Review Film Wage, dan 5 Alasan Mengapa Harus Menontonnya

Facebooktwitterredditmail

Film Wage

WR. Soepratman

Genre: Drama epik
Rumah Produksi Film: Opshid Media Untuk Indonesia Raya
Producer: Andy Shafik
Director: Frans Paat (Art Director), Hani Pradigya (Director of Photography), Umar Setyadi
( Behind The Scene Director)
Writer: Fredy Aryanto, Gunawan BS
Sutradara: John De Rantau, Azwan Zulfan (Azuzan JG) – Co-Sutradara

Cast:
Rendra sebagai Wage Rudolf Soepratman, Teuku Rifnu Wikana sebagai Fritz, Putri Ayudya sebagai Roekiyem, Wouter Frezzer sebagai Van Eldick, Prisia Nasution sebagai Salama, Bram Makahekum sebagai Sosro Kartono, Pandoyo sebagai Anwar Tjokro, Kedung Darma sebagai Suwiryo, Ricky Malau sebagai Tabrani, Khoirul Ilyas sebagai Wage kecil, Windarti sebagai Siti Senen, Gati Andoko sebaga MS Senen, Ferry Sofyan sebagai Saerun, Oim Ibrahim sebagai Moch. Yamin.

Sinopsis:
Film ini bercerita tentang perjalanan hidup WR. Soepratman sejak ia kecil, hingga akhir hayatnya. Bagaimana ia menjadi piatu diusianya yang belia, lalu pindah dari Jawa ke Makasar, tinggal bersama kakaknya, Roekiyem. Di Makasar lah Wage kecil tertarik dengan seni musik dan mengenal biola. Ketika dewasa, ia menjadi salah satu anggota band Black and White yang kerap tampil di depan para konglomerat Belanda. Dalam hingar bingar dan puncak karirnya, ia justru bersinggungan dengan gerakan pemuda Indonesia. Bila hati dan jiwanya terpatri pada Indonesia, maka sejauh apapun ia melangkah, tetap kemerdekaan Indonesia yang menjadi cita-citanya. Sebuah peristiwa membuat Wage memilih untuk kembali ke Jawa. Dari situlah awal mula suka duka perjalanan Wage sebagai seorang seniman dalam berjuang untuk Indonesia, tentu melalui karyanya.

Lagu Indonesia Raya

Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu

Saya yakin teman-teman semua mengenal lirik lagu di atas. Ya, lagu kebangsaan Indonesia yang berjudul Indonesia Raya selalu menggema di setiap nadi rakyat Indonesia. Tak hanya dinyanyikan saat upacara saja, lagu ini juga dibawakan di banyak acara. Mulai dari pertemuan kenegaraan, pertemuan akademik, wisuda, hingga kegiatan semi formal dan formal lainnya. Selama ini saya dan mungkin kebanyakan teman-teman semua hanya mengenal 1 stanza dari lagu Indonesia Raya. Ternyata, lagu aslinya terdiri dari 3 stanza lho.

Fakta sejarah soal lagu Indonesia Raya adalah satu dari sekian banyak kisah yang terungkap dari kehidupan komponisnya, WR. Soepratman. Tahukah teman-teman, bahwa Wage Rudolf Soepratman tak hanya seorang musisi, tapi juga jurnalis dan novelis? Buat yang belum tahu, berarti saatnya mencari tahu lebih dalam sosoknya lewat film WAGE.

Film Wage adalah sebuah film bergenre drama epik yang menceritakan tentang pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Film ini tak hanya menguak banyak peristiwa sejarah yang sebelumnya samar, tapi juga meluruskan perjalanan hidup WR. Soepratman sendiri.

Review Film Wage

Film Wage

Saya sangat senang karena mendapat kesempatan untuk hadir di gala premier Film Wage di Empire XXI, Yogyakarta. Saya memang penyuka sejarah, sehingga tema film ini membuat saya penasaran. Mengapa? Jujur, karena saya tidak terlalu mengenal Wage atau WR. Soepratman. Saya hanya mengenalnya sebagai pencipta lagu. Sudah, itu saja. Maka menonton film ini membuat saya menjadi lebih menghargai perjuangan WR. Soepratman.

Lalu apa yang saya rasakan setelah menonton film ini?

Saya merasakan bahwa proses pembuatan lagu Indonesia Raya ternyata sangat kompleks. Setelah mengetahuinya, tentu kecintaan saya terhadap lagu kebangsaan tersebut pun bertambah.

Film Wage

Dari kacamata penikmat film, saya puas dengan Film Wage ini. Baik dari segi sinematografi, penghayatan pemeran, hingga plot dan alur cerita. Dari awal sampai akhir, alur film tidak terlalu lamban atau terlalu cepat. Kalau boleh saya bilang, ada saat-saat dimana penonton dibuat tegang, lalu cooling down kembali, tegang lagi, santai lagi, begitu seterusnya. Saya sempat mbrambangi di dua adegan, yaitu saat tokoh Wage berdialog berdua saja dengan tokoh Sukoco, lalu pada adegan ketika Wage pulang ke rumah Mbak Nah, kakaknya di Jawa.

