Belajar Memotret Makanan di Bakpia Wong Jogja

Facebooktwitterredditmail
Waktu memang tak bisa kembali, tapi memori bisa diabadikan. Foto, sebuah gambar yang berbicara tentang memori. Melalui foto, sebuah peristiwa menjadi abadi. – Dian Farida Ismyama-

Kamis, 31 Mei 2018, saya berkesempatan mengikuti Workshop Food Styling dan Food Fotography di Bakpia Wong Jogja. Rasanya senang sekali karena terus terang ilmu tersebut saya butuhkan. Pekerjaan lepas sebagai blogger dan influencer membuat saya mau enggak mau meningkatkan kualitas foto saya. Biarpun blogger sifatnya lebih bebas, tapi saya berusaha menjadi profesional. Salah satunya dengan cara meningkatkan berbagai kualitas. Mulai dari tulisan, hasil foto, video, dan sebagainya.

Tak hanya blogger dan influencer saja yang mulai tertarik untuk memotret makanan. Food fotografi nampaknya sudah menjadi gaya hidup. Iya, banyak orang mengunggah foto makanan ke Instagram. Entah sebagai ajang eksistensi, atau memang hobi. Dulu sebelum ngeblog, saya sering posting foto masakan, lebih ke resep sih. Harapannya supaya orang lain terinspirasi untuk memasak (sok-sokan padahal bumbu ala kadarnya, hoho). Saya juga senang melihat teman-teman saya yang berbagi resep, atau review tempat makan. Sungguh, hal tersebut membantu saya menentukan mau kulineran kemana.



Tapi nggak dipungkiri bahwa foto yang bagus menjadi daya tarik tersendiri. Bayangkan bila rasanya enak, tapi fotonya blur, dan buram. Orang lain yang melihatnya bisa memutuskan nggak jadi makan ke resto tersebut. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Chef Harisatu Zakaria, bahwa foto makanan harus membuat orang berselera makan.

chef harisatu zakaria
Workshop disampaikan oleh Chef Harisatu Zakaria

Caranya bagaimana? Ternyata food fotografi adalah tim yang terdiri dari food fotografer dan food stylist. Bila food stylist adalah orang yang menghias dan menata makanan agar terlihat menarik dan menggoda. Maka food fotografer adalah orang yang memotret objek makanan, menata cahaya, menonjolkan hasil penataan dari food stylist agar terlihat menarik. Bahkan sekarang ada istilah food props stylist lho, yaitu orang yang menata properti untuk foto.

Sekarang jadi tahu, kan, untuk menghasilkan foto yang luar biasa itu membutuhkan banyak orang. Kalau nggak pakai tim, kebayang deh butuh waktu berapa lama untuk mengerjakan sebuah foto makanan komersial. Yang difoto kan nggak cuma satu jenis makanan, tapi banyak. Bisa tengeng kalo satu orang kudu styling, nyiapin props, plus masih motret.

Seorang ahli adalah orang yang mendalami satu bidang.

Sebuah pepatah yang menyadarkan saya bahwa kita nggak bisa maruk untuk ahli di semua bidang. Padahal selama ini saya bukannya maruk, tapi bingung bagian mana yang mau saya dalami, hihi. Nah, Chef Hari ini menyarankan agar kita menentukan mau menjadi food fotografer atau food stylist. Padahal selama ini saat menjadi blogger ya jadi harus serba bisa. Nulis iya, motret iya, styling juga iya:D. Maklum karena semua dikerjakan sendiri, belum bisa hire tim (curcol).

Oh ya, saya jadi ingat sesuatu nih. Waktu saya mengunggah foto makanan ke wa status, ada teman yang coment, “Bagus Mbak fotonya, pakai kamera apa?” Kyaa. Saya jawab kalau hasil oke bukan karena kameranya, tapi karena belajar teknik motret sama styling. Saya nggak memungkiri bahwa kamera bagus juga penting. Tapi siapa orang dibalik kamera tersebut lebih penting. Buktinya, dengan kamera yang sama, hasil foto saya pas awal-awal punya kamera bisa berbeda dengan hasil foto setelah mulai belajar food fotografi. Ini pun masih belajar terus. Saya selalu mupeng lihat hasil foto para food fotografer yang ciamik dan terlihat natural.



