Air Terjun Putri Malu, Petualangan Rasa Roller Coaster di Way Kanan

Facebooktwitterredditmail

Air terjun Putri Malu memang indah. Debit airnya besar dan deras. Untuk sampai ke lokasi, kami harus melewati jalur sejauh 7,5 km menggunakan motor trail, pulang-pergi jadi 15 km. Jangan tanya bagaimana rasanya. Cukup bayangkan naik roller coaster selama 30-45 menit, atau bayangkan mengucap akad nikah tapi diulang-ulang sampai hampir satu jam:D. Deg-degannya ngalahin jatuh cinta, tapi hasilnya sebanding, karena dapat menyaksikkan pemandangan menakjubkan, ciptaan Tuhan yang tiada duanya.

Jadwal hari kedua di Way Kanan adalah mengunjungi Desa Bali Sadhar dan Air Terjun Putri Malu. Sebelum datang ke Lampung, saya pernah membaca tulisan di blog Mbak Rien dan Yuk Annie, sehingga saya tahu bahwa perjalanan menuju Air Terjun Putri Malu cukup mengerikan:D. Meski begitu, saya penasaran dong, masa yang usianya di atas saya saja berani, sedangkan saya ciut? Perjalanan dari Desa Bali Sadhar ke Air Terjun Putri Malu tidak terlalu jauh, searahlah. Kami sampai di rumah Pak Daruni, mantan Kepala Kampung Jukuh Batu sekitar pukul 11.00 wib. Mobil BKKBN di parkir di halaman rumah. Saya sempat ke kamar mandi karena sudah diinformasikan bahwa di air terjun nanti tidak ada toilet. Teman-teman lain ada yang ganti baju, soalnya mau basah-basahan, jadi pada pakai baju yang nyaman dan tidak berat.

Air Terjun Putri Malu

Foto by @travelerien

Setelah itu, kami jalan ke tempat tukang ojek Jukuh Batu berkumpul, letaknya bersebelahan dengan rumah Pak Daruni. Para tukang ojek tersebut yang akan mengantarkan ber- trail adventure sejauh 7,5 km.




Saya sengaja memilih tukang ojek yang menggunakan jaket, harapannya kalau nanti lintasannya seram parah, saya bisa pegangan jaketnya, selain pegangan bagian belakang motor. Berbekal keyakinan dan doa, kami pun berangkat. Sebelumnya saya nggak pernah kebayang bakal naik motor trail. Motor jenis ini cuma saya lihat di film-film, atau di foto-foto salah satu teman saya yang memang suaminya hobi ngetrail. Sungguh, nggak nyangka akhirnya merasakan juga naik trail, di medan yang berat pula.

Petualangan Rasa Roller Coaster

air terjun di way kanan
Pegangan bagian belakang motor:D. Foto by Wan Yazed

Jalan yang kami lewati awalnya beraspal, lama-lama berubah menjadi tanah berbatu, dan kadang penuh semak-semak. Ada juga tanah licin yang membuat bulu kuduk saya berdesir. Beruntung hari itu nggak hujan, kabarnya kalau hujan jalanan akan lebih licin. Bisa-bisa ban motor nyangkut, atau bahkan motor terbalik karena bannya selip. Saat track menanjak, saya berusaha percaya pada abang ojek bahwa ia bisa melewati tanjakan curam dengan mulus. Saat jalanan menurun, kaki saya menahan agar tidak merusut ke depan, sambil tangan berpegangan di motor. Keduanya sama-sama bikin jantung mau copot, persis naik roller coaster tapi tak kunjung selesai. Apalagi ketika di kanan-kirinya jurang, duh sumpah sampai mata saya merem lho. Padahal pemandangannya indah banget, hutan dan perbukitan gitu, tapi karena jalananya terjal, jadinya nggak menikmati.

Kadang saya sempat menarik napas menghirup udara segar. Sedangkan di menit lainnya kebanyakan nahan napas saking takutnya:D. Saya juga sempat melihat kebun kopi sepanjang perjalanan menuju Air Terjun Putri Malu. Ada keinginan untuk memotret kebun tersebut, tapi gagal karena ternyata saya nggak berani mengeluarkan smartphone. Takut kalau HP saya bakal jatuh saat melewati track yang ekstrim. Boro-boro mau bikin video, yang ada tangan saya mencengkeram jaket abang ojek melulu. Coba kalau yang nyetirin Pak Suami, pasti sudah saya peluk tuh, hehe. Eh tapi kalau Pak Suami nggak ahli ngetrail ya sama aja, yang ada malah jatuh.

