Belajar Parenting dari Buya Hamka
Assalammualaikum, siapa yang sudah nonton filmnya Buya Hamka? Tos dulu! Karena kategorinya SU, saya nonton bareng anak pertama. Awalnya agak deg-degan khawatir ada kisah romansa Buya Hamka dan istrinya. Tapi ternyata kekhawatiran saya pudar, karena sampai film selesai paling pol hanya salaman atau elus kepala.
Hanya saja, anak saya sempat takut saat adegan Buya Hamka dan rakyat Padang Panjang bergerilya melawan tentara Belanda. Suara tembakan yang membuat anak saya takut.
Ngomong-ngomong soal film Buya Hamka, banyak pesan yang tersirat. Baik tentang dakwah, tentang spiritualitas, parenting, hingga tentang hubungan saling melengkapi antara suami istri. Rasanya sahdu sekali melihat interaksi Buya Hamka dan istrinya. Cemburunya santun, sedih secukupnya, senang secukupnya. Karena mereka tahu hidup itu ya pasti ada masa di atas dan di bawah.
Jadi, kali ini saya mau cerita tentang beberapa pelajaran parenting yang bisa diteladani dari Buya Hamka. Anyway, saya baru tahu kalau orangtua Buya Hamka bercerai. Lalu ia hidup bersama ayahnya yang temperamen. Buya Hamka dibesarkan dengan keras oleh ayahnya. Kalau anak zaman sekarang bilang sih ayah Buya Hamka melakukan kekerasan verbal dan fisik. Hiks.
Tapi hebatnya Buya Hamka, ia tidak mau anaknya mengalami hal yang sama. Mata rantai kekerasan berhasil diputus.
Keteladanan Parenting dari Buya Hamka
1. Buya Hamka menunjukkan rasa sayangnya pada anak-anak
Buya Hamka tidak malu memeluk dan mencium kepala anak-anaknya. Sebagai laki-laki, Buya Hamka menghilangkan kecanggungan. Kadang ada laki-laki yang merasa memeluk anak itu tabu, tapi Buya tidak.
2. Buya Hamka menyalurkan value keluarga dan agama
Buya Hamka sendiri yang mendidik, mengajak ngobrol, menasehati dan bertukar pikiran dengan anak-anaknya. Bagaimana mereka harus bangun pagi untuk salat, bagaimana mereka harus jujur, dan sebagainya.
3. Buya Hamka memberikan teladan
Tidak hanya memberikan kalimat-kalimat positif, Buya Hamka juga melakukan semua yang diomongkannya. Ia bukan laki-laki Omdo! Buya Hamka bergegas bangun pagi untuk salat subuh di masjid atau salat berjamaah bersama keluarganya di rumah. Ia sendiri yang membangunkan anak-anaknya dengan lemah lembut.
4. Buya Hamka menunjukkan kasih sayang pada istrinya di depan anaknya
Buya Hamka juga tidak malu bercengkrama dengan ibu dari anak-anaknya. Enggak yang vulgar gitu sih. Tapi lebih ke kayak santun, adem, seperti mengucapkan terima kasih saat istrinya membuatkan kopi. Atau berpamitan ketika akan berangkat bekerja. Ya saya yakin semua itu dilihat oleh anak-anaknya dan kelak menjadi copy paste saat anak-anaknya telah menjadi suami/ ayah.
5. Buya Hamka menggunakan humor saat menegur anaknya
Ini lumayan epik sih menurut saya, enggak nyangka kalau Buya Hamka bisa humor juga. Jadi ceritanya salah satu anak laki-lakinya pura-pura sakit agar enggak perlu salat subuh. Buya Hamka awalnya sempat panik, lalu mengecek suhu tubuh anaknya. Ternyata enggak panas.
Mungkin kalau kita bakal langsung marah-marah kali ya. Masa menggunakan alasan sakit padahal enggak. Tapi Buya Hamka tidak demikian. Alih-alih marah, beliau justru bergurau saat menasehati anaknya. Detailnya kayak apa, tonton saja.
Makanya ketika ada teaser dari film sesion duanya, Buya Hamka kan sempat dipenjara. Meski demikian, saya merasa bahwa anak-anaknya tidak kehilangan sosok ayah. Karena saat mereka kecil, Buya Hamka telah hadir dan memberi teladan dengan baik.
Harapan saya, banyak keluarga yang menonton film Buya Hamka. Jadi para ayah dan para ibu bisa introspeksi diri sekalian. Termasuk saya yang rasanya jleb-jleb berasa masih banyak kurangnya dalam pengasuhan anak.
Kalau sahabat ismi, adegan apa yang paling disukai dari film Buya Hamka?

Waduwww bikin penasaran nih, gimana ya cara Buya Hamka membercandai anaknya alih-alih marah karena enggan melakukan shalat Subuh dengan alasan sakit. Saya jadi makin tergoda nih buat ikutan nonton Buya Hamka. Sayang, kesempatan ke bioskop belum nampak hilalnya. Jadi … harus masuk golongan orang yang nungguin film ini muncul di platform streaming deh.