Bisa jadi yang buruk itu baik bagi-mu, dan yang kau sukai buruk bagi-mu.
Allah ta’ala berfirman: (yang artinya)
“Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 216)
Ayat ini sepertinya hampir semua muslim tahu ya, boleh jadi kita begitu menginginkan sesuatu yang kita anggap baik, tetapi ternyata bagi Allah belum tentu baik, dan sebaliknya. Atau ada juga ayat yang menyatakan bahwa bila doa kita belum dikabulkan, bisa jadi ditunda atau diganti yang lebih baik. Entah yang mana rencana Allah untuk saya, yang jelas saya baru saja mengalami 3 kejadian berturut-turut yang cukup menggelegar.
Kalau ada berita buruk dan berita baik, yang mana dulu yang ingin kalian dengar?
Beberapa teman saya menjawab, berita buruk dulu.
Oke, kita mulai dari situ ya…
Jadi, salah satu rencana saya di tahun ini sebenarnya adalah kuliah lagi, lanjut s2 dengan beasiswa. Perencanaan sudah dilakukan jauh-jauh hari, terutama berhubungan dengan ielts. Walaupun akhirnya karena pertimbangan tertentu tetap mengambil tes TOEFL bukan IELTS, tapi perencanaan lain tak kalah saya prioritaskan. Surat rekomendasi, esai-esai dan dokumen-dokumen terkait sudah saya siapkan. Lalu tibalah hari pendaftaran, dan menunggu hasil seleksi administrasi. Alhamdulillah saya diterima! Seneng donk. Tapi masih ada 1 tahap lagi, karena saya mengambil beasiswa LPDP yang mewajibkan LGD (Leaderless Grup Discusion) dan wawancara untuk seleksi tahap akhirnya. Jadilah saya mengikuti seleksi tahap akhir dengan terlebih dahulu verifikasi dokumen. LGD berjalan lancar, meskipun mendapat tema yang lumayan menantang, yaitu ” Mencegah Metamorfosis Radikalisme ISIS” , sebuah tema yang terus terang kalau ada berita tentang ISIS berseliweran di sosmed saya, agak sering saya lewatkan begitu saja (hoho, sempet nyesel kenapa nggak melahap semua berita ya). Untungnya bukan hanya tema yang diberikan pada peserta grup yang terdiri 8-10 orang, tapi juga artikel sekitar 1000-2000 kata. Jadi, menurut saya, semua peserta tetap bisa menyampaikan pendapat dan opininya. Tapi lain kali (sedikit tips untuk yang mau daftar LPDP) nggak boleh pilih-pilih untuk mengetahui berita, baik olahraga, isu agama, pendidikan, abuse, hukum, migas misalnya, bahkan politik sekalipun yang sebenarnya kita nggak ngerti atau nggak tertarik, tetap baca/ tonton semua!
Lalu tibalah sesi wawancara. Nah yang ini tak semulus LGD, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebenarnya sudah 80% sesuai dugaan (hasil bertanya dari awardee sebelumnya dan dosen-dosen saya), tapi memang ketika menjawab di depan pewawancara, tidak semua hal bisa kita kontrol, seperti emosi, cara menjawab pertanyaan, grogi, dan sebagainya. Ada beberapa pertanyaan yang saya jawab terlalu jujur (menurut saya), sehingga mungkin tidak sesuai dengan kualifikasi yang dicari LPDP. Ya..pada akhirnya, doa-doa yang saya panjatkan sebelum pengumuman adalah memohon yang terbaik, bila memang belum lolos maka diberikan jalan lain untuk beasiswa, ditunjukkan jalan lain yang lebih baik. Dan bila lolos, semoga bisa mengemban amanah penerima beasiswa.
Tibalah hari pengumuman, tanggal 10 Juni 2015, Taraa..nama saya tidak ada di dalam SK hasil seleksi wawancara dan LGD yang diterima sebagai awardee LPDP. Dari 293 penerima beasiswa magister dalam negeri, tidak ada nama saya, hiks. Apalagi di antara 600an penerima beasiswa magister luar negeri, ya iyalah wong daftarnya DN:). Kabarnya, periode saya kemarin ada 5000 pendaftar yang lolos administrasi. Dan sebenarnya jumlah hampir 1000 awardee itu cukup banyak ya (meskipun memang LPDP tidak menyebutkan quota) artinya kalau dikasih perbandingan ya 1:5 lah..hiks 1:5 aja ga lolos. Batal deh mau nulis tips diterima beasiswa (hoho), nanti saya bikin tips lain aja (yang berita bahagia:)). Anyway, karena saya sudah menyiapkan mental kalau tidak lolos, jadilah saya lumayan nggak mewek, cuma kepikiran doank lah..kepikiran karena kalau saya nggak lolos artinya kemungkinan besar keinginan untuk sekolah bakal ditunda tahun depan, hiks, karena batas akhir pendaftaran universitas tujuan adalah tanggal 31 Juni 2015. Untuk hal ini saya masih mencari plan B (duh plan B kenapa baru dicari, nggak disiapin dari dulu). Ah sudahlah, dipikir nanti…
Lanjut ke berita buruk kedua, terjadi 1 hari setelahnya, tanggal 11 Juni 2015. Sebenarnya hal ini sudah sampai lupa, saking lamanya nggak ada kabar. Apakah gerangan? Ya..tentang naskah novel saya. Sekitar 3 bulan lalu saya mengirimkannya ke salah satu penerbit mayor, menunggu jawaban yang tak kunjung datang. Setelah sekian lama, ndilalah email itu datang juga, kok ya tanggal 11 Juni, hehe. 1 lagi penolakan dalam waktu berurutan, hiks. Meskipun penerbit tersebut sangat santun bahasanya, memberi masukan-masukan, bahkan ada pujian, tetap kalimat terakhirnya ” naskah kami kembalikan ke penulis, semoga ke depannya lebih baik.” Sakitnya tuh di sini, secara saya baru pertama kali ditolak penerbit ( ya iyalah, baru 1x ngirim ke penerbit, hoho). Sedihnya, kenapa harus sekarang email penolakan itu datang, setelah saya baru menerima penolakan lainnya…hmm.PR nya adalah mungkin saya harus segera menyelesaikan novel tersebut dengan revisi di sana-sini, lumayanlah dapat masukan:).
Lanjut ke berita bahagia?
Ini yang ditunggu-tunggu kan ya..supaya kesedihan terbayar sudah.
Kenapa baru siap berbagi kebahagiaan sekarang? Ya karena sudah yakin dengan berita tersebut.
Tanggal 10 Juni, setelah mengetahui ketidaklolosan saya dalam seleksi LPDP, saya yang saat itu memang berencana ikutan zumba, tetap berangkat zumba. Itung-itung pengalihan kesedihan dan melepas emosi dengan cara yang lebih baik. Pulangnya makan dulu dan akhirnya mampirlah ke apotek beli tespeck. Sebenarnya feelingnya udah hampir semingguan sih. Kok ngrasa lemes, males2an, nggak bersemangat, kayak mau datang bulan lah. Karena sudah 2x saya seperti itu dan menduga hamil, eh ternyata 2-3 hari kemudian beneran menstruasi, ya jadinya yang kali ini nggak buru-buru menduga.
Karena memang sudah lewat tanggal seharusnya saya datang bulan, dan sepertinya saat yang tepat untuk tespeck. Jadilah saya cek. Ternyata garis dua! Positif! Ya Allah, kali ini rasanya campur aduk. Dulu pas tespeck zaman Najla aja nangis, nah yang kedua ini nangisnya lebih jadi. Perasaan gado-gado, nano-nano, ya senang, bingung, takut, kaget, semua jadi satu.
Kenapa begitu?