Di beberapa lokasi, saya sempat melihat ada rumah warga yang berbentuk panggung, mirip dengan rumah tradisional Lampung di Way Kanan, tapi berbahan dasar kayu dan anyaman bambu yang lebih sederhana. Sepertinya mereka memang tinggal disitu dan berkebun kopi. Pingin sih mampir bentar gitu buat istirahat, tapi apa daya abang ojeknya ngegas terus, hihi.

jembatan reyot
Foto by Wan Yazed

Perjalanan sejauh 7,5 km terasa lama, mungkin karena saya belum tahu Air Terjun Putri Malu berada dimana, jadi serasa nggak tahu tujuan gitu. Beberapa kali saya bertanya pada abang ojek, masih jauh nggak, dan dijawab baru setengah perjalanan, OMG! Kami juga sempat melewati jembatan kecil, ada yang kayunya nampak kokoh lengkap dengan atap, ada juga jembatan yang terlihat reyot sehingga nyali saya mengkerut. Alhamdulillah semua track tadi dapat dilewati oleh abang ojek saya tanpa kendala berarti.

air terjun putri malu
Penumpang terpaksa turun dari motor. Foto by Wan Yazed

Sempat sih di salah satu tanjakan terjal berbatu gitu, motor di depan saya agak lama naiknya, sampai penumpangnya turun baru bisa. Berhubung saya merasa langsing, jadilah saya nggak turun (padahal mah karena malas). Untungnya abang ojek nggak nyuruh saya turun, dan kami pun bisa melewati tanjakan tersebut dengan baik, yeay! Di tempat yang sama saat pulang, saya lagi-lagi nggak turun, padahal cukup curam. Alhamdulillah nggak jatuh, bangga lah sama abang ojek yang ahli. Dari pengalaman ini, rasanya wajar bila pengemudi motor trail mematok harga 100.000 rupiah/orang untuk mengantar wisatawan ke Air Terjun Putri Malu.

Air Terjun Putri Malu, Lelah yang Terbayar

Nggak terasa perjalanan selama 30-45 menit terlewati juga. Sampailah kami di sebuah turunan, di bagian ujung terdapat papan bertuliskan Air Terjun Putri Malu.

Air Terjun Putri Malu

Pura-pura bawa motor trail. Foto by @fridaaisha

Motor trail pun berhenti, saya turun dan menunggu teman-teman lainnya datang, tapi karena sudah tak sabar, jadilah saya, Fida dan Ega jalan duluan ke arah air terjun. Sekitar 20 meter, mulai terdengar suara seperti hujan deras. Mbak Samsiah dan Mas Hanafi berada di belakang kami. Sebelum turun lebih dekat ke Air Terjun Putri Malu, kami sempat berfoto di tebing samping air terjun. Wow, Putri Malu begitu memesona dilihat dari atas.

air terjun putri malu way kanan
Air Terjun Putri Malu dilihat dari tebing
air terjun di way kanan
Foto by Wan Yazed

Mbak Rien dan Wan Yazed (Sekretaris Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Way Kanan) juga sudah sampai di lokasi. Mereka langsung menuju ke bawah. Ulala, ternyata saya harus melewati tangga dari bambu yang basah, kecil dan licin. Wan Yazed memberi aba-aba agar saya menuruni tangga tersebut dalam posisi membelakangi air terjun. Kaki saya meraba tiap anak tangga, sedangkan tangan saya menggenggam pegangan bambu di samping. Tak jarang, akar pohon atau batang tanaman liar jadi sasaran, saat saya mencari sesuatu untuk dicengkeram. Akhirnya saya tiba juga di kolam air terjun. Angin bercampur air membelai wajah. Tak hanya bagian kepala saja yang basah, tapi juga baju dan celana. Semakin berjalan mendekati air terjun, gemuruhnya semakin terdengar keras.

air terjun Putri Malu Lampung

Di bawah guyuran air yang seperti hujan lebat, kami tetap mengabadikan momen dengan berfoto di depan Air Terjun Putri Malu.

