saya terjawab sudah. Begitu mengetahui adanya RMHC (Ronald McDonald House Charities), sayapun berkeinginan untuk berpartisipasi.
Dari mana saya mengenal RMHC?
Ada yang berbeda ketika hari jumat itu saya dan najla anak saya memasuki Mc.Donalds. Kebetulan Najla bersekolah seminggu sekali disana. Dua buah kaos berwarna merah garis-garis putih dan warna putih garis-garis merah terpampang di dinding salah satu sudut bagian pembelian Mc.D. Waw, batin saya. Sekarang Mc.D jualan kaos? Atau kasih hadiah kaos buat pemesanan paket tertentu? Ternyata setelah diperhatikan dari dekat, ada poster Stripes for love dan RMHC. Apaan tuh?
Kita bahas satu persatu yuk, RMHC adalah organisasi nirlaba yang berusaha membuat anak-anak di seluruh dunia lebih sehat, bahagia dan sejahtera. Organisasi ini ada di 58 negara termasuk Indonesia, dan ternyata telah hadir di Indonesia sejak 14 Februari 2011 ( eh 3 tahun yang lalu, kemana saja saya ya?hoho).
Ada beberapa program RMHC di Indonesia, antara lain:
1. Ronald McDonald Care Mobile
Mobil klinik berjalan yang mendukung program-program peningkatan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak, yaitu pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan konsultasi kesehatan.
2. Ronald McDonald Family Room
Ruang tunggu keluarga untuk pasien anak dan keluarganya selama menjalani pengobatan di rumah sakit. Pasien anak bias bermain disini dan sejenak melupakan bahwa mereka sedang berada di rumah sakit. Begitu juga dengan orangtua pasien tetap dapat mendampingi anaknya sambil bertukar pikiran dengan orangtua lainnya. Ronald McDonald Family Room berlokasi di Departemen Radioterapi RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.
3. Ronald McDonald House
Saat ini sedang dibangun rumah singgah berlokasi di Jl. Kana Lestari, lebak Bulus, Jakarta Selatan dan akan beroperasi di akhir tahun 2014. Rumah singgah ini di peruntukkan bagi pasien anak dengan penyakit kritis dan keluarganya yang sedang menjalani pengobatan di RSUP Fatmawati. Di rumah singgah ini, pasien anak dan keluarga bisa tetap bersama dan merasakan kehangatan keluarga seperti di rumah sendiri.
(sumber:leaflet stripes for love dan RMHC)
Nah program yang kedua dan ketiga ini yang saya maksud dengan support untuk pasien dan keluarganya saat menjalani terapi di rumah sakit.
Bagaimana kita bisa ikut membantu?
- Pembelian kaos stripesforlove dan boneka love bear yang uang penjualannya di donasikan ke YRMHC.
- Memberikan kata-kata motivasi ke www.stripesforlove.com , #stripesforlove fb: RMHC Indonesia, twitter: @rmhc_id
- Donasi ke rekening yayasan RMHC BCA-0353.163.300, OCBC NISP-5458.0000.9445 atau langsung ke box Donasi RMHC di McDonald terdekat.
- Menjadi relawan dengan mendaftar ke bungasari@id.mcd.com atau rini.wardhani@id.mcd.com
Sebagai penutup yuk kita lihat video ini
Seperti quote di awal tulisan ini, “Cinta adalah obat terbaik dan penyembuh tercepat bagi anak-anak yang sedang sakit.” Maka karena cintalah saya dan anda dapat berpartisipasi dalam gerakan Stripes for Love!

jujur, saya juga sedih membaca bagian awalnya, merasa kasihan sama anak-anak itu. 🙁
semoga aja kehadiran stripes for love dan RMHC bisa sedikit mengurangi beban mereka ya. 🙂
Iya mas.. Dan masih banyak ank2 lain dg penyakit serius yg bahkan g punya uang untuk berobat =(
keluarga adalah benteng terakhir pertahanan mereka. jika tidak ada keluarga, bagaimana mereka bisa bertahan.
hikss
iy mas..suport dan pendampingan keluarga penting banget