Traveling tanpa mencicipi kuliner setempat, rasanya hambar. Sejak fokus pada feed traveling di IG @dian_ismyama, sayapun membuat akun baru @dian_licious untuk dokumentasi kuliner Nusantara.
Pada tanggal 8 April 2018, saya berkesempatan mengikuti Sharing Session From Hobby to Money bersama Mas Thomas @streetfoodstories, Pak Roy @nuanza_porcelain , Mbak Dyah @dyahprameswarie , dan Mbak Ika @dapurhangus di @tjokrostyleyogyakarta.
Terus terang, dunia fotografi cukup baru bagi saya. Awalnya saya ngeblog ya nulis aja, nggak mikirin soal foto. Lama-lama, dunia blog berubah, mau nggak mau blogger juga kudu pinter motret. Paling nggak fotonya jernih, nggak blur -lah. Oleh karena itu, saya pun melengkapi diri dengan ponsel yang kameranya oke. Biar sekalian gitu, satu ponsel sudah bisa untuk nulis, motret, dan berinteraksi di media sosial. One stop smartphone?
Baca juga Harga dan Spesifikasi Oppo F9 Pro
Lalu ketika feed IG saya fokus ke traveling. Saya merasa mulai butuh kamera yang bisa mengambil gambar zoom tanpa pecah. Dapat mengambil gambar gerakan air atau tarian tanpa goyang. Oleh sebab itu, saya membeli mirrorless. Sebuah kamera yang mudah digunakan, ringan, dan hasilnya sudah pasti bagus.
Siapa sangka, saat akun @dian_licious terbentuk, saya sering mupeng melihat akun food fotografer atau food blogger lainnya. Foto makanan tampaknya tak hanya menjadi gaya hidup, tapi sudah merambah menjadi mata pencaharian. Bisik-bisik yang terdengar, satu postingan foto bisa dihargai jutaan. Wow banget nggak sih? Ada juga yang di- endorse berbagai pernak-pernik foto, termasuk makanannya. Wah, dua tiga pulau terlampaui nih. Makanan nggak perlu masak, props foto juga gratis. Haha
Kembali ke laptop, acara Sharing Session menghadirkan tiga pembicara. Saya mulai dengan Kak Thomas dulu ya.
Dari Foto di Media Sosial ke Foto Komersil
Kak Thomas Wirananda ini masih single lho. Background pendidikannya Ekonomi- Akuntansi, tetapi karirnya nyasar ke dunia food fotografi. Kalau bercerita awal mula Kak Thomas terjun di dunia foto, kisahnya tak lepas dari passion. Hobi Kak Thomas adalah makan/ kulineran dan motret. Dua hal yang ketika dipadukan ya menjadi food fotografer.
Beliau bercerita bahwa saat belajar motret, seorang mentornya pernah berkata, jadilah fotografer yang berbeda. Harus unik, punya spesialisasi. Boleh saja sih memotret semua hal, tapi orang yang melihat akan bingung. Jika memiliki kekhususan, tentu juga lebih mudah dikenali. Oleh karena itu, Kak Thomas mengkhususkan diri di bidang food fotografi. Wah, ini kayak niche di blog.
Kak Thomas menyampaikan bahwa awalnya ya motret aja sendiri. Beli jajanan pasar kayak klepon, onde-onde, lalu difoto. Amati dan tiru food styling orang lain. Sampai akhirnya akan menemukan gaya sendiri. Nah, dari pamer foto di media sosial, lama-lama ada yang tertarik dengan keahlian beliau. Mulai deh ditawari motret produk. Kak Thomas juga diajak untuk membuat foto komersial seperti buku menu. Nggak tanggung-tanggung, Kak Thomas juga didaulat menjadi juri lomba fotografi, dan mengisi workshop fotografi.
Terakhir, beliau diminta untuk mengajar di salah satu tempat belajar di Jogja, khusus membawakan materi mengenai food fotografi. Keren, kan? Sampai buat silabus segala lho. Karena memang proses pembelajarannya formal.
Ada beberapa ilmu tentang tema food fotografi yang sedang hits di era sekarang. Mau tahu apa saja?
- Flatlays
Flatlays adalah gaya foto yang diambil dari posisi atas (top). Ada beberapa tips untuk foto jenis ini, yaitu sebaiknya menggunakan lensa lebar/ lensa kit (lensa bawaan kamera). Lalu pilihlah background yang kontras dengan objek. Jangan sampai objek berupa produk berwarna merah, eh background -nya juga merah. Selain itu, berilah ruang di antara objek. Boleh sih ramai propnya, tetapi tetap ada jarak antar objek agar enak dilihat.
Jangan lupa untuk menentukan tema. Tema ini berfungsi untuk menentukan props foto yang akan dipakai. Misalnya nih, temanya piknik, maka bias menggunakan props seperti topi lebar, kacamata hitam, pasir pantai, dll. Kekurangannya, flatlays jarang bisa diaplikasikan untuk menu-menu fun dining yang bentuknya meninggi.