Air Terjun Putri Malu

Di bawah guyuran air, sampai ada pelanginya. Foto by @utamiisharyani

Air Terjun Putri Malu

Perjuangan sampai lensa berembun nih. Foto by @mandalagiri_id

Saya, Mbak Tami, dan Mbak Levina sempat berpose di atas sebuah batu. Sampai-sampai lensa Mbak Levina berembun, dan saya harus memotret beliau lagi. Setelah puas, kami baru menyeberang ke sisi lain yang lebih datar dan banyak batuan, tempat rombongan beristirahat sejenak. Kami harus melewati arus air yang cukup deras. Saya khawatir, mengingat ada tentengan tas kamera yang tanpa rain cover/dry bag. Alhasil, saya meminta bantuan Mbak Samsiah dan Mbak Levina untuk menyeberang. Jadilah kami pegangan tangan gitu, bertiga, agar lebih mudah berjalan di dalam air.

Alhamdulillah, kami sampai juga di lokasi yang lebih aman. Setidaknya saya dan teman-teman bisa duduk menyelonjorkan kaki. Dasar orang kota, jarang melihat keasrian alam dan air terjun, sehingga kami berfoto kembali, belasan kali. Naik ke batu, pose berdiri, pose duduk, pose membelakangi fotografer, semua dicoba. Batunya memang tinggi dan licin, tapi tak menyurutkan niat kami untuk mendapatkan gambar yang bisa mendeskripsikan keindahan dan pesona Air Terjun Putri Malu. Salah satu teman bernama Zain sampai-sampai menggunakan kain tradisional lho demi konten foto yang ciamik.

air terjun Putri Malu di way kanan
Pada berenang. Foto by Wan Yazed

Kepalang tanggung, beberapa teman yaitu Zaki, Mbak Levina, Mbak Samsiah, Sevi, Mas Hanafi dan Ega pada nyebur ke air terjun. Ada yang sampai berenang segala. Mungkin karena terlanjur basah kali ya. Apalagi kesegaran Air Terjun Putri Malu begitu menggoda.

Ngopi, ngeteh dan ngemil diiringi suara air terjun

Lelah saat trail dengan motor tadi pun mulai terasa. Teman-teman yang berenang jelas lebih capek. Untung pihak penyelenggara open trip menyediakan camilan. Pisang goreng, teh panas, dan kopi Putri Malu menjadi rebutan perut-perut yang keroncongan. Ada gelas bambu unik tempat menyeruput kopi panas. Saya menikmati camilan lebih lahap dari biasanya, lebih penuh rasa syukur. Berterima kasih pada Tuhan atas kemudahan dalam perjalanan ke air terjun, berterima kasih atas cuaca yang cerah (karena sedang musim hujan, tapi alhamdulillahnya malah cerah), dan bersyukur bisa dipertemukan dengan orang-orang baik dalam trip Way Kanan ini.

Sungguh, nikmat sekali bisa memanjakan mata dan menyegarkan pikiran di tengah alam yang masih perawan. Ciptaan Allah yang luar biasa, tersembunyi di balik perjalanan yang memacu adrenalin.

Pengalaman jatuh di air berbatu

Begitu pisang goreng dan minuman hangat habis, beberapa teman masih berfoto ria. Ketika dirasa cukup dan hari sudah menjelang sore, kami pun diminta untuk segera kembali ke parkiran motor. Kami menyeberangi lagi aliran deras di kolam air terjun, dan kali ini saya terjatuh. Iya, salah satu kaki saya menginjak batuan yang licin, lalu terpeleset. Berhubung nggak ada yang dipegang, ya jatuh deh. Tas kamera juga sempat menyentuh air, untung nggak terendam. Lutut kanan perih, entah separah apa lukanya, tapi celana nggak sampai robek sih. Saya pun berjalan lebih hati-hati, dibantu oleh beberapa teman melewati sisa air yang kencang tadi.

Air Terjun Putri Malu

Foto dulu sebelum pulang. Foto by @travelerien

Sesampainya kami di atas, masing-masing peserta trip menaiki motor yang sama saat berangkat. Seperti cerita saya di awal, jalan yang kami lalui saat pulang begitu menantang. Jalurnya masih sama, ada tanjakan berbatu, dan ada turunannya juga. Oh ya, teman-teman peserta cowok ada yang penasaran mencoba menyetir motor trailnya lho. Mas Hanafi dan Zaki contohnya, mereka mungkin ingin tahu bagaimana rasanya mengendalikan motor di jalanan yang curam. Untung nggak ada yang jatuh:D

