Top 5 Buku Favorit dari Novel sampai Nonfiksi Parenting
Aku memang suka membaca buku. Kalau ditelisik ke belakang, agak lupa sih kapan tepatnya mulai sering membaca buku. Yang jelas, dulu waktu kecil, ayahku dulu langganan majalah Bobo untuk anak-anaknya.
Kemudian ketika sudah SMP, aku menyewa buku di taman bacaan belakang sekolah. Waktu itu yang sering aku baca adalah serial Ghostbump, serial Cantik, dan novel-novel Mira W. Harga sewa perbuku masih murah, sekitar 100- 200 rupiah. Wow!
Selain itu, aku juga membaca buku-buku di Gramedia. Jadi buku yang plastiknya sudah dilepas, aku baca deh. Kadang sampai habis kalau bukunya benar-benar bagus😅
Kembali ke masa SMA, aku masih suka menyewa buku bacaan. Seingatku beberapa kali di perpustakaan sekolah. Sesekali pinjam ke teman yang bawa komik. Saat itu bacaanku seputar komik Doraemon, Donald Bebek, Detektif Conan, dan Sinchan.
Saat SMA aku lebih banyak menghabiskan waktu membaca buku pelajaran, terutama ketika sudah di kelas tiga. Karena harus mempersiapkan UN dan ujian masuk universitas.
Begitu kuliah, aku masih sering membaca. Dan masih sama, karena belum punya uang sendiri, ada pula buku yang pinjam perpustakaan. Sesekali kalau celenganku penuh, atau dapat uang dari jualan/lomba, aku membeli buku. Favoritku kala itu lebih ke novel, buku puisi, kumcer, dan sejenisnya. Karya-karya Jalaludin Rumi, Kahlil Gibran menjadi teman semasa remaja yang sedang jatuh cinta. Eaa.
5 Rekomendasi Buku ala Ismyama.com
Oke, dari sekian banyak pengalamanku membaca buku, mari pilih 5 buku favorit.
1. Supernova
Karya Dee memang mengagumkan. Aku jarang menemukan novel roman yang semenyayat ini. Supernova adalah karya Dee yang membuatku jatuh hati. Tentu saja novel lainnya juga. Dari Supernova, aku membayangkan bila nanti dibuat film akan seperti apa ya. Ternyata beneran dijadikan film. Meskipun aku tak cukup puas dengan filmnya.
Supernova berkisah tentang Kesatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Banyak quote-quote puitis bertaburan. Aku bahkan menulis beberapa cerita pendek karena terinspirasi oleh Supernova. Tapi cerita tersebut belum pernah kuunggah di media sosial atau blog. Alasannya karena bersifat personal. Mungkin nanti, atau entah kapan, akan aku unggah sekalian menjadi novel.
2. Laskar Pelangi
Novel kedua yang menjadi favoritku adalah Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Bila Supernova bergenre roman dan drama, maka Laskar Pelangi bagiku bergenre inspiratif dan drama.
Inspiratif karena anak-anak Belitong mencintai pendidikan, dan mereka menempuh perjalanan panjang untuk bisa bertahan. Drama karena begitulah potret nyata pendidikan di negeri kita. Belum merata, dan tak berpihak pada yang papa.
Andrea Hirata sungguh apik dalam menggambarkan kesetiakawanan, dan daya juang. Aku belajar banyak dari Novel Laskar Pelangi.
Andrea Hirata juga berhasil membuatku, dan membuat banyak pembaca lainnya ingin mendatangi Belitong, bertemu dengan Bu Muslimah, bu guru yang membuat pembaca berkaca-kaca dan kagum pada ketangguhan dan pengabdiannya pada pendidikan anak – anak di Gantong.
Alhamdulillah, berbekal impian itu, pada tahun 2018 aku beneran bisa ke Belitung, menang sebuah lomba foto dan caption di Instagram. Beneran berkah tersendiri.
Banyak pesan moral yang bisa dipetik dari Novel Laskar Pelangi, dan semuanya membuatku yakin bahwa belajar tidak akan pernah sia-sia. Bahwa impian harus diperjuangkan. Dan bahwa hanya kita sendiri yang bisa mengubah keadaan.
