Pengolahan sampah yang tepat bagaimana caranya? Sampahku tanggung jawabku. Slogan tersebut rasa-rasanya hanya ucapan belaka. Nyatanya tanggung jawab yang dimaksud hanyalah buang sampah pada tempatnya, dan bayar uang sampah. Padahal sampah rumah tangga hanya dibawa ke TPA. Tanpa pengolahan sampah lebih lanjut. Bahkan sampah organik yang harusnya bisa terurai, dibiarkan campur jadi satu dengan sampah non organik.
Salah siapa? Pemerintah, atau masyarakat? Kalau dari slogan sih kembali ke diri masing-masing. Apa yang kita konsumsi dan gunakan, ya jadi tanggung jawab pribadi. Benar bahwa seharusnya pemerintah menyediakan sistem yang lebih baik untuk pengelolaan sampah. Tapi apa iya kita mau menunggu program pemerintah dulu, baru sadar bahwa masalah sampah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama?
Mungkin ada yang bilang bodo amat, yang penting tidak buang sampah sembarangan dan sudah bayar iuran sampah. Iya sekarang bisa bilang gitu, tapi bagaimana dengan sepuluh tahun ke depan? Saat masalah sampah menjadi lebih serius. Entah karena tanah dan air kita mulai tercemar (sekarangpun sudah). Atau karena TPA longsor, tak mampu lagi menampung sampah (sekarangpun sudah terjadi).
Salah satu motivasiku mengelola sampah rumah tangga adalah untuk kehidupan anak cucu di masa depan. Kondisi sampah sangat meresahkan. Sebagai informasi, di komplekku pernah lho hampir sepuluh hari sampah tidak diangkut. Baru deh warganya panik. Tumpukan sampah yang menggunung di rumah. Belum lagi bau dan belatung dari sampah organik, ih jijik! Padahal kondisi serupa akan ditemukan di TPA. Entah kita yang tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu.
Paling simpel contoh saat libur lebaran deh. Para tukang sampah juga libur. Mereka libur tiga hari saja, masyarakat sudah auto mual melihat dan mencium bau sampah rumah tangga mereka. Sedangkan saya? Semenjak mengelola sampah, andai tukang sampah enggak mengangkut sampah selama sebulan pun, saya enggak masalah.
Bukan tanpa dasar saya bilang begitu. Alasannya karena di rumah, saya punya komposter sendiri. Tidak tanggung-tanggung, sekarang sudah ada 4 komposter, yang terdiri dari 1 komposter bag, 2 komposter dari pot gerabah, dan 1 komposter dari tong bekas cat. Itupun rasanya masih kurang, mengingat sampah dapur yang banyak.
Silakan yang ingin melihat video cara membuat starter untuk komposter gerabah:
Bagaimana dengan sampah non organik? Saya pilah dan pisahkan sesuai kategori. Misalnya kertas dan kardus, plastik dan botol kaca, elektronik, multilayer, tetrapack, dan sebagainya. Nantinya sampah non organik ini saya salurkan ke pihak ketiga. Memang sih saya bayar karena mereka akan menjemput ke rumah. Tapi enggak apa-apa. Untuk mengangkut sampah ke TPA saja saya harus membayar kok, apalagi untuk pengolahan sampah, kan?
Saat ini yang bisa saya lakukan di rumah adalah reduce dan reuse. Sedangkan untuk recycle sampah belum100%, makanya saya limpahkan ke pihak ketiga.
Apakah mudah mengelola sampah rumah tangga? Terus terang, jawabannya adalah TIDAK MUDAH. Yang paling berat justru soal bagaimana memberikan pemahaman ke seluruh penghuni rumah (jumlahnya 8 orang) agar mereka mau meminimalkan sampah plastik, memilah sampah, dan me- recycle sampah.
Terutama untuk orang yang seumuran atau lebih tua dari saya. Saat ini di rumah saya ada ibu, suami, dan dua pekerja. Membuka mata mereka bahwa sampah adalah masalah serius sungguh tidak mudah. Terjadi banyak penolakan dengan alasan ribet, menghabiskan waktu, jijik, bahkan dibilang nyusahin diri sendiri.