motor trail
Zaki mencoba mengemudikan motor trail. Foto by Wan Yazed




Makan siang dan membersihkan badan

Perjalanan sejauh 7,5 km pun terlalui seolah lebih cepat dibanding saat berangkat. Bisa jadi karena saya sudah tahu tujuan kami ada dimana, yaitu Rumah Pak Daruni. Ketika sampai, teman-teman yang sudah lebih dulu datang, ternyata langsung pada antri mandi. Kamar mandinya ada banyak, jadi 12 orang nggak menunggu terlalu lama. Saya memilih untuk makan siang dulu sambil menanti giliran mandi. Menu makan siang yang sederhana tetapi lezat. Mie goreng sayur, balado telur, dan urap/karedok menjadi penawar rasa lapar kami. Makannya pada porsi besar euy, soalnya sudah jam 2 lebih, jadi memang waktu makan siang sudah terlewatkan. Saya sempat mengecek luka di lutut. Lecet, merah dan berdarah, tapi darahnya nggak sampai mengalir. Karena saya nggak menemukan obat merah dan plester, luka pun hanya saya bersihkan dengan air.

Sehabis makan, saya pun mandi. Toiletnya luas dan bersih, sehingga saya merasa nyaman. Pagi tadi, saya dan teman-teman nggak mandi bo, haha. Apalagi setelah ini kami masih meneruskan perjalanan sejauh 5 jam ke Lampung Timur. Saya sengaja nggak keramas daripada pusing langsung jilbaban dalam keadaan rambut basah. Rencananya keramas setelah sampai penginapan di Lampung Timur saja. Oh ya, abang ojek sempat cerita bahwa di kawasan wisata Air Terjun Putri Malu ada pemandian air panasnya lho. Wah jadi penasaran. Kalau kami tidak diburu waktu untuk segera berangkat, agar tidak kemalaman sampai di Lampung Timur, mungkin saya bakal sekalian berendam di pemandian air panas tadi.

Liburan hari kedua di Way Kanan yang mengesankan. Seharian penuh sih, tapi memang pengalaman yang didapatkan sebanding. Buat teman-teman yang suka dengan petualangan, Air Terjun Putri Malu adalah tempat yang tepat untuk menguji nyali. Tak hanya petualangan rasa roller coaster saja yang akan teman-teman rasakan, tapi juga keramahan dan kegagahan Air Terjun Putri Malu.

Kalau boleh memberi masukan untuk objek wisata ini, terkait tangga bambu mungkin bisa di tambahkan lagi tangga lain yang lebih aman, sehingga jumlahnya juga lebih dari satu. Saat saya membaca tulisan Mbak Rien tentang Air Terjun Putri Malu, saya juga setuju jika fasilitas jembatan kayu bisa diwujudkan (ide dari Yuk Annie). Maklum saja, effort buat turun ke bawah dan ke seberang itu lumayan, haha, bagi yang nggak terbiasa atau sudah lelah duluan ketika ngetrail, tentunya keberadaan jembatan kayu menjadi alternatif yang memudahkan wisatawan.

Hari ketiga traveling ke Lampung akan saya tulis di postingan berikutnya ya. Semoga bermanfaat jika teman-teman nanti merencanakan untuk mengunjungi Lampung, khususnya Way Kanan?

(Visited 274 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

10 thoughts on “Air Terjun Putri Malu, Petualangan Rasa Roller Coaster di Way Kanan

  1. Putu sukartini Reply

    Seru banget perjalanannya ya mbak
    Itu naik trail dengan medan yang super begitu pasti rasanya deg2an sepanjang jalan
    Tapi memanh terbayar banget sama view air terjunnnya yang cantik

    Aaaaaa pengen kesana deh suatu hari nanti

  2. April Hamsa Reply

    Kebayang rasanya deg2an kalau naik motor di jalanan terjal, wes milih mlaku wae wes hehehe. Tapi untung pemandangannya oke ya terbayar sudah deg2an dan capeknya 😀

  3. Mita Reply

    Tracknya serem banget ya dan seumur-umur belom pernah naik motor trail. Ngeri ya kayaknya 🙁

    Cuma emang bener sih kalo pergi ke tempat yg masih alami gitu bener-bener butuh perjuangan banget buat sampe ke sananya, tapi terbayarkan sama keindahan tempatnya.

    Seru banget perjalannya, Mbak!

Leave a Reply

Your email address will not be published.