Oleh karena itu, kali ini saya bakal bagiin ilmu yang didapatkan saat workshop bersama Chef Hari kemarin. Semoga bermanfaat buat teman-teman semua yanglagi belajar motret makanan ya.

Jenis food fotografi:

  1. Photo shot/clear shot

foto shot
Photo shot karya saya

Sedikit props, menonjolkan makanan. Saya sering nih mempraktikkan jenis ini. Alasannya simpel, nggak perlu menata props, haha.Langsung to the point ke makanannya saja. Biasanya kalau penataan makanannya sudah cantik, ya nggak perlu properti lain. Contohnya adalah foto makanan di buku menu. Tujuannya agar fokus makanannya benar-benar terlihat.

  1. Foto editorial

foto editorial
Foto editorial dengan props berupa telur dan gula pasir

Foto makanan yang bercerita. Ada yang menggunakan bahan makanan sebagai props. Ada yang menggambarkan suasananya. Contohnya foto makanan untuk iklan.

  1. Stock Photo

Foto proses, atau selama kegiatan masak. Jenis foto diluar editorial dan clear shot. Contohnya kayak gini.

Foto dari slide workshop Chef Hari
Foto dari slide workshop Chef Hari

Tren foto kekinian

Tren foto hits ini tak lepas dari gaya hidup era milenial. Seperti yang saya ceritakan di awal tulisan, bahwa memotret makanan bisa dilakukan oleh siapa saja. Seperti apakah tren masa kini?

  1. Flat lay

flatlay
Flat lay ala saya

Gaya foto yang diambil dari posisi atas (top angle). Ada beberapa tips yang diberikan oleh Chef Hari. Antara lain flatlay itu bagus kalau pakai lensa lebar atau kit (bawaan kamera). Sebaiknya pilih background yang kontras dengan objek. Ya kali produknya warnanya biru eh background biru juga. Jangan lupa untuk memberi ruang di antara objek. Jangan terlalu rapet gitu sih intinya. Tentukan juga tema yang mau diangkat, karena tema ini menentukan props yang bakal dipakai.

Kekurangan flatlay adalah kurang cocok diaplikasikan ke menu-menu fun dining yang biasanya bentuknya meninggi. Nanti hasilnya malah nggak bisa menonjolkan bentuk makanannya.

  1. Lifestyle

foto lifestyle
Contoh foto lifestyle. Sumber foto dari IG @ociym

Lifestyle adalah gaya foto menggunakan objek diluar makanan. Biasanya ada orangnya gitu. Entah tangannya doang yang muncul di foto, atau keseluruhan badannya. Saya lagi bayangin diminta jadi talent buat food fotrografi, eh ternyata yang nongol tangan doang. Haha its okey ya. Namanya juga lifestyle jadi bebas mau menonjolkan suasananya, cara makannya, atau pose tertentu. Tips dari Chef Hari pilihlah talent yang enak dipandang. Psstt, kalau kamu nggak kepilih jadi talent bukan berarti kamu nggak enak dipandang ya. Cuma mungkin ada orang lain yang lebih enak dilihat:D.

Pose si talent ini juga kudu natural, biar nggak aneh. Permainan warna juga menjadi unsur penting buat foto lifestyle.

Baca juga Sharing Session Food Fotografi di Dunia Digital

Teknik Food Fotografi

Sekarang kita masuk ke teknik food fotografi, terutama buat basic atau pemula. Saya termasuk pemula nih, makanya beruntung banget bisa  dapat materi dari Chef Hari.

Alat utamanya apa? Tentu harus punya kamera dong. Kalau Chef Hari pakai Sony A-6300, saya pakai Fuji XA10. Pilihan kamera juga nggak harus DSLR lho, buktinya saya pakai mirrorless. Ada juga yang motret makanan pakai smartphone dan hasilnya nggak kalah sama yang pakai kamera.

