Selamat hari lebaran
Minal aidin wal faizin
Mari bersalam-salaman
Saling bermaaf-maafanIkhlaskanlah dirimu
Sucikanlah hatimu
Sebulan berpuasa
Jalankan perintah agamaSelamat hari lebaran
Minal aidin wal faizin
Mari mengucapkan syukur
Ke haadirat IllahiKita berkumpul semua
Bersama sanak saudara
Tak lupa kawan semua
Jumpa di hari bahagiaSelamat hari lebaran
Minal aidin wal faizin
Lagu Lebaran dari Gigi di atas sangat meriah ya, cocok untuk mengiringi hari Lebaran. Lebaran atau Idul Fitri merupakan hari kemenangan yang dirayakan oleh semua umat muslim. Setelah sebulan berpuasa, maka hari Lebaran menjadi hari yang dinanti karena jiwa kita kembali fitri. Salah satu caranya adalah dengan saling bermaaf-maafan. Bersilaturahmi ke sanak saudara dan tetangga menjadi kewajiban yang senantiasa kita jaga kelestariannya.
Saya sendiri biasanya mudik ke berbagai kota di Indonesia. Maklum, orangtua saya asli Sumatera, yaitu Lampung dan Bangka. Sementara saudara-saudara kami tersebar ke seantero pulau, jadi kami juga pernah mudik ke Jakarta, Bandung, Bekasi dan sekitarnya. Beberapa tahun yang lalu, kami mudik ke Lampung, tetapi karena tahun ini ada anggota keluarga baru yaitu baby Sara, jadilah Lebaran di Jogja saja. Kebetulan keluarga mertua juga ada di Jogja, pas deh silaturahminya di dalam kota. Nenek dari suami tinggal di Kebumen, dan keluarga besar ibu mertua juga di sana, tetapi Lebaran kemarin saya nggak jadi ikut mudik karena satu dan lain hal.
Untuk lebih lengkapnya, ini dia cerita Lebaran asyik dalam rangka membahagiakan anak dan orangtua.
Salat Ied sambil gendong bayi
Idul Fitri diawali dengan Salat Ied bersama. Biasanya kami salat di masjid dekat rumah, tetapi lagi-lagi karena ada si bayi, dan saya ingin sekali ikutan Salat Ied, jadilah diputuskan untuk salat di lapangan sebuah kampus di dekat rumah kami. Bayi Sara menaiki stroller dan diletakkan di saf paling ujung agar tak mengganggu jamaah lainnya. Tapi ketika salat, saya gendong bayi Sara dengan harapan merasa lebih nyaman dan tidak menangis. Meskipun sudah digendong, ternyata Sara tetap sedikit menangis, terutama saat sujud karena dia saya letakkan di sajadah. Sempat deg-degan juga karena takut mengganggu Salat Ied. Alhamdulillah tangisannya nggak lama dan nggak terlalu keras, sehingga saya bisa menyelesaikan Salat Ied. Ini pengalaman pertama saya lho salat sambil gendong anak, dan pengalaman pertama juga bisa ikut Salat Ied meski punya bayi. Alhamdulillah banget Allah memudahkan semuanya.
Makan ketupat dengan menu khas Lebaran
Ketupat dan lontong adalah tradisi orang Indonesia di saat Lebaran. Termasuk di keluarga saya, ketupat atau lontong menjadi menu khas kala Lebaran tiba. Lauknya tentu saja yang khas Idul Fitri juga dong, tak lain dan tak bukan antara lain opor ayam, sambal goreng kentang ati, sayur kentang kacang panjang, dan sambal asem. Sambal asem sendiri merupakan sambal khas Sumatera lho. Bahan isiannya ada ebi dan udang. Rasanya asam, manis dan pedas serta gurih dari udang. Di lidah saya sih endes banget. Sambal asem sendiri bisa dimakan bersama ketan, lemper, ataupun jadi cocolan martabak, lumpia, dan kerupuk. Oh ya, jangan lupa bawang goreng dan empingnya ya.