Kalau dilihat dari sudut pandang karakter yang sudah biasa “hanya buang sampah pada tempatnya”, jelas saja aktivitas mengelola sampah jauh lebih ruwet. Harus meluangkan waktu untuk merapikan bahkan mencuci kemasan plastik. Harus motong-motong sampah sayur dan kulit buah. Bahkan sering ketemu belatung di komposter. Mana ada orang yang enggak bilang ribet dan jijik? Cuma orang-orang tertentu saja, yang pandangannya tentang sampah sudah berubah, yang mau dan mampu konsisten melakukan pengolahan sampah.
Pernyataan saya ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Kirdianto Hrisikesa Putra, Chief Executive Office dari PT. Enviro Visi Nuswantoro (NVRO). Masalah sampah sebenarnya adalah tentang karakter dan habbit. Jadi solusinya ya memperbaiki karakter sejak dini.
Contoh di Finlandia, Jepang, dan Taiwan. Mereka mengutamakan pendidikan karakter dulu. Murid-murid sekolahnya makan siang di kantin menggunakan nampan dari logam. Kotak susunya di lipat, nampannya antri untuk di cuci. Hal tersebut sudah jadi habbit yang dibiasakan di sekolah.
Dampaknya adalah sampah tidak menggunung karena sudah otomatis dilipat. Sampah rapi dan bersih sehingga mudah diolah. Beda dengan kondisi di Indonesia, sampah campur baur jadi satu. Boro-boro melipat kemasan, yang ada langsung tumpuk gitu saja. Sampai tempat sampah menggelembung.
Dengan kata lain, pendidikan karakter dan kebiasaan ini lebih mudah diperbaiki sejak dini. Kenapa tidak memperbaiki karakter orangtuanya dulu? Karena lebih susah. Merubah habbit di tatanan orang dewasa itu tidak mudah. Saya saksi nyatanya, hehe.
Oleh karena itu, NVRO selaku perusahaan yang peduli tentang sampah, mengambil langkah konkrit yaitu membangun pendidikan karakter anak. Dengan jumlah SDM dan modal yang terbatas, NVRO mengerjakan yang mudah dulu yaitu di lini anak-anak sekolah.
Mengenal NVRO dan Program-programnya
Dari tadi saya menulis NVRO, sebenarnya siapa sih mereka? NVRO adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pendidikan karakter (character building) melalui pengolahan sampah domestic (waste management). NVRO adalah sebuah perusahaan yang bergerak bidang ekonomi tapi di sisi lain memberikan nilai tambah bagi masyarakat secara sosial. Dengan kata lain, NVRO membawa konsep baru tentang sampah yaitu bisa diselesaikan bersama, tapi membawa keberuntungan/cuan untuk banyak pihak.
NVRO didirikan berawal dari keresahan. Bapak Kirdi dulunya bekerja di lapangan, sering bertemu dengan banyak orang. Puncaknya pada tahun 2020, beliau bertemu dengan banyak kepala daerah. Semakin banyak keliling Indonesia, ada satu masalah yang sering menjadi keluhan PEMDA, PEMPROV, PEMKOT, yaitu sampah.
Di Indonesia dan negara ketiga lainnya. sampah tidak dimanfaatkan dengan baik. Sampah tidak dikelola, dan tidak dijadikan apa-apa. Naiknya jumlah sampah di dunia sesungguhnya karena tidak adanya pengolahan sampah. Akibatnya timbul efek sosial, lingkungan dan kesehatan.
Bapak Kirdi juga menyampaikan bahwa boleh saja tidak minat soal sampah, tapi dalam 10 tahun ke depan, kita tidak bisa bilang gitu lagi.
Faktanya pada tahun 2020 tercatat sebanyak 67,8 juta ton timbunan sampah berada di Indonesia. Data nasional tahun 2018 menunjukkan bahwa 62% sampah di negeri ini dihasilkan dari sampah domestik atau sampah dari aktivitas rumah tangga. Yang lebih miris adalah, menurut data Statistik Lingkungan Hidup Indonesia yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), hingga hari ini hanya 1,2% rumah tangga yang mendaur ulang sampahnya.