3. La Tahzan
Nomor tiga adalah buku non fiksi bergenre religi islami. Buku ini seperti judulnya, Jangan Bersedih, mengajak pembaca untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan. Penulisnya adalah Al Qarni dari Arab Saudi. Tentu saja yang aku baca adalah buku La Tahzan yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia.
Dari La Tahzan aku belajar untuk tetap tegar saat bersedih. Kalau enggak salah, aku baca buku La Tahzan itu ketika remaja. Saat banyak permasalahan hidup yang bagiku cukup rumit dan memusingkan. Bisanya ya nangis dan nangis. Hehe. Tapi berkat La Tahzan, aku jadi sadar untuk meminta pertolongan ke Allah.
4. Seni Berbicara pada Anak
Buku nonfiksi berikutnya yang aku sukai berasal dari genre parenting. Buku ini sebenarnya belum selesai aku baca, baru 80% nya karena baru beli bulan April 2021 ini. Buku karya Joanna Faber dan Julia King yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia ini sangat menarik.
Tak seperti buku parenting lainnya yang kadang hanya berisi teori, buku Seni Berbicara pada Anak memberikan panduan-panduan untuk praktik langsung. Ada contoh-contoh kasus dan contoh kalimat yang bisa dipakai oleh orang tua ketika berbicara dengan anaknya.
So far beberapa sudah aku praktikkan dan berhasil. Masih trial and error sih, karena tiap anak kan unik. Anak pertama dan keduaku saja karakternya berbeda, jadi cara berbicara ke mereka juga berbeda.
5. Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Buku favorit kelima adalah novel karya Tere Liye, Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Sebenarnya aku lebih dulu menonton filmnya baru membaca novelnya. Karena filmnya dibuat sekuel dan aku sangat penasaran dengan jalan ceritanya, jadi pinjem deh novelnya. Kebetulan adikku punya, yeay bisa baca bukunya.
Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu itu menurutku jenius. Bikin kita mikir. Ya sebagai orang tua, sebagai individu, sebagai makhluk Tuhan. Enggak cuma berisi romansa atau drama, tapi juga ada ketuhanan di sana.
Gimana nasib anak kecil bernama Ray yang harus jadi yatim piatu, lalu hidup di panti asuhan yang “keras” sehingga menjadi pemuda yang keras juga. Lalu takdir hidup membawa Ray sang tokoh utama bertemu orang-orang baik.
Nasib yang tadinya seolah tak berpihak, pelan tapi pasti berpihak. Seperti roda, kehidupan yang tadinya di bawah, bisa menuju atas. Bagaimana pergulatan batin seorang pemuda, yang pernah merasakan perih, sakit hati, mempertanyakan takdir Tuhan yang seolah mempermainkan hidupnya.
Lalu saat sang tokoh utama tersebut koma, ditunjukkanlah apa-apa yang tidak pernah ia ketahui. Kejadian-kejadian yang ternyata bertolak belakang dengan apa yang dipikirkannya. Semua pertanyaan penting dalam hidupnya, dijawab saat itu juga. Dan ia diberi waktu untuk memperbaiki semuanya. Ah, manis sekali.
Kalau teman-teman agak bingung sama sinopsis yang aku ceritakan, cuzz cek highlight Rembulan Tenggelam di Wajahmu di Instagramku. Beneran baper deh.
Kayak kita sedang melihat episode hidup kita sendiri. Bagaimana sebuah peristiwa-peristiwa kecil dalam hidup kita, ternyata saling berkaitan satu sama lain. Dan menjadi bagian puzzle dari peristiwa besar yang bermakna.
Sebenarnya masih banyak novel karya Tere Liye lainnya yang aku suka, seperti Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin; Dikatakan atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cinta; dan Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah. Memang kerenlah karya-karya beliau.
Buku lainnya yang pernah aku baca juga banyak yang bagus. Misalnya saja Perahu Kertas, buku-buku edisi Chicken Soup, Perfume, Aroma Karsa, Ronggeng Dukuh Paruk, Negeri 5 Menara, Ayat-Ayat Cinta, dan buku-buku Joko Pinurbo. Salut deh sama penulis di dunia ini. Termasuk para penulis asal Indonesia.
Kalau teman-teman gimana? Buku favoritnya apa? Share dong supaya aku tertarik untuk baca.
