Malam kedua di Batu, kami bingung mau kemana. Bila malam sebelumnya sudah ke BNS, maka sekarang objek wisata apa yang dapat kami kunjungi ya? Ke Museum Angkut nanggung karena tutup jam 8 malam, sayang kalau hanya masuk sebentar.
Berbekal browsing, ketemulah Alun-alun Kota Batu sebagai tempat yang menarik untuk disinggahi di malam hari. Kami makan malam terlebih dahulu, maklum namanya juga bawa anak-anak. Untungnya ada ayam krispi merek California yang lokasinya dekat dengan hotel tempat kami menginap. Si Adek sih sempat tidur saat digendong menuju restoran, sementara mata Kakak masih terbuka lebar. Setelah makan, kami memesan mobil online, dengan tarif kurang dari 15 ribu rupiah.
Pos Ketan Legenda, Makan Ketan dengan Cara Beda
Saat menaiki mobil, Mbak sopir menyarankan untuk mencicipi kuliner khas terpopuler di Alun-alun Kota Batu, yaitu Pos Ketan Legenda. Wah, baru mendengar namanya pun saya sudah membayangkan lezatnya ketan dengan toping durian, dan benar, ternyata ada yang pakai kuah durian, lengkap dengan satu-dua biji durian yang manis dan empuk!
Ketannya juga bersih, lembut, harum, dan gurih. Pos Ketan Legenda ini ternyata sudah berdiri sejak tahun 1967 lho, mantap ya, dan masih laris hingga sekarang.
Kenapa saya pilih ketan dengan kuah durian? Karena serasa bernostalgia dengan menu yang sering dibuat oleh Mama saya ketika bulan puasa. Tak hanya durian, ketan di sini juga bisa disiram dengan toping keju, meses ataupun abon.
Minumannya bagaimana? Saya pilih susu murni dong, suami saya pesan susu jahe. Asli ramai banget nih tempat, meskipun dipakai nongkrong oleh anak muda, tapi saya sendiri begitu kelar makan dan minum ya langsung cuzz, e nggak enak sama pengunjung yang berdiri nunggu tempat duduk, hehe. Padahal udah lumayan banyak meja dan kursinya, ada yang di dalam dan di luar warung. Enggak heran, karena memang enak sih=)
Alun-alun Kota Batu Bertabur Lampion dan Bianglala Ikonis
Setelah ketan durian dan susu tandas, kami berjalan kaki menuju alun-alun kota Batu. Dari jauh terlihat bianglala, sebuah wahana yang saya dan anak-anak gemari. Tiketnya 3 ribu rupiah saja, murah banget kan? Kami membeli dua tiket, yaitu untuk saya dan si Kakak. Sepertinya karena sudah mengantuk, Kakak tiba-tiba enggak mau naik bianglala, hiks. Alhasil dua tiket tadi kami berikan kepada orang yang sedang mengantre, daripada mubazir, kan?
Oh ya, di alun-alun kota Batu ini juga ada lampion-lampion seperti di BNS lho, meski bentuknya lebih sederhana, tetapi berhasil membuat alun-alun menjadi meriah. Selain bianglala, ada juga area untuk bermain anak-anak seperti jungkat-jungkit, pelosotan, ayunan dan sebagainya. Fasilitas umumnya juga lengkap, ada pusat informasi dan toilet umum yang berbentuk buah stroberi.
Melihat wajah anak-anak yang mulai cemberut dan tampak tidak nyaman, kamipun pulang ke hotel. Berakhirlah hari kedua di kota Batu dengan tanpa jeda mengunjungi dua tempat wisata. Meski badan lelah, tapi hati senang.
Akan kemanakah kami di hari ketiga? Tunggu lanjutkan ceritanya ya=)
Pengen banget bisa ke Batu Malang,kayaknya di sana banyaktempat wisata asyik dan kuliner enak, padahal temenku di sana udah ngajakin terus tapi belum kesampaian juga
Wuih sudah sejak 1967? Kalau masih rame pastinya emang enak banget itu ketan.
Noted, kalau ke alun2 Kota Batu bakal mampir sana TFS
Kalau wisata malam memang mending ke alun-alun batu naik bianglala seru buat anak2.
bener mbak..rame juga di sana
ketan ya.. enak sih cuma aku udah gak makan ketan lagi mbak kalau misal kita ada maag.
Lha kenapa?Panas di lambung kah? Sebelum makan ketan minum antasid dulu, hehe