Fenomena di atas, khususnya di banyak negara dunia ketiga dengan fasilitas pengolahan sampah yang masih terbatas, ternyata berhubungan dengan kebiasaan serta karakter manusia di negara tersebut. Oleh karena itu, NVRO fokus kepada solusi membangun karakter berbasis pengolahan sampah. Jika karakter manusianya sudah beres, maka pengambil kebijakan juga akan berpikir untuk mendukung gerakan pengelolaan sampah ini.
Lalu apa saja program-program yang akan dilakukan oleh NVRO?
-
NVRO Goes to School
NVRO akan datang ke sekolah-sekolah dengan terlebih dahulu mengunjungi PEMPROV terutama Dinas Pendidikan dan Dinas Lingkungan agar lebih mudah masuk ke sekolah. Biasanya dinas terkait akan menerima dengan tangan terbuka, tapi mereka punya masalah tersendiri terutama terkait budget.
Oleh karena itu, selain membangun sistem di bidang karakter building, NVRO juga akan mengedukasi pengolahan sampah dan digital entrepreneur.
Dengan membangun karakter, anak-anak SMP dan SMA akan lebih memahami mengapa sampah perlu dikelola dengan baik. Dari segi digital entrepreneur, nantinya anak-anak ini akan mengunggah kegiatan mereka dengan terlebih dahulu diajarkan caranya.
Begitu eksposur naik, kompos yang dihasilkan dari sampah organik akan diberikan ke UMKM pertanian sehingga biaya pupuk gratis. Harapannya, harga jual hasil pertanian menurun. Kalaupun harga tidak turun, setidaknya NVRO telah membantu petani dengan memangkas biaya kompos.
Untuk sampah plastik akan dijual saja, kan banyak bank sampah. Hasil penjualannya 80% buat anak kerja sama dengan bank daerah dengan membuka tabungan untuk junior. Tabungan tersebut ditahan 1 tahun agar anak-anak belajar menabung.
Program ini bukan sekali-dua kali, tapi merupakan program 1-3 tahun menggunakan teknologi digital. Selain itu, anak-anak yang mengikuti program akan dicek dalam lima indikator seperti kepedulian, konsistensi, kedisplinan, dll. Jadi bentuknya seperti ekskul gitu.
Harapannya, sampah berkurang dan semakin banyak sekolah ikut serta. Petani dapat hasil, masyarakat juga merasakan manfaatnya. Ke depannya, anak-anak baik ini akan direkomendasikan untuk mendapatkan beasiswa di kampus-kampus ternama agar mereka termotivasi untuk terus konsisten mengelola sampah.
Kelak, lulusan dari kampus-kampus inilah yang akan menjadi pemimpin, pembuat kebijakan, yang kita harapkan dapat mengubah penanganan sampah skala besar.
Menurut Nugi, Chief Operation Officer of PT. Enviro Visi Nuswantoro, NVRO percaya bahwa anak-anak ini akan menjadi duta yang bisa menjaga lingkungannya sesuai dengan motto NVRO yaitu Let’s Build a Better Place to Live, Let’s Start now.
Mungkin ada yang penasaran, pendidikan karakter yang dimaksud yang seperti apa sih? Pendidikan karakter tersebut antara lain:
1. Adaptasi terhadap perubahan
2. Hukum konsekuensi
3. Kalau jadi pemimpin harus berpikir beberapa langkah ke depan.
Tidak hanya berpikir kepentingan diri sendiri, tidak hanya berpikir satu dua langkah ke depan.
Dengan diajari ketiga dasar pendidikan karakter di atas, maka anak-anak akan menjadi baik dengan sendirinya. Ingat, kan, pepatah bahwa Indonesia tidak kekurangan orang pintar dan cerdas. Melainkan kekurangan orang baik. Semoga melalui program Goes to School ini, Indonesia masa depan tidak akan kekurangan orang baik.