Silaturahmi ke tetangga
Tradisi di desa saya adalah, sehabis Salat Ied dan sehabis sarapan ketupat di rumah masing-masing, maka kami mengelilingi rumah tetangga. Umumnya yang muda mendatangi yang dituakan. Jadi hari itu, saya sekeluarga berkeliling ke rumah-rumah terdekat, ya setidaknya ada 7-10 rumah yang kami datangi lah. Anak pertama saya, Najla, senang sekali, karena di tiap rumah disuguhi berbagai makanan dan minuman yang menarik perhatiannya. Ada pudding, wafer, kue kering, cokelat, hingga permen. Kalau saya sih yang paling ditunggu adalah mencicipi tape ketan yang dimakan bersama emping. Hmm, enak banget rasanya manis asam dan gurih. Sampai nambah beberapa kali nih karena suka.
Siapa sangka saat silaturahmi, si kakak juga dapat amplop Lebaran lho. Alhamdulillah kalau dikumpul-kumpul bisa buat menambah tabungan kakak.
Istirahat di rumah sembari menelepon keluarga jauh
Sehabis silaturahmi ke tetangga, biasanya kami menelepon anggota keluarga besar yang berada di kota lain. Mulai dari saudara di Bangka, lampung, Jakarta, Bekasi, Bandung, Kalimantan, semuanya saling memberi kabar dan bermaaf-maafan. Ada sih sepupu yang tinggal juga di Jogja dan biasanya datang ke rumah saat Lebaran, tapi Lebaran kemarin mereka semua mudik ke Jakarta, jadilah kami berlebaran tanpa saudara. Eh tapi saudara dari Semarang sempat kemari ding, saat mereka sekalian liburan ke Jogja.
Silaturahmi ke rumah mertua
Tadinya kami mau ke rumah mertua di hari kedua Lebaran. Tapi nggak jadi karena driver belum datang, sementara ayah saya yang bisa menyetir lagi nggak enak badan. Soalnya rumah mertua lumayan jauh juga meski sama-sama di Jogja. Rumah orangtua saya di Sleman, sementara mertua di Bantul. Akhirnya di H+3 barulah kami ke sana, dengan terlebih dahulu menyiapkan tas ransel berisi baju suami dan si kakak yang berencana mau menginap dua hari satu malam di sana. Kakak senang sekali karena akan main bersama para sepupu-sepupunya di sawah.
Silaturahmi ke saudara yang mudik ke Jogja
Hal baru dari Lebaran di Jogja yang biasanya adalah datangnya sepupu saya(yang sudah 8 tahun tak bertemu) ke rumah mertuanya di Bantul. Terakhir ketemu sebelum beliau menikah, eh sekarang anaknya sudah tiga, dan anak saya juga sudah dua. Berasa nostalgia deh, hehe. Esoknya, kami diundang ke acara pernikahan adik dari suaminya sepupu saya. Alhamdulillah nambah saudara lagi.
Makan bersama orangtua di Waroeng Pohon
Hal apa yang membahagiakan orangtua selain berkumpulnya seluruh anak-anak dan cucu? Hari itu, kami sekeluarga makan bersama di sebuah rumah makan kekinian di Bantul. Menu favorit di tempat makan ini adalah ayam ingkung. Lihat deh, menggoda banget kan ayamnya. Rasanya jangan ditanya, enak banget! Ayam kampung yang gurih karena dimasak dalam bungkusan daun. Kuah kaldunya gurih mirip opor tetapi lebih bening. Sambalnya semakin melengkapi kenikmatan ayam ingkung. Minuman khasnya ada beras kencur dan gula asam lho, meskipun saya sendiri memilih jus mangga.
Yang perlu diketahui tentang tempat ini, yaitu lokasinya instagramable banget, bisa dibuat foto-fotolah. Banyak spot-spot menarik yang mengundang untuk diabadikan.
Liburan ke tempat wisata
Nah, ini bagian yang paling saya suka saat Lebaran, yaitu jalan-jalan. Maklum,suami dan saya kan LDR-an, jadi begitu ada llibur panjang bisa cuti lama. Tadinya kami berencana ke pantai di kawasan Gunung Kidul, tapi siapa sangka, di pagi hari tanggal 10 Juli (iya, saya sampai ingat tanggalnya), eh ada sms dari BMKG ke handphone ayah saya yang isinya melarang warga ke pantai di sekitar Pulau Jawa termasuk Jogja, dikarenakan ada gelombang yang sangat tinggi. Huaa, batal deh mau main air dan pasir di pantai.