Selain kamera apalagi ya basic equipment yang dibutuhkan?

  1. Tripod

tripod
Tripodnya Chef Hari nih:D

Tripod ini penting banget terutama kalau harus motret yang ada efek gerakannya seperti menuang air, menuang telur, serbuk melayang di udara, dan sebagainya. Kecepatan fotonya kudu diperhitungkan tuh (pakai shutter speed lambat). Penggunaan tripod dengan banyak jepretan akan membantu banget. Sama halnya ketika memotret dalam kondisi low light. Dengan adanya tripod, foto yang fokus akan lebih mudah didapatkan.

Pilih tripod yang sesuai kebutuhan dan budget ya. Tapi memang disarankan beli yang kuat dan bagus sekalian meskipun agak mahal. Dibanding beli yang murah tapi ringkih, hiks, sama aja bakal beli baru lagi.

  1. Lighting

lighting
Studio lighting

Cahaya paling bagus memang sinar matahari. Yang terbaik pada pukul 9-10 pagi dan 4-5 sore. Tapi kalau terpaksanya nggak ada cahaya matahari ya bisalah pakai studio lighting. Temen saya ada yang punya ring light karena dia MUA yang perlu memotret hasil riasan. Terus, ada juga yang pakai lampu khusus foto produk/ makanan. Bentuknya kayak lampu meja belajar. Nah kalau studio lighting mah lebih keren lagi, macam payung bentuknya.

  1. Reflector

Reflector ini fungsinya untuk memantulkan cahaya. Dengan kata lain bisa untuk ngilangin bayangan. Kalau reflector ala-ala, kita juga bisa buat sendiri pakai karton yang dilapisi alumunium foil. Lebih murah meriah tentunya.

  1. Diffuser

Nah, diffuser ini temennya reflector. Tapi bedanya, kalau diffuser untuk mengurangi cahaya biar nggak terlalu terang (cahayanya disebar gitu). Kalau mau yang murmer bisa pakai kelambu, kain putih, atau kertas roti. Serba irit deh!:D

  1. Lensa

PR banget nih, saya pingin beli lensa tapi masih maju mundur. Sekarang saya cuma pakai lensa kit alias bawaan kamera (16-50 mm). Sementara itu, lensa 35 mm, 85 mm, bahkan 100 mm juga penting buat food fotografi. Penggunaannya berbeda-beda tergantung objek dan hasil foto yang diinginkan.

Nah lho, ternyata banyak ya printilan basic -nya. Kalau ditanya harus punya yang mana, Chef Hari bilang tergantung kebutuhan, dan budget. Para profesional sih saya yakin punya semuanya. Tapi jika food fotografi masih sekadar hobi, ya sesuaikan aja sama budget -mu.

Sedikit tambahan mengenai istilah di kamera, yaitu ISO adalah ukuran tingkat sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya. Apperture/diafragma adalah banyak atau sedikitnya cahaya yang masuk ke sensor kamera. Dan sutterspeed adalah kcepatan sensor menangkap cahaya. Semua fitur ini dapat diatur sedemikian rupa untuk menghasilkan foto yang terbaik, yaitu yang terang, fokus, dan jernih.



Saat memotret, ada hal lain yang nggak kalah penting, yaitu angle. Angle merupakan sudut pandang yang menentukan persepsi. Menurut saya, butuh latihan alias jam terbang untuk menentukan angle dari tiap makanan. Tips dari Chef Hari antara lain pahami bentuk makanan. Makanan tinggi diambil rendah dan sebaliknya. Pahami properti makanan. Properti besar akan mempengaruhi angle. Selain itu, kita juga perlu memahami alas foto dan background untuk menghindari kebocoran dalam frame. Kesindir banget nih soal memahami alas foto. Secara alas foto yang saya punya itu kecil, ukuran A3, jadi benar-benar kudu jeli nentuin angle -nya.