Program NVRO Goes To School sudah dimulai di SMA 12 Tangerang Selatan. NVRO menyelenggarakan seminar character building dan pengolahan sampah. NVRO memperkenalkan konsep 3R ( Reduce, Reuse, Recycling) dan memberikan pendampingan selama 3 bulan. Bulan September nanti akan masuk ke sesi workshop.
Selain itu, SMA Tarki juga sudah jalan untuk pengolahan sampah. Target awal NVRO memang sekolah-sekolah di Sumatera dan Jawa. Bila sudah jalan, baru merambah ke pulau lain.
Berdasar pengalaman, antusias dari sekolah-sekolah amat tinggi. Ketika NVRO datang menawarkan program, sekolah langsung bersemangat dan bertanya kapan bisa dimulai. Sekarang sudah ada antrian di SMA ini dan itu. Dengan kata lain, kebanyakan sekolah menerima dengan tangan terbuka. Meskipun anak-anaknya tidak 100% antusias. Bapak Kirdi menyampaikan 20% siswa yang konsisten sudah bagus. Karena dari 20% ini akan memberikan eksposure dan menularkan ke ratusan orang lainnya.
-
NVRO Goes to Kampong
Untuk program ini NVRO akan bekerja sama dengan warga kampung yaitu memberikan kompos yang diperoleh dari pengolahan sampah organik (yang dikelola oleh murid-murid sekolah). Masyarakat yang bertani atau berkebun akan mendapatkan kompos gratis.
-
Seminar Online (Mino Talks)
Mino talks yang dilakukan oleh NVRO tentu saja bertema pembentukan karakter dan pengelolaan sampah.
-
Point Center NVRO untuk penampungan sampah yang kita dapat dari sekolah dan perumahan
NVRO juga bekerja sama dengan sekolah dan perumahan (bank sampah) untuk menampung sampah baik organik maupun non organik (plastik dan sebagainya).
-
NVRO Services B2B
B2B adalah kepanjangan dari business to business. B2B menjalankan transaksi antara sesama pelaku bisnis. Sebagai contoh, perusahaan furniture bekerjasama dengan perusahaan digital marketing untuk membantu memasarkan produk mereka. Bagaimana dengan NVRO? B2B yang dijalankannya berfokus pada edukasi, konsultasi, dan penjualan mesin incenerator untuk sampah.
Darimana Dana Untuk Program NVRO?
NVRO Goes to School tentu membutuhkan dana yang tidak kecil. Karena tidak memungkinkan untuk berpangku tangan pada pemerintah, maka NVRO menggalang dana.
Galang dana yang dilakukan bukan galang dana biasa, tapi menggunakan NFT yang melibatkan semua orang untuk berdonasi. Ide ini terlebih dahulu disampaikan oleh Kresno Suci Arinugroho sebagai Chief Operation Officer NVRO. Kemudian dieksekusi dengan menarik oleh Hapsoro Renaldy selaku Chief Technical Officer NVRO.
Menurut Kak Renaldy, NFT yang dijual harus punya value. Tidak bisa hanya bikin art saja lalu ditaruh di Opensea dan berharap ada yang membeli.
Nilai lebih yang dimaksud adalah fundamental value. Misalnya dengan membeli 1 NFT bisa dapat benefit pulsa telepon. Contoh lain dalam NFT ada 100 voucer isi ulang pulsa yang bisa diklaim 1 hari 1 voucer.
Teknologinya sudah ada, cara kirimnya mudah, value NFT juga bisa di- track ada apa saja. Nantinya akan ada voucer nonton, voucer menginap, dan sebagainya. NFT bervalue ini bisa menjadi terobosan. Bisa menjadi komoditas yang berguna bagi orang banyak. Lalu dari royalti NFT yang didapatkan akan disalurkan untuk charity project.
Ke depan akan ada lomba NFT dimana masing-masing pencipta bisa membuat sampai 10 NFT. Sebagai informasi, NFT adalah Non-Tungible token. Tidak hanya gambar saja yang bisa dijadikan NFT, tapi karya seni lainnya juga bisa. Antara lain tarik suara, musik, video pendek, lukisan, gambar digital, dan sebagainya.
