Memberikan ASI adalah harapan semua ibu. Menyusui langsung dan menikmati setiap bonding yang tercipta adalah keinginan semua ibu. Tapi kadang karena satu dan lain hal, ibu harus memberikan ASIP (ASI perah) pada bayinya. Hal itu pulalah yang saya alami pada anak kedua ini. Saat saya masuk kuliah, mau tak mau bayi ditinggal di rumah dan minum ASIP.
Perjuangan menyusui langsung tidaklah mudah.
Baca juga Menyusui? Pantas di Perjuangkan!
Sama halnya dengan memberikan ASIP juga tak semudah yang dibayangkan. Ibu baru atau ibu yang jarak anak berikutnya cukup lama, biasanya bingung atau lupa bedanya tangisan bayi karena lapar atau karena hal lain. Ternyata, bayi lapar ada tandanya lho.
Apa saja tanda bayi lapar?
Setelah mempelajari kapan bayi lapar, ibu dan ayah juga perlu belajar manajemen ASIP, termasuk cara penyimpanan ASIP yang benar.
Ibu juga sebaiknya mengenalkan bayi dengan tools pemberian ASIP sedini mungkin. Karena banyak juga lho bayi yang picky atau menolak ASIP. Mungkin mereka merasa lebih nyaman menyusu langsung karena hangat dalam dekapan ibunya. Seperti anak pertama saya yang susah-susah gampang minum ASIP. Saya kenalkan ASIP juga hanya sesekali saja buat jaga-jaga. Minumnya pun pakai sendok dan gelas sloki. Pengalaman dulu di usianya yang 2 bulan pernah mencoba memakai botol susu dengan dot, tetapi aliran dotnya begitu kencang, hingga putri pertama saya tersedak. Langsung deh antipati dengan dot. Kabarnya juga, dot berisiko membuat bingung puting. Ada sih anak-anak yang nggak bingung puting dengan dot, tapi nggak semua anak.
Apa saja sih yang jadi pertimbangan ketika memilih botol susu?
1. Bentuk botol yang ergonomis
2. Bentuk dot yang mirip payudara sehingga mengurangi risiko bingung puting
3. Bentuk dot yang tidak membuat tersedak
4. Kemudahan membersihkan botol dan pernak–pernik botol
5. Bentuk botol dan dot yang tidak membuat kolik.
6. Pertimbangan harga
Pertanyaan selanjutnya, ada nggak botol susu yang memenuhi syarat tersebut?
Saya pun pernah berburu botol susu dan desperate karena tak kunjung menemukan yang paket lengkap minimal 80% sesuai syarat di atas. Hingga suatu hari, saya berkenalan dengan wide neck botol susu philipsavent.
Leher botol yang lebar memberikan keuntungan tersendiri, antara lain mudah digenggam anak, dan lebih mudah dibersihkan.
Bentuk dot avent natural bottle yang menyerupai payudara ibu juga membuat bayi lebih nyaman. Ini terbukti pada anak kedua saya yang langsung lihai begitu mencoba botol avent pertama kali.
Lubang pada dotnya pun tidak akan mengeluarkan air susu bila tanpa disedot kencang oleh bayi. Jadi nggak ada istilah bayi keblebekan asi perah atau nyaris tersedak.
Tiap dot dari avent natural bottle juga didesain sesuai kebutuhan bayi, ada ukuran satu lubang aliran untuk bayi usia sebulan. Ukuran dua lubang untuk usia dua bulan, dan seterusnya.
Kelebihan lain dari avent natural bottle adalah desain katup kembarnya membuat udara masuk kembali ke botol, bukan ke perut bayi sehingga tidak membuat bayi kembung.
Wide neck memang masih jarang di temukan pada botol susu anak. Padahal dengan kelebihan di atas saya sih langsung nggak ragu untuk mencoba. Lebih tenang karena bayi mau minum ASIP, dan nggak khawatir bingung puting karena dia harus tetap mengenyot dengan kuat untuk mendapatkan air susu.
Hal utama yang jadi pertimbangan pemilihan botol susu adalah kemudahan membersihkannya. Maklum saja, penggunaan botol memang rentan bersinggungan dengan bakteri bila tidak bersih mencuci-nya. Hygiene ini masuk dalam daftar teratas ketika kita memilih barang/peralatan apapun untuk bayi. Botol susu yang mudah dibersihkan hingga ke titik terdalam dan terjauh, tentunya membuat bayi juga tidak berisiko terkena diare. Dot pada avent natural bottle pun mudah dibersihkan lho, ada sikat khususnya.
Yuk kita lihat 4 langkah cara membersihkan botol yang benar:
Hal lain yang menjadi poin perhatian saya adalah saat akan menyapih (hehe, anak baru usia sebulan udah mikir menyapih aja). Menyapih sama seperti menyusui, susah-susah gampang.
Baca juga Menggantikan Cinta dengan Cinta (proses menyapih anak pertama)
Saya nggak mau karena memakai dot, anak kedua saya susah disapih hingga SD misalnya. Perilaku ngedot yang lebih lama berisiko rahang anak berubah. Sama halnya dengan risiko gigi anak menjadi gupis (pada kasus ngedot dengan susu sapi yang tinggi glukosa). Anakpun akan susah tidur bila tidak membawa dotnya kemana-mana. Bisa malu juga sama teman-temannya kalau masih ngedot padahal sudah besar. Jadi saya memang tidak membiasakan putri kedua saya ngedot kalau saya ada di rumah. Termasuk segera melepaskan botol susu dari mulutnya begitu asi perah di botol habis atau begitu dia kenyang, jadi nggak ada istilah dot tetap di mulut saat tidur. Supaya drama perpisahan sama botol susu di kemudian hari tidak perlu saya alami (soalnya dengar-dengar berpisah sama botol susu lebih susah daripada move on misalnya, hehe)
Bagaimanapun juga, pilihan tetap kembali pada si bayi, mau menerima asi perah lewat peralatan apa, sendok kah, sloki kah, pipet, atau dot. Karena beberapa tools meskipun pengasuhnya oke-oke saja, tapi kadang bayi punya preferensi tersendiri, kenyamanan tersendiri.
Bentuk botol susunya unik. Jadi pengen beli tapi baby-ku enjoy nenen langsung nih. 🙂
Buat jaga2 boljug mba=). Atau kalau perlu
Nyari di Boyolali belum ketemu… ;(
Coba beli online