- Handsinframe
Handsinframe adalah gaya foto yang menggunakan unsur tangan di dalam frame foto. Fungsinya agar nuansa foto lebih hidup. Jenis foto ini sangat cocok untuk es krim cone. Ya iyalah cone kalau nggak dipegang pakai tangan ya bakal jatuh:D.
Food fotografi nggak semudah yang dibayangkan, kan? Butuh ilmu dan praktik.
- Food with Style
Gaya foto jenis ini diambil dengan memadukan unsur food dan lifestyle dalam satu frame. Dengan kata lain, ada aktivitas di sana. Misalnya model yang sedang makan. Atau talent yang sedang mengobrol bersama temannya.
Kesimpulan yang bisa dipetik dari Kak Thomas @streetfoodstories adalah, dari hobi menjadi rezeki itu dimulai dari nol. Belajar dengan amati, tiru, modifikasi keahlian orang lain. Lama-lama akan menemukan ciri khas kita sendiri. Dengan pamer karya di media sosial, brand atau perusahaan akan percaya dan berani hire kita. Food fotografi bukan dunia yang sulit untuk dipelajar, tapi memang membutuhkan ketekunan.
Jadi, siapa yang mulai tertarik menekuni food fotografi?
Digital Marketing di Era Industri 4.0
Sesi kedua dibawakan oleh Pak Roy @nuanza_porcelain. Beliau adalah pengusaha keramik, yang sekarang mengkhususkan diri ke props untuk food fotografi. Pak Roy menangkap peluang tersebut. Kemudian terjadilah inovasi dalam bisnis keramiknya.
Pak Roy ini lulusan kimia. Sejak mahasiswa, beliau memang tertarik dengan keramik. Skripsinya saja tentang keramik. Setelah lulus, beliau sempat bekerja selama tiga tahun di perusahaan keramik di Jepang. Ketika istrinya yang seorang dosen melanjutkan kuliah di Australia, beliau resign dari pekerjaannya. Di Negeri Kangguru itu, Pak Roy belajar lagi mengenai keramik. Begitu pulang ke Indonesia, Pak Roy mantap membuka usaha keramik.
Dulu, bisnis keramik Pak Roy berfokus pada suvenir pernikahan. Tapi ketika pernikahan sedang sepi, ya sepi pula omzetnya. Lalu Pak Roy mulai menggarap pasar suvenir untuk olahraga. Nah, yang ini sukses. Bahkan Nuanza Porcelain merupakan sentra keramik yang didaulat untuk membuat suvenir penari Bali dengan berlapis emas 24 karat yang akan dipesan langsung oleh Pak Prsiden Jokowi. Keren, kan?
Pak Roy bercerita bahwa dulu bisnisnya menggunakan pemasaran konvensional. Pameran di berbagai kota, dan negara diikutinya. Butuh budget yang tidak sedikit lho. Begitu zaman berganti. Pak Roy tahu bahwa marketing bisnisnya juga harus berubah. Era sekarang sudah memasuki revolusi industri ke-4, yaitu dunia digital. Begitu pula marketing. Yang tadinya via pameran, saat ini mau nggak mau ya via media sosial. Instagram diyakini sebagai media sosial yang cocok untuk memasarkan Nuanza Porcelain.
Pak Roy sempat mencoba berbagai metode marketing online. Mulai dari membuat web khusus bisnis dan produk. Menggunakan FB dan IG ads, hingga memakai endoser. So far, yang menghasilkan omzet lebih banyak adalah via endoser di IG. Tidak semua bisnis sama lho. Ada temannya yang justru laris via FB ads. Ada juga yang mendapat banyak klien dari website. Sesuaikan dengan sasaran penjualan produk masing-masing. Untuk konsumen @nuanza_porcelain sendiri memang lebih aktif di IG sehingga media marketing online yang tepat ya di situ.
Pak Roy sempat berpesan untuk terus mencari passion. Jika sudah ketemu, maka dalamilah. Jangan berhenti belajar dan berinovasi, karena dunia terus berkembang. Hanya perusahaan yang dinamis yang akan bertahan.
Menulis Kuliner Bisa Jadi Duit
Sharing session ketiga dibawakan oleh Mbak Dyah @didies.kitchen. Mbak Dyah mengawali karir sebagai penulis novel. Kemudian ia merambah ke blog. Lalu kecintaannya pada sejarah makanan membawanya sebagai food blogger dan penulis fiksi kuliner. Kini, ia telah menerbitkan 4 novel berseri, yang semuanya berkisah tentang kuliner Indonesia. Ulala, Mbak Dyah ini unik. Beliau bercerita bahwa jarang sekali makanan Indonesia diangkat dalam bentuk novel. Kalaupun ada, pasti makanan western. Oleh karena itu, Mbak Dyah ingin mengisi peluang tersebut.