Setidaknya ada empat engle yang digunakan oleh food fotografer, yaitu < 45derajat (below eye level), angle 45 derajat (paling lazim digunakan untuk food fotografi), angle >45 derajat dan 90 derajat (top angle untuk flatlay). Selain angle, kita juga perlu mempelajari komposisi agar point of interestnya menonjol.

teknik foto makanan
Rule of third. Foto dari slide Chef Hari

Sama seperti yang saya pelajari dari Mbak @dysavitri, ada yang namanya rule of third yaitu membagi bidang foto menjadi tiga bagian. Nah, objek utama sebaiknya ditempatkan pada perpotongan garis, bukan di dalam kotak. Lebih jelasnya bisa lihat gambar ya.

Teknik Food Styling

Kita masuk ke food styling yuk. Menurut Chef Hari, percuma kalau foto bagus tapi penataannya tidak cantik. Bagai sayur tanpa garam, bagai kopi tanpa gula (soalnya saya suka kopi yang manis, hehe). Inti dari food styling adalah mempelajari tentang makanan yang akan difoto. Ajukan pertanyaan-pertanyaan ke diri sendiri. Jenis makanannya apa? Berasal dari mana? Bahannya apa? Cara pengolahannya bagaimana? Cara penyajiannya? Pelengkapnya apa? Peralatan makan yang digunakan apa? Cocok dimakan saat apa? Jawaban dari pertanyaan tadi yang akan menjadi panduan dalam menata makanan dan memilih propertinya.

Sebaiknya sebelum memotret, tentukan dulu konsepnya mau kayak apa. Jangan asal jepret gitu. Ketika sudah menemukan konsep, maka alas foto dan background bisa menyesuaikan. Oh ya, latar belakang foto sebaiknya nggak terlalu ramai dan mengganggu.

Dimensi pengambilan foto juga harus jelas, mau horisontal atau vertikal (landscape atau portrait). Karena penataan juga berhubungan sama format foto. Kita juga perlu memahami angle terbaik makanan, dan menempatkan komposisi sesuai angle kamera. Pahami bentuk makanan, piring dan komponen properti lain.

Penataan yang paling sering digunakan untuk foto makanan antara lain zig-zag/pola S, triangle, dan line cut. Agar objek utama menonjol, putar-putarlah sisi terbaik dari makanan. Pemilihan warna juga penting. Kalau saya biasanya cari warna yang senada tau cocok bila dipadukan. Pengkombinasian tinggi rendah dari penataan juga mempengaruhi hasil foto. Sama pentingnya dengan condiment (hiasan yang berupa makanan/bahan makanan yang berada di sekeliling objek utama), dan properti (hiasan yang bukan berupa makanan). Perpaduan yang tepat dari hal-hal di atas lah yang nantinya akan menghasilkan food styling yang ciamik.


Praktik food fotografi

Setelah mendapatkan bekal ilmu yang padat merayap, saatnya praktik. Terus terang ketika memotret bakpia kemarin sudah terlalu sore, sehingga cahayanya minim sekali. Dengan kekuatan menguplek-uplek fitur kamera, jadilah hasil foto yang seperti ini.

bakpia wong harga

bakpia wong premium
Bakpia Wong Premium

Kebanyakan food styling -nya dilakukan oleh Chef Hari dan teman-teman blogger lainnya, jadi saya tinggal menentukan angle dan komposisi foto. Kemudian langkah terakhir tentu editing. Saya tetap meng- crop foto dan naikin kecerahan gitu sih. Hasilnya menurut saya lumayan, meskipun rasanya sayang karena nggak bisa dapat cahaya matahari.

Buka Bersama di Bakpia Wong Food Festival

Adzan Maghribpun menggema, dan kami berbuka puasa. Pas banget lagi ada BW Food Festival di halaman depan Bakpia Wong Jogja. Seru banget ada banyak stand makanan gitu. Yang unik, stand -nya pakai mobil dan food truck juga. Saya memesan bakso kuah dan es milo. Buka puasa bersama teman-teman blogger di pelataran Bakpia Wong Jogja, diiringi musik akustik menjadikan sore itu berkesan.