Akhirnya banting setir, wisata yang dekat-dekat saja. Tapi kami pinginnya ke alam alias bukan wisata mall-lah, hehe. Pucuk dicinta ulam tiba, ada status dari salah seorang teman blogger Jogja yang habis jalan-jalan ke banyak tempat dalam sehari. Sebut saja Tebing Breksi, Gua Purba, Candi Boko, Candi Ijo, dan Desa Wisata Dome Teletubies. Langsung deh mata saya ijo dan ingin mengunjungi tempat-tempat tersebut. Jadilah kami seharian berwisata.
Desa Wisata Dome Teletubies
Dimulai dari Desa Wisata Dome Teletubies-lah awal liburan kami. Desa ini dibangun sebagai tempat relokasi warga yang rumahnya hancur karena gempa Jogja di tahun 2006 lalu. Agar rumah tidak mudah rusak bila ada gempa susulan, maka dibangunlah rumah dengan model yang unik, yaitu model dome, seperti rumah milik tokoh anak-anak Teletubies. Rumah dengan struktur seperti kubah ini, ternyata memang lebih tahan gempa lho. Rumah di sini dibuat dengan dana dari sponsor pemerintah sebesar 60 juta/unit. Saat kami ke sana, ada beberapa rumah yang sudah direnovasi sendiri dengan di tambah garasi atau teras. Sementara lainnya ada juga yang kurang terawatt bahkan tidak berpenghuni lagi, sayang ya. Di desa ini, fasilitasnya lumayan lengkap lho, ada Puskesda, Aula Desa, Mushola, Galeri dan tempat bermain anak-anak. Sayang saat kami ke sana, galerinya sedang ditutup, jadi nggak bisa masuk deh.
So far, lumayanlah bisa masuk ke rumah contoh dan melihat-lihat ruangan di dalamnya. Oh ya, kalau ke sini di siang hari, jangan lupa bawa payung ya, karena panas sekali, hehe. Para hijabers juga bisa berfoto lho di depan rumah dome. Tarif masuk desa wisata ini hanya 5 ribu per orang, murah,kan?
Tebing Breksi
Tujuan wisata selanjutnya adalah Tebing Breksi yang merupakan bukit kapur yang berasal dari abu vulkanik gunung api purba. Tadinya lokasi ini digunakan para warga untuk menambang, hingga nyaris terkeruk semuanya, tapi begitu hasil penelitian dari UGM keluar, dan hasilnya menyatakan bahwa bukit kapurnya dari gunung purba, maka aktivitas penambangan dihentikan. Alasannya karena lokasi ini dianggap sebagai cagar budaya yang harus dilestarikan, sama seperti gunung api purba dan candi-candi. Untungnya, warga setempat cukup jeli merenovasi tempat ini, hingga menjadi objek wisata popular. Bukit kapurnya 11-12 lah dengan GWK, bagus banget untuk pemotretan.
Ditambah lagi dengan fasilitas yang mulai dilengkapi oleh pemerintah yaitu denagn dibangunnya Tlatar Seneng sebagai tempat pementasan budaya, dan ada juga mushola serta tempat kulinernya. Tlatar Senengnya oke punya nih, jadi alternatif untuk pertunjukan dengan latar belakang Tebing Breksi.
Candi Ijo
Dikutip dari wikipedia, Candi Ijo terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan,Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Candi ini berada lereng barat sebuah bukit yang masih merupakan bagian perbukitan Batur Agung, kira-kira sekitar 4 kilometer arah tenggara Candi Ratu Boko. Posisinya berada pada lereng bukit dengan ketinggian rata-rata 425 meter di atas permukaan laut. Candi ini dinamakan “Ijo” karena berada di atas bukit yang disebut Gumuk Ijo. Kompleks percandian membuka ke arah barat dengan panorama indah, berupa persawahan dan bentang alam, seperti Bandara Adisucipto dan pantai Parangtritis.
