Mau Bertanya, Lalu Putuskan Tindakanmu!
“Ma, bumbunya ikan gurame bakar apa aja ya?” tanyaku pada Mama saat merantau dulu.
“Yah, ini kenapa blogku loading mulu nggak bisa diakses?” tanyaku pada suami suatu hari.
“Permisi Pak, ruangan pengambilan kartu mahasiswa benar di sini?” tanyaku pada satpam sebelum parkir.
“Makanan di sini halal, kan, Mbak?” tanyaku pada waiter di sebuah resto ramen.
Beberapa pertanyaan di atas ada yang biasa saja, ada yang penting, bahkan ada yang frontal. Apapun konteks pertanyaannya, inti dari semua itu sama, karena ketidaktahuanku, dan agar aku nggak salah langkah. Kalau aku nggak tanya Mama soal resep, bisa saja sih browsing sendiri, tapi mungkin butuh waktu lebih lama untuk menentukan resep yang paling mudah diikuti. Apalagi yang soal kehalalan makanan, hari gini sebagai konsumen harus lebih proaktif, karena nggak semua pemilik restoran mencantumkan sertifikat halalnya.
Terus, apa kaitannya dengan mau bertanya, lalu putuskan tindakanmu?
Hmm, pepatah yang familiar sih “Malu bertanya sesat di jalan.” Kadang ada plesetannya nih, “Banyak tanya, malu-maluin.” Hehe. Sayangnya, aku termasuk tipe orang yang banyak tanya. Bahkan suamiku suka kesal dan bilang coba googling dulu, kalau nggak ketemu baru tanya. Kyaa, justru karena malas googling jadinya tanya.
Apalagi ketika kemarin ketika aku melahirkan, banyak pertanyaan yang dilontarkan. Malam ketika mulai merasakan kontraksi, aku bertanya pada teman-teman sesama ibu-ibu di grup whatsapp. Apa bedanya kontraksi palsu dengan his? Kapan waktu yang tepat ke rumah sakit? Faktor resiko perdarahan pada ibu melahirkan? Dan sebagainya. Beruntung di grup ada dokter yang memaparkan jawaban dari pertanyaan saya dari segi medis. Sementara ibu-ibu lainnya sharing pengalamannya. Hingga akhirnya aku ke UGD rumah sakit, juga karena hasil diskusi malam itu. Bila kontraksi sudah mulai menyebar tidak hanya di bagian bawah saja, dan bila sudah semakin dekat jarak kontraksinya, maka sebaiknya mengecek pembukaan ke rumah sakit. Atau bila terjadi rembes atau pecah ketuban dan flek, maka juga tidak boleh menunda ke rumah sakit.
Sampai di ruang UGD dan ketika di cek di ruang VK (persalinan) pun, kami masih mengungkapkan lebih banyak pertanyaan dibanding pernyataan. Sama halnya ketika akan memilih tipe kamar untuk menginap. Kami harus jeli apa beda setiap kamar, adakah kamar yang kosong, termasuk menghitung penggunaan kamar sekian hari masih masukkah dalam batas plafon asuransi dari kantor suami. Semua harus diperhitungkan.
Pertanyaan tidak berhenti sampai disitu. Saat proses persalinan hampir tiba, aku aktif bertanya pada perawat dan bidan yang ada di ruangan. Ketika mereka tidak bisa menjawab pertanyaanku, atau bila yang berwenang memberi jawaban adalah dokter kandungan, maka perawat tersebut harus menelepon untuk konsultasi pada dokter kandungan. Istilahnya, hanya yang kompetenlah yang bisa memberikan jawaban medis yang sesuai. Perawat menjelaskan sesuai kapasitasnya, tetapi keputusan tetap pada dokter dan aku selaku pasien. Begitulah memang yang seharusnya.
Ketika kita bertanya, maka kita sebenarnya menyerap informasi untuk kemudian kita olah terlebih dahulu/kita pilah-pilah mana informasi yang perlu dan penting, baru selanjutnya memutuskan tindakan.
Tidak hanya pasien saja yang perlu bertanya pada tenaga medis. Kadang, juga sebaliknya. Misalnya ketika paska persalinan, petugas bagian gizi bertanya kepadaku makanan apa yang pantangan, alergi, atau tidak disukai. Terus ditanya juga karbohidratnya mau jenis apa, bisa bervariasi lho. Aku memilih roti di pagi hari, nasi di siang hari dan mashed potato di malam hari. Nyam-nyam, padahal makanan rumah sakit tapi bisa milih dan enak-enak. Ibu menyusui semakin lancar nih ASInya.
Suamiku juga mau bertanya soal cara merawat bayi, sehingga dia bisa membantu terutama di saat kondisiku masih masa pemulihan. Pentingnya bertanya, karena tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri tapi juga memudahkan orang lain.
Tuh, kan kalau mau bertanya, kita bisa mendapatkan banyak informasi dan memutuskan tindakan apa yang perlu dilakukan.
Mungkin itulah alasan mengapa BNI meluncurkan #askBNI sebagai fitur terbarunya. Untuk memudahkan para nasabahnya ketika mempunyai pertanyaan atau bingung mau melakukan tindakan apa terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan #askBNI ini, berbagai kendala dalam menabung atau bertransaksi akan mendapatkan jawaban yang menuntun kita kepada alur solusi.
Bagaimana cara mendaftar #AskBNI?
Lewat #Promo, kita bisa bertanya mengenai berbagai macam info promo yang melibatkan kartu BNI, misalnya promo hotel, travel, kesehatan, termasuk ecommerce yang sedang ngehits.
Aku sudah coba tanya nih, ternyata lumayan juga diskonnya buat membeli perlengkapan bayi.
Selain hastag promo, ada juga hastag #AskBNI #keyword untuk menanyakan hal-hal seperti kartu atm yang tertelan, buku tabungan yang hilang, dan sebagainya. Wah, sekarang bertanya nggak perlu antri di bank lagi/ menunggu jawaban via customer care di telepon, karena bertanya di twitter memang terbukti paling efektif dan paling cepat responnya.
Peluncuran #AskBNI ini membuatku semakin yakin pada BNI. Putriku sampai ingin ikutan punya tabungan di BNI lho. Besok kita DM #AskBNI yuk, buat cari tahu bagaimana cara membuat tabungan khusus anak-anak, batas usia minimalnya berapa, soalnya kan adik bayi yang baru lahir juga mau sekalian=)
Tulisan ini diikutsertakan dalam BNI Blogging Competition “Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan”
Bener banget mendingan nanya daripada gak tau terus sotoy terus salah lagi, bisa kacau semuanya. gpplah dicap banyak nanya, selama ada yg bersedia jawab kayak #AskBNI, kan repson cepat. Amann
Hihi iya sok tahu malah bikin malu ya
iyak, mending nanyak deh, beneran
Sepakat mba
Kereeenn, RS tapi menunya bisa pilih gitu ya Mak macam di resto 😀
Menunya enak2 ga kayak orang sakit
Iya ..nanya itu penting ya
Bener banget mba..penting
Hahaha.. Aku juga sering digituin ama suami, disuruh googling dulu sebelum nanya ke dia xp
Haha..setipe kayaknya cowo2 malas menjawab:)
Aq gagal fokus, malah terpesona liat papanya najwa pasang bedong. Keren 🙂
Wkkka mak irul..udh pengalaman soalnya anak kedua kan
saya dulu pernah punya akun di BNI