Awalnya tentu tidak mudah. Mbak Dyah harus melakukan riset, karena sejarah harus benar. Meskipun novel adalah fiksi, tapi tidak boleh cacat logika. Mbak Dyah juga belajar memotret makanan untuk kepentingan IG dan blognya. Beliau menyarankan agar seorang food blogger tidak hanya menuliskan tentang lokasi restoran atau harganya saja, tapi lebih dari itu. Makanya Mbak Dyah memfokuskan diri ke sejarah makanan, karena masih sedikit yang mengulasnya.
Mbak Dyah menyampaikan bahwa jika ingin menemukan passion yang bisa menjadi sumber rezeki, mulailah dari mencoba dulu hal yang disukai. Nanti akan ketahuan mana yang paling sreg di hati dan tanpa beban menjalaninya. Spesifikasi juga penting agar kita berbeda dari kebanyakan orang.
Terakhir, Mbak Ika Dapur Hangus sempat ngasih tips caption nih. Dengan latar belakang beliau di bidang jurnalistik, caption di IG itu tetap penting.
Selanjutnya acara diisi dengan praktek langsung food fotografi yang disediakan oleh Tjokro In Style Yogyakarta. Mau tahu seperti apa makanannya?
MANGUT MBAH TJOKRO
Mangut merupakan hidangan klasik yang sangat popular di semua kalangan, dengan bahan aneka ragam rempah-rempah yang menonjol. Mangut memang identik dengan lele, tapi menu dari @tjokrostyleyogyakarta menggunakan ikan patin.
Ada yang bilang tampilan masakan ini mirip logo Surabaya. Iya apa iya?? Jangan dibayangin ada buayanya ya. Menurut Chef @tjokrostyleyogyakarta, tema menu ini adalah habitat ikan dan bagaimana ikan hidup di ekosistemnya. Siraman kuah mangut seolah air yang menjadi kolam tempat ikan berenang. Mangut memang masakan otentik asli Indonesia, yang dikabarkan sudah mulai punah. Kecuali kita melestarikannya.
Kuah santannya kental, warnanya oranye kemerahan. Pertanda bumbu rempahnya nggak cuma seuprit tapi benar-benar banyak hingga rasanya enak dan gurih. Nggak percaya? Langsung datang saja ke Tjokro Style Jogja. Sebesar ini 45K saja lho
MIE AYAM NYOYOR MBAH TJOKRO
Hayo tebak, ini makanan apa? Percaya nggak kalau yang hidangan di foto adalah Mie Ayam? ?Mie Ayam ini merupakan inovasi dari @tjokrostyleyogyakarta. Tampilannya nyentrik dan menarik. Rasanya juga disesuaikan dengan selera generasi millenial.
Lengkap ada mi sebagai karbohidrat, potongan ayam sebagai protein, dan sayuran hijau. Penampilan mie ayamnya memang berbeda dari mie ayam biasa. Hal ini dilakukan sebagai inovasi untuk menarik anak muda. Ternyata mie ayam juga bisa tampil stylish ya. Oleh karena itu, food fotografi berperan penting agar yang melihat foto jadi ngiler.
Kalau tampilan mie ayamnya secantik ini, jadi sayang nih mau dimakan ??
CREAM SWEET POTATO PURPLE
Ada perpaduan renyah dan creamy dari ubi ungu. Hidangan penutup yang menggoda. Ubi ungu ini rasanya manis dan pekat. Kalau dijadikan dessert jelas cocok.
Saya mulai sering menggunakan ubi ungu sebagai bahan masakan ketika anak pertama saya nggak doyan nasi. Jadilah untuk memenuhi asupan karbohidratnya, saya akali dengan ubi-ubian, termasuk ubi ungu. Dari warnanya sudah ketahuan bahwa ubi ungu ini kaya akan anti oksidan, sehingga bagus untuk kesehatan.
Cream sweat potato purple karya chef di@tjokrostyleyogyakarta merupakan dessert atau hidangan penutup yang menggoda untuk dicicipi. Bukan hanya warnanya yang mencolok, tapi kandungannya juga bagus untuk tubuh. Bunda perlu berguru sama Chef -nya supaya ubi ungu nggak cuma direbus sama digoreng ajah. Anak saya pasti suka nih. Kalau kamu suka juga nggak?
WATER CANNON
Water cannon kreasi dari @tjokrostyleyogyakarta merupakan hidangan yang simpel dan sehat untuk pencernaan. Buah-buahan segar jelas nggak diragukan lagi khasiatnya. Ditambah nutrijel yang terbuat dari lumput laut. Perpaduan kedua bahan ini menjadikan Water Canon layak disebut sebagai menu lezat sekaligus bagus untuk pencernaan.
Ada yang mau nyobain kah? ?
Anyway, gimana hasil food fotografi saya?:)
#dapurhangusxdydiekitchenhero #sharingsessionepisodeyogya #tjokrostyleyogya
Acara yang bergizi ya mbak, baik untuk otak maupun untuk perut. hehe
wkkka, bisa aja, Iya , temanya food sih:)
Acaranya keren banget.. Ilmunya bener-bener langsung kepake buat acara review-review..
Foto-foto makanan jadi makin kece dan menggiurkan..
hihi iya seru acaranya