Baru-baru ini saya dikejutkan dengan berita bahwa kota Jakarta menjadi top 2 transaksi judi online. Memang bukan rahasia umum bahwa negara kita merupakan pangsa pasar judi online. Banyaknya pengangguran, tingginya biaya hidup, dan rendahnya literasi finansial menjadi beberapa penyebabnya. Masih banyak masyarakat yang tergiur cara cepat dapat uang. Padahal pepatah mengatakan tidak ada makan siang gratis. Kalau ada, itu hanya akal-akalan para bandar judi online saja.
Beberapa para pekerja judi online yang sudah tobat terang-terangan menyampaikan bahwa kemenangan sudah diatur sedemikian rupa, agar pemain ketagihan. Kadang bahkan saldo atau uang menang ada yang sengaja dilebihkan. Tujuan utamanya tentu saja supaya pemain terus menerus top up atau bermain judi online.
Bahkan pernah ramai tuh, kasus anggota DPR yang tampilan laptopnya ketahuan sedang bermain slot. Duh, memalukan sekali. Yang terbaru, seorang polwan membakar suaminya yang sesama polisi, gara-gara diketahui gajinya habis untuk judi online. Padahal masih ada 3 anak yang harus diberi makan, bisa-bisanya sang suami kecanduan judi.
Lalu, kenapa judi online yang sudah menelan banyak korban, susah diberantas di Indonesia? Tak lain tak bukan, karena ada backing -an di belakang para bandar. Beberapa threads di X sudah ramai membicarakan hal ini. Ketika ditelusuri, rupanya uang dari para bandar ya larinya ke rekening-rekening pria berseragam.
Sebagai orangtua, saya berusaha mengendalikan apa yang bisa dikendalikan. Pemerintah tidak mau memberantas di luar kendali saya. Ada backing -an dari pria berseragam juga di luar kendali saya. Yang jelas, saya tidak mau anak-anak saya atau orang yang saya kenal terlibat dengan judi online. Baik sebagai pemain, bandar, atau orang-orang yang membuat judol tetap subur.
Oleh karena itu, menurut saya literasi finansial amat penting dikenalkan kepada anak-anak sejak dini. Kalau dulu orangtua kita hanya mengajari menabung, kini kebutuhannya berbeda. Anak-anak juga perlu diajari membedakan cara cari uang dengan jalan benar vs tidak benar, investasi bodong vs investasi benar, dan cara mencari tambahan penghasilan bila diperlukan.
Di tulisan ini, saya ingin sharing tentang beberapa tips mengajarkan literasi finansial pada anak.
-
Melalui buku bacaan
Saat ini, sahabat ismi tidak perlu mengeluarkan kocek untuk membeli buku bagus terkait literasi finansial. Kemendikbud dan SIBI telah menerbitkan banyak buku anak yang mengupas literasi finansial.
Tema dan latarnya pun beragam. Saya jamin anak-anak akan ketagihan membaca buku-buku karya anak bangsa. Bahkan ilustratornya juga dari negeri sendiri lho. Untuk akses buku gratis, langsung saja ke laman https://budi.kemdikbud.go.id
-
Bermain pura-pura

Ketika anak masih kecil, ajaklah mereka bermain role play yang terkait literasi finansial. Mulai dari simulasi jajan, bermain pura-pura belanja ke supermarket, hingga simulasi jual beli.

Dengan demikian, anak mempunyai bayangan sebelum terjun langsung ke masyarakat.
-
Ajak anak berlatih jual beli
Untuk anak yang lebih besar, biasanya di beberapa sekolah dasar dilatih berwirausaha. Nama programnya bermacam-macam, seperti market day, atau kamis wirausaha, dan sebagainya. Anak diminta membuat makanan atau kreasi lainnya, dengan tujuan dijual. Sementara itu, anak kelas lain diminta membawa uang sejumlah tertentu untuk membeli makanan dan barang di market day tersebut.
Bagi orangtua yang sekolahnya tidak ada program ini, bisa banget melatih anak dengan jualan di depan rumah, di masjid, atau di taman yang banyak orangnya. Dengan demikian anak bisa belajar berinteraksi dengan berbagai karakter, sekaligus melatih cara bertransaksi menggunakan uang, melatih produksi dan strategi pemasaran, serta laporan keuangan.
-
Libatkan anak dalam proyek/ pekerjaan orangtua
Untuk anak yang lebih besar lagi, setingkat SMP atau SMA, dapat dilibatkan dengan proyek orangtua. Misalnya saya masih menerima orderan freelance terkait buku dan artikel, anak akan saya ajak terlibat dengan mengenalkan jenis-jenis klien, cara kerja, dokumentasi transaksi, dan lain-lain.
Bagi orangtua yang berwirausaha atau jualan, bisa banget ajak anak membantu. Mulai dari memilih produk, menyiapkan produk, menjual, melayani pembeli, menerima uang, menyimpan uang, sampai membuat laporan keuangan.
-
Jelaskan cara mencari uang melalui game
Ternyata ada lho game terkait literasi finansial yang bisa dimainkan oleh anak. Game-game ini bisa dipilih sesuai usia anak. Tidak hanya belajar menabung, tapi ada pula permainan tentang menjalankan coffee shop, mengelola supermarket, hingga mengelola restoran. Anak akan menerima stimulasi kognitif karena tidak terasa bermain sekaligus belajar menginventaris, menetapkan harga, memprediksi permintaan pembeli, sampai membaca umpan balik konsumen.
Sahabat ismi penasaran game -nya seperti apa? Berikut ini saya beri contoh beberapa game yang mengasyikkan dan saya rekomendasikan untuk anak.
-
Idle Hypermarket Empire
Idle Hypermarket Empire adalah game simulasi toko kelontong sehingga pemain dapat belajar mengelola hipermarket yang berorientasi vertikal. sahabat ismi akan diminta untuk memilih pekerja yang menyediakan stok di toko. Setelah uang terkumpul, pemain game dapat mempekerjakan manajer untuk membuat alur kerja lebih otomatis. Bahkan pemain game dapat menambah staf agar penjualan meningkat. Uang yang terkumpul disarankan untuk membuka lantai tambahan karena targetnya hipermarket dapat didirikan hingga 9 lantai.
Permainan awal bisa banget dimainkan oleh anak TK atau SD, tapi untuk tahap selanjutnya sebenarnya lebih cocok bagi anak dengan usia lebih tua. Karena setelah mengembangkan bisnis selama jangka waktu tertentu, pemain mempunyai kesempatan untuk menjualnya kepada investor melalui proses IPO dan kemudian memulai permainan lagi dengan pendapatan lebih tinggi pada bisnis berikutnya. Seru banget, kan? Benar-benar simulasi wirausaha hingga ke jenjang belajar investasi dengan menjual saham.
-
Coffee Shop
Permainan berikutnya adalah Coffee Shop yaitu game simulasi untuk mendapatkan penghasilan sebanyak-banyaknya dari menjalankan kedai kopi. Game ini dijalankan hingga satu bulan lamanya.