Jika dijumlah 10 orang pemenang masing-masing membuat 10 NFT, maka akan ada 100 NFT yg dijual di marketplace Opensea. Perlu diperjelas bahwa NVRO bukan perusahaan yang membuat NFT. Hanya saja salah satu penggalangan dananya melalui NFT.
NFT akan dijual melalui dilelang. Tidak ada patokan harga. Misal 1 NFT dibuka mulai 10 juta rupiah sehingga target NVRO bisa menjual NFT sebanyak 1 M sampai 10 M. Hasil penggalangan dana yang sampai milyaran itu akan digunakan untuk mengedukasi sekian cluster sekolah di berbagai daerah. Semuanya butuh silabus/kurikulum agar materi yang disampaikan sama di setiap tempat.
Nantinya NVRO akan mengajak tokoh nasional. Mereka tidak harus mengeluarkan uang, tapi bisa berkontribusi di NFT sehingga akan menularkan semangat ke orang-orang lain.
Lalu apa untungnya bagi pencipta NFT? Jangan khawatir karena pencipta NFT akan diberikan 80% royalti yang akan diterima longlife selama NFT tersebut masih ada dan diperjualbelikan.
Selain itu, pencipta juga akan mendapat apresiasi. Pencipta NFT baik yang menang atau tidak, akan dikasih panggung. NFT merupakan terobosan baru dimana orang yang punya cita rasa karya seni yang mungkin mulai ditinggalkan (seperti lukisan), menjadi punya wadah untuk berkreasi kembali.
NFT memang menjadi metode unik untuk memperkenalkan kembali karya-karya seni tersebut. Oleh karena itu, road map NVRO ke depannya akan mengadakan exhibition. Para ekspertis di bidang seni dan NFT akan diundang dalam satu panggung.
Ide ini berawal ketika Kak Nugi punya pengalaman melihat program penggalangan dana menggunakan NFT. Tapi sayangnya NFT-NFT yang ada tidak diperlakukan dengan ciri khasnya yaitu langka, mahal dan berharga. Makanya NVRO memperlakukan NFT dengan istimewa.
Kak Evans Alexander selaku Chief Communication NVRO menyampaikan bahwa di luar sana sudah banyak pihak yang bergabung baik dalam program charity maupun program lain. Tidak perlu khawatir karena ada timbal balik dengan corporate.
Kak Evans sendiri sudah berpengalaman bertahun-tahun menjadi relawan. Ia melihat sendiri sampah mengakibatkan banjir setiap hujan datang. Rumah-rumah yang dari bedeng menjadi rubuh. Banyak orang kehilangan tempat tinggal, dan menurun kesehatannya akibat masalah sampah.
Selain keempat founder yang sudah disebutkan di atas, ada Alexandra Tania sebagai Corporate Secretary NVRO. Kak Tania menjadi perwakilan milenial yang lebih memahami anak-anak muda. Lima founder NVRO menjadi satu karena perbedaan sehingga ketika mereka berkumpul, idenya menjadi out of the box.
Semua program NVRO sesuai dengan visinya. Enviro, NVRO, artinya adalah New Vision to Recreate Order, yang dalam Bahasa Indonesia berarti visi baru untuk menciptakan ulang keteraturan. NVRO adalah sarana untuk menciptakan ulang keteraturan di dunia, terkait pembangunan karakter dan pelestarian lingkungan.
Saya sangat mendoakan agar program-program NVRO sukses dan memberikan dampak besar bagi anak bangsa. Yuk, kamu juga ikutan dukung NVRO. Bisa dengan ikutan menciptakan NFT yang nantinya akan dilombakan. Atau turut serta dalam penggalangan dananya.
Memang paling bagus menanamkan oengolahn sampah saat usia dini ya. Karena saat sudah semakin besar maka mindset akan lebih sulit diubah
Jepang ini masalah sampah bener-bener disiplin, sisa kotoran penghapus aja ngga bisa asal dibuang sembarangan. Kalo di Indonesia kan masih suka buang suka-suka dikibasin. Wkwk
Moga NVRO bisa terus terusan bikin program pengelolaan sampah di sekolah