Review Bakpia Wong Jogja

bakpia wong rasa keju
Bakpia Wong Rasa Keju

Saya juga makan bakpianya lho. Paling suka sih yang kumbu hitam, #enakeraisolali. Yang rasa keju dan susu juga enak. Bagi yang belum tahu, Bakpia Wong Jogja juga mempunyai varian bakpia premium, yaitu rasa choco almond dan choco hazelnut. Bentuknya pun berbeda dari bakpia biasa. Untuk harganya sendiri lumayanlah. Bakpia regular rasa kacang hijau, keju, cokelat, kumbu hitam, susu dijual seharga 45 ribu rupiah dengan jumlah 15 bakpia per kotaknya. Sedangkan yang premium 1 kotak berisi 15 bakpia dihargai 65 ribu rupiah. Harganya sepadan dengan kualitasnya. Menurut saya kulitnya crispy dan dalamnya lembut. Isinya banyak pula, jadi kalau anak saya makan tuh berasa bergizi bener?. Ukuran Bakpia Wong Jogja cukup besar, bisa sampai lima kali gigitan baru ludes.

kemasan bakpia wong
Kemasan Bakpia Wong regular

Nggak hanya rasanya yang enak, tapi kemasannya juga elegan. Kotak bakpia regularnya berwarna dasar marun dan putih dengan gambar Tugu Jogja di bagian depan. Sedangkan kemasan bakpia premium berwarna hitam dengan logo Bakpia Wong Jogja yang berwarna emas. Di kemasan juga tercantum waktu kadaluwarsa, yaitu kurang lebih 8 hari jika disimpan di suhu ruang.

Setelah berbuka puasa, saya sempat masuk ke dalam toko Bakpia Wong, dan ulala ternyata luas. Isinya nggak hanya bakpia saja, tapi ada buah tangan lain yang bisa dibawa pulang. Kayak batik, kerajinan tangan, aksesori etnik, tas etnik, dan kaos khas Jogja. Sampai kripik, jajanan, dan minuman tradisional pun tersedia di sini. Lengkap pokoknya. One stop shopping for everyone.

toko bakpia wong jogja

batik wong jogja
Aneka ragam batik mulai dari dress, celana, outer, daster
bakpia wong
Kerajinan tangan tradisional
pembatas buku batik
Saya nemu pembatas buku batik di sini:)

Yang nggak kalah penting adalah fasilitas toko Bakpia Wong Jogja. Selain lahan parkir yang luas (cukup untuk parkir bus lho), tokonya juga dilengkapi toilet, musala, playground, tempat duduk untuk rombongan, dan spot instagramable untuk foto-foto.

lokasi bakpia wong jogja
Spot foto menarik

Lokasi Bakpia Wong Jogja

Buat yang belum tahu tempatnya padahal ingin mencicipi bakpia premium atau rasa lainnya, Bakpia Wong Jogja berlokasi di Jalan HOS Cokroaminoto No.149, Tegalrejo, Yogyakarta 55244. Letaknya di pinggir jalan dan berada di sebelah Hotel Top Malioboro.

Bakpia Wong Jogja buka pukul 08.00-21.00  wib saat weekdays dan 08.00-22.00 wib saat weekend.

Mau tahu promo atau kegiatan BW Jogja? Cuzz ke Instagramnya @bakpiawongjogja

Semoga tulisan saya bermanfaat ya. Kalau ada yang masih bingung atau mau sharing bisa langsung coment di artikel ini. Selamat praktik motret makanan sambil ngemil Bakpia Wong Jogja?

(Visited 459 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

5 thoughts on “Belajar Memotret Makanan di Bakpia Wong Jogja

  1. @affanibnu Reply

    dalam 1 dekade terakhir, mulai bermunculan gerai2 oleh2 baru di jogja, salah satunya gerai bakpia ini.. dibandingkan dengan bakpia yang sudah umum ada di Jogja, bakpia ini mencoba menawarkan packing modern dengan tidak meninggalkan rasa bakpia itu sendiri..
    tidak ada salahnya besok seandainya saya kembali pulang ke Jogja untuk menjajal bakpia ini, dan juga makanan kekinian lainnya yang sedang menjamur.. 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published.