Saya juga kagum dengan penggunaan bahasa Belanda yang ada di film ini. Rasanya zaman dulu keren ya banyak pemuda yang bisa bahasa Belanda, padahal karena dijajah, hiks.

Film Wage

Bupati Purworejo (tempat kelahiran WR. Soepratman beserta para cast dan kru Film Wage)

Perlu diketahui, sang sutradara memerlukan waktu 7 tahun lho untuk meriset dokumen-dokumen sejarah terkait WR Soepratman. Membuat film sejarah tentu tidak boleh asal, sehingga tim penulis dan sutradara pun dituntut untuk menampilkan fakta sejarah, bahkan meluruskan sejarah.

Film Wage

Blogger Jogja bersama Rendra (pemeran tokoh Wage)

Oh ya, soal akting para pemain film bagaimana? Saya angkat topi terhadap Rendra=) Film ini adalah debut pertamanya, dan ia berhasil memerankan tokoh Wage dengan baik. Terlihat bahwa aktingnya sangat matang. Mulai dari mimik wajah, gestur, emosi, hingga suara pun bisa ia mainkan dengan menawan, terutama untuk adegan-adegan sulit. Akting Rendra mengingatkan saya pada kepiawaian dan kedewasaan akting dari seorang Lukman Sardi. Setelah saya kepoin IG nya, ternyata Rendra ini memang sepak terjang di dunia aktingnya sudah mumpuni, terutama di teater. Wuih, pantas saja (batin saya), tampaknya panggung teater adalah tempatnya berlatih A-Z dunia seni peran. Soalnya kelihatan sekali, mana pemain baru yang jarang bermain peran, dan mana yang sudah ahli, hehe.

Film Wage

Saat gala premier tadi malam, Rendra sempat berkata bahwa untuk mendalami karakter Wage, ia sampai secara khusus mendatangi daerah-daerah yang pernah ditinggali WR. Soepratman. Ia juga mewawancarai keluarga dari WR. Soepratman, dan menelusuri sejarahnya dari dokumen yang menyebutkan nama Wage. Saat ke Purworejo, ia bertemu dengan salah satu warga yang pernah melihat langsung WR. Soepratman ketika bersembunyi di kampung halamannya, sehingga dari situ Rendra dapat dengan jelas mengenal sosok WR. Soepratman asli, baik dari segi pakaiannya, gaya bicaranya, gaya berjalannya, dan sebagainya. Memang tidak mudah memerankan tokoh yang hanya bisa dilihat dari foto saja. Teks searah  mengenai Wage pun tidak terlampau banyak, sehingga Rendra dituntut untuk berimajinasi meski disesuaikan dengan fakta-fakta yang didapatnya tentang tokoh Wage, dan menurut saya, ia berhasil. Saya bahkan berani mengatakan bahwa film ini akan membawanya sebagai salah satu aktor baru yang akan diperhitungkan di dunia perfilman Indonesia. Semoga saja selanjutnya akan banyak tawaran main film lagi ya=)

Putri sebagai Roekiyem dan Teuku Wisnu sebagai Fritz juga menarik perhatian saya. Kulit Putri yang eksotis menjadi magis tersendiri di film ini. Begitu juga dengan aktingnya yang membius. Saya sampai kepo lagi kok kayak pernah lihat Putri dimana ya? Ternyata Putri sudah beberapa kali main film, yaitu di Guru Bangsa Tjokroaminoto, dan menjadi salah satu dari empat pemeran utama film Bangkit. Meski kedua film tersebut belum pernah saya tonton, tapi wajahnya memang pernah saya lihat di trailer Bangkit, dan juga ternyata Putri ini adalah host Jejak Petualang, salah satu acara televisi yang saya gemari. Untuk Teuku Wisnu memang sudah nggak diragukan lagi sih aktingnya. Cocok jadi antagonis=D. Prisia Nasution juga selalu memukau, meski perannya di film ini hanya di beberapa adegan saja.

Mengapa wajib menonton Film Wage?

Setidaknya ada 5 hal yang membuat teman-teman wajib nonton Film Wage:

1. Memandang perjuangan kemerdekaan Indonesia dari sudut yang berbeda.

Bila saya membahas perjuangan rakyat dan para pahlawan Indonesia dalam melawan penjajah, hal apa yang ada dalam pikiran teman-teman? Sebagian besar akan menjawab perlawanan par pejuang di daerahnya masing-masing. Baik yang bergerilya, maupun yang terang-terangan menggunakan bambu runcing. Nah, Film Wage menyuguhkan hal lain, yaitu perjuangan kemerdekaan dapat ditempuh lewat jalur seni, khususnya musik dan tulisan.