Dengan game ini, sahabat ismi akan diajarkan mengelola inventaris, menganggarkan arus kas, menetapkan harga, membuat formula/resep kopi, dan membuat rencana memaksimalkan pendapatan sehari-hari dengan menyesuaikan bisnis berdasarkan cuaca. Dalam permainan ini permintaan kopi meningkat pada cuaca dingin dan permintaan kopi menurun pada cuaca hangat.
Saya sendiri sudah memainkan game ini dan awal-awal memang sangat menantang karena masih meraba-raba berapa jumlah cangkir/cup, kopi, susu, dan gula yang harus distok. Begitu pula dengan formula kopi yang enak, serta harga jualnya. Misalnya saja hari pertama, kedai kopi yang saya mainkan terpaksa tutup lebih cepat karena kehabisan susu. Akhirnya di hari kedua, stok susu saya tingkatkan. Selain itu, kadar susu pada formula kopi juga saya kurangi.
Pernah juga banyak pembeli yang membuang kopi karena sepertinya rasanya kurang enak (setelah saya kurangi kadar kopi pada formulanya). Untuk harga sendiri saya masih menggunakan harga yang sama untuk setiap penjualan. Padahal ternyata boleh dinaikkan atau diturunkan jika ada bahan lama yang belum laku.
Selain itu, saya belum terlalu memperhatikan cuaca. Padahal cuaca berperan penting terhadap permintaan konsumen. Kerennya game ini, ada gelembung harga yang menunjukkan apakah pembeli senang atau tidak dengan harga yang ditawarkan. Apakah kopinya kebanyakan, atau gulanya kemanisan, dan sebagainya. Dengan kata lain, penjual dapat, m,emberikan umpan balik dengan menyesuaikan formula dan harga.

Anak pertama saya yang berusia 12 tahun memainkan game Coffee Shop dan dia bilang seru. Awalnya sampai kehabisan cup, hingga harus tutup lebih awal. Pernah juga kehabisan susu, kehabisan gula, sampai kehabisan modal, haha. Tapi saya ajarkan triknya supaya bisa membeli kebutuhan untuk produksi kopi tanpa kehabisan uang. Akhirnya di hari-hari berikutnya, ia berhasil menjual kopi lebih banyak dan mendapatkan omset lebih besar.
3. Pizza Baker
Game berikutnya yang bisa dimainkan oleh anak-anak adalah adalah game membuat pizza. Game ini cukup mudah sehingga bisa dimainkan oleh anak dengan usia yang masih kecil. Pemain diminta untuk melihat gelembung pesanan di kiri atas untuk melihat jenis pizza yang diinginkan setiap konsumen. Game dilanjutkan dengan menuang saus dan menambah topping sesuai pesanan. Setelah pizza jadi, pemain diminta untuk mengklik pembuat roti beruang kutub agar pizza dapat dipanggang.
Bagaimana jika salah membuat pesanan? Ya terpaksa dibuang, tidak dapat dipanggang, apalagi disajikan. Setiap pizza yang diselesaikan dengan benar akan menghasilkan pendapatan. Pembuatan pizza harus selesai tepat waktu atau pemain bisa kehilangan nyawa. Kalau kalah 3 nyawa, permainan akan berakhir.
Game di atas hanyalah beberapa dari sekian banyak game terkait literasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengajarkan anak sejak dini tentang uang. Orangtua dapat memilih game sesuai usia. Dan tentunya mendampingi anak karena perlu menyampaikan cara memainkan game, atau trik-trik khusus agar anak lebih paham.
Saya berharap artikel ini dapat membantu sahabat ismi untuk tidak tabu dalam memberikan literasi finansial kepada anak sejak dini.

Memang bahaya zaman skr ini krn judol itu bisa dari macem2 bentuk ya mba. Makanya penting buat kita ngajarin anak utk paham bahaya dan dosa nya judol 😔. Jangan sampe lah mereka kejebak ntah itu lewat aplikasi atau game.
Itu kenapa aku juga membatasi uang anak. Supaya kliatan kemana aja uang jajan dia kepake. Selain itu aku juga ngajarin ttg pentingnya investasi melalui jalan yg benar. Bukan dari judol.
Naah kalo games yg ngajarin anak literasi keuangan gini aku sukaa. Ga masalah mereka mainin supaya makin paham juga ttg financial dengan cara yg mereka suka
Kegiatan yang keren sangat mengedukasi