Dataran tempat kompleks utama candi memiliki luas sekitar 0,8 hektare, namun kuat dugaan bahwa kompleks percandian Ijo jauh lebih luas, dan menjorok ke barat dan utara. Dugaan itu didasarkan pada kenyataan bahwa ketika lereng bukit Candi Ijo di sebelah timur dan sebelah utara ditambang oleh penduduk, banyak ditemukan artefak yang mempunyai kaitan dengan candi
Saat kemari, candi ini berada 500 meter setelah Tebing Breksi. Dengan ketinggian tersebut, kita dapat melihat Jogja dari atas lho, indah sekali. Dan memang candi ini dijadikan lokasi untuk melihat sunrise dan sunset. Beberapa candi di lokasi ini ada yang runtuh, mungkin karena gempa Jogja dulu. Tapi lainnya, sekitar 4-5 candi masih utuh dan berdiri megah. Lokasi di sekitar candi termasuk bersih, dan rumputnya hijau terawat dengan baik. Saya berikan jempol untuk pengurus cagar budaya candi ini. Saya dan anak saya jadi betah berlama-lama, si kakak bahkan berlarian di rumput, dan senang sekali menaiki tangga candi. Oh ya, karena sudah kelelahan, ibu saya nggak ikut masuk ke area candi, beliau lebih memilih beristirahat sejenak di kursi bamboo sembari memandang Jogja dari atas.
Setelah puas menjelajahi candi dan berfoto, kami membeli es dawet hitam, serta cilok, hmm, lumayanlah buat pengganjal lapar. Acara hari itu diakhiri dengan makan soto anget sebelum kembali ke rumah. Sudah nggak sempat lagi mau ke Candi Boko atau lokasi wisata lainnya, tepar juga karena berangkat kesiangan.
Museum Biologi
Esoknya, kami melanjutkan perjalanan wisata, kali ini di dalam kota juga. Setelah browsing dan menimbang-nimbang, akhirnya diputuskan untuk ke museum saja. Museum Biologi dipilih untuk mengenalkan hewan dan tumbuhan ke kakak Najla. Meski kakak sudah tahu banyak nama hewan, dan beberapa kali lihat aslinya di kebun binatang, tapi putri saya belum pernah lho lihat tulang belulang alias kerangka hewan, sehingga saya yakin dia akan excited sekali kali ini. Ternyata benar, kakak Najla antusias bertanya dan berfoto.
Syawalan dan reuni
Setelah momen bersama keluarga selesai, saatnya syawalan bertemu teman-teman. Termasuk Lebaran kemarin, Saya janjian dengan sahabat semasa kuliah yang berdomisili di Gombong dan Jogja. Masing-masing dari kami sudah membawa anak, sehingga anak saya pun senang sekali karena ada teman mainnya. Momen Lebaran dijadikan ajang reuni paling tidak setahun sekali.
Itulah sekelumit cerita lebaran asyik di keluarga kami. Dengan membahagiakan orangtua dan anak di hari Lebaran, membuat saya juga lebih bahagia. Melihat senyum dan tawa mereka, membuat hati saya juga ikut tersenyum. Terus terang, Saya jadi ingin Lebaran terus saja, hehe. Suami libur kerja, anaj libur sekolah, Saya juga libur. Setiap hari bisa bercengkerama bersama, bercerita tentang banyak hal dan saling melengkapi satu sama lain.
Sama halnya dengan upcoming event dari Diaryhijaber yaitu Hari Hijaber Nasional, yaitu sebuah acara bertajuk Hari Hijaber Nasional, yang akan diadakan tanggal 07 Agustus 2016 – 08 Agustus 2016. Bertempat di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat. Acara ini lengkap sekali lho, ada fashion show, talkshow, lomba-lomba seperti lomba mewarnai, marawis dan juga ada bazar. Tak ketinggalan ada tausiyah oleh ust. Maulana, dengan bintang tamu Alyssa Soebandono, Dude Herlino, Muzdalifah dan dr. Oktri M. Teman-teman jangan lupa datang ya.
Lebaran tahun depan saya kemana ya? Yang pasti ingin bawa anak-anak mudik ke Kebumen. Semoga kita semua dipertemukan dengan Lebaran tahun depan ya, aamiin.
seruuuuuuuu mbak, udah lama banget gak ke candi, lebaran kemarin alhamdulillah liburnya banyak ya jadi puas
Iya iu cm dua hari tapi jalan2nya.hehe.ayo main Jogja banyak candi
Wih… Lebarannya seru banget mbak. MEmanfaatkan waktu buat menghibur diri sendiri dan juga menyenangkan keluarga. WIhh…
Btw, taman wisatanya bikin mupeng buat dikunjungi mbak…
Iya mba. Seru pingin lagi=)
Waktu shalat ied, aku juga gendong anakku mbak, karena kuatir dia malah riwa riwi ganggu jamaah lainnya
Udh bisa merangkak mb bayinya?