2. Mengenal lebih dalam sosok WR. Soepratman

Teman-teman akan terkagum-kagum serta kaget, saat mengetahui bahwa WR. Soepratman ternyata merupakan seniman yang multitalenta. Tak hanya mahir bermain biola, Wage juga dapat menciptakan lagu, dan ia pun seorang jurnalis di surat kabar, serta bisa menulis roman. Saya tak menyangka, bahwa latar belakang Wage sebagai pribumi, ternyata membawanya pada fase hidup yang nyaman di masa itu. Ia dapat belajar di sekolah milik Belanda. Ia bahkan menguasai banyak bahasa.

Dari film tersebut, saya jadi tahu bahwa pencipta lagu Indonesia Raya bukanlah orang biasa. WR. Soepratman adalah seorang pemuda yang berpendidikan tinggi dan berjiwa seni tinggi pula. Saya bahkan baru ngeh bahwa lagu RA. Kartini, dan Dari Sabang sampai Merauke adalah ciptaannya. Dengan semua kelebihannya, Wage adalah sosok yang rendah hati, dan tahu betul tujuan hidup di dunia. Di film ini juga akan tergambarkan mengenai siapa orangtua Wage, siapa saja yang berpengaruh terhadap talentanya, serta bagaimana sisi religius dan humanis Wage.


3. Mengetahui sejarah panjang terciptanya lagu Indonesia Raya

Proses pembuatan lagu Indonesia Raya ternyata tak semudah yang saya bayangkan. Dalam film diceritakan bahwa Wage sebagai seorang komposer terkenal di zamannya, diminta menggubah lagu kebangsaan. Terlihat mudah, kan? Tapi tidak bagi Wage. Lagu ini begitu berat untuk diciptakan. Ada satu dialog yang menggambarkan keputusasaan Wage, yaitu “Semakin lama aku berusaha menceritakan Indonesia kita yang kaya ini, aku semakin tidak yakin dengan diriku sendiri,” kata Wage pada Salama.

Pada akhirnya, teman-teman akan terpesona dengan proses kreatif yang dilalui Wage saat menciptakan lagu Indonesia Raya.

4. Membantu para guru sejarah dan pelajar untuk belajar sejarah dengan cara asyik

Banyak lho teman-teman saya yang nggak suka sama sejarah. Bukan karena “jadulnya”, tapi karena sejarah Indonesia itu puanjang bener, dan ketika saya sekolah dulu, diwajibkan untuk ingat tanggal, nama-nama tokoh, dan peristiwa sejarah yang banyak itu. Nah, dengan menonton film ini, saya jamin beberapa potong dari sejarah Indonesia dapat dengan mudah teman-teman tangkap. Bahkan mungkin saja jadi di luar kepala deh hafalannya. Apalagi didukung aktor ganteng Rendra dan aktris anggun, Putri.

5. Menghargai perjuangan pemuda untuk kemerdekaan bangsa

Pemuda zaman dulu ternyata hidup di masa yang berat. Salah ngomong dikit, atau salah tulis sedikit, bisa dicekal, dijebloskan ke penjara. Ada dua karya roman Wage yang sampai sekarang belum diketahui keberadaannya. Sang sutradara menyatakan karya tersebut sampai dicari ke Leiden, tapi menemui jalan buntu. Pantas saja kok saya nggak tahu kalau WR. Soepratman juga menulis fiksi. Bagaimana mau tahu, bila karyanya dihabisi oleh pemerintah Hindia Belanda. Kehidupan karir dan sosial pemuda pribumi di zaman penjajahan begitu pelik, jadi nggak sempat deh yang namanya galau-galauan.


Bagaimana? Baca review saya jadi pingin nonton kan? Kalau teman-teman adalah pelajar, mahasiswa sejarah, guru, maka tontonlah film ini. Bila teman-teman menyukai sejarah kayak saya, dijamin film ini juga akan memuaskan dahaga terhadap fakta sejarah bangsa yang dikemas dengan apik. Kalau teman-teman adalah warga negara Indonesia yang mencintai negeri ini, maka tontonlah agar jiwa nasionalisme bergelora kembali, dan agar teman-teman menghargai setiap titik perjuangan para pahlawan. Dari prroses penghargaan tersebut, semestinya siapapun yang menonton Film Wage, akan bertindak lebih bijak lagi bila perbuatannya berhubungan dengan persatuan dan kesatuan bangsa.

Yuk, sukseskan film drama epik Indonesia!

Rendra

(Visited 1,083 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

15 thoughts on “Review Film Wage, dan 5 Alasan Mengapa Harus Menontonnya

  1. Ardiba Reply

    Wah. Menarik banget film ini. Aku jg paling suka film sejarah gini. Bs sekalian belajar sejarah dgn cara yg menyenangkan?

  2. rani yulianty Reply

    Penasaran nih sama filmnya, iyah, bagus banget mengupas sosok pencipta lagu kebangsaan Indonesia, pasti seru melihat proses kreatif penciptaan lagu tersebut

    • dian.ismyama Post authorReply

      Wah iya kah? Fathan udah tahu belum kalau ada 3 stanza alias masih ada lagi lirik selain yang biasa dinyanyikan di sekolah

Leave a Reply

Your email address will not be published.