Analisa saya, waktu zaman hamil pertama kan masih belum ada pengalaman, jadi masih excited, penasaran, dll. Nah anak kedua bayangannya udah lahiran aja, induksi yang sakit, menyusui yang butuh effort, begadang, dan sebagainya. Saya sih kehamilan pertama lumayan mulus lah, meskipun tetap kaki bengkak, nyeri pinggang dan punggung yang parah, tapi so far nyaman-nyaman saja. Nah, pengalaman melahirkan dan setelahnya itu yang hihi nggak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Makanya saya bingung, saya yang merasa belum jadi ibu yang baik kok dikasih amanah nambah anak? Underestimate sama diri sendiri, apa sanggup? Apa bisa? Sementara sekolah lagi yang menurut saya nggak sesusah jadi ibu, justru belum rezeki saya. Nah itulah, Allah mungkin memang lebih tahu mana yang terbaik untuk saya saat ini.
Sebenarnya saya juga nggak menunda, tidak juga promil. Meskipun pernah terpikir, duh temen-temen saya udah mulai punya anak kedua nih, ketiga juga, lah saya kok belum ya? Terus terang, salah satu alasan saya ke Jogja selain daftar sekolah sebenarnya juga dalam rangka meningkatkan kemungkinan hamil. Haha, kok bisa? Tunggu tips saya, CEPAT HAMIL MESKIPUN LDM. Buat pasangan yang LDM, jangan khawatir akan susah hamil, belum tentu, buktinya saya, hehe.
Tadi malam tanggal 20 Juni 2015, pertama kalinya saya memeriksakan diri ke dokter kandungan. Kenapa baru sekarang? Nunggu suami pulang Jogja dulu, hehe. Setelah mengantri, akhirnya giliran kami. Alhamdulillah ternyata benar hasil tespeck, positif 7 minggu. Dari panjangnya (lupa berapa inci) terhitung usia 6 minggu. Alhamdulillah semua dalam kondisi bagus. Hanya keluhan mual dan begah yang saya sampaikan. Agak beda sama kehamilan Najla yang benar-benar morning sickness, tiap pagi muntah-muntah sampai lemes, kehamilan kali ini justru kalau nggak makan mual, tapi kalau makan begah. Ya, normal sih benernya. Bismillah mohon doanya ya teman-teman semua, semoga ibu dan janinnya sehat hingga saat persalinan nanti. Aamiin.
Jadi, sahabat dekat saya bilang bahwa, dari 2 berita buruk menjadi netral dengan adanya 1 berita bahagia tersebut:). Allah memang lebih tahu mana yang terbaik untuk saya:)
alhamdulillah… selalu ada hikmah di balik “musibah” ya mak… selamat ya
Alhamdulillah..sehat2 ya maaakk..
btw follbek ya maak.. http://mutheas.blogpsot.com
Bener banget dah..
Bisa jadi yang buruk itu baik bagi-mu, dan yang kau sukai buruk bagi-mu.
Selamat ya mba.. Sehat selalu.. Aku dulu menikmati banget hamil dan melahirkan, tapi horor di masa2 sesudahnya. Like a never stop hardwork with less breaking time..
Jadi, dijalani saja. Allah tahu yg terbaik.
Halo dian,, selamat ya anak keduanya.
Btw LDM tu apa? Trus klo yang gak LDM tapi belum hamil gimana dong? Jangan cuma nulis cepat hamil meski LDM dong, hehee
Semoga sukses selalu
wahh… ane telat baca beritanya (maklum dateng ke artikel ini dari link blueprint 😀 )
tapi walaupun telat ijinkan Ane untuk mengucapkan Selamat ya Bunda untuk kabar baiknya.
Allah telah mengatur semuanya dengan baik, jadi pasti ada rencana yang lebih hebat dibalik penolakan yang Bunda terima
eh .. maaf ya, ane jadi sok bijak begini 😀
salam sukses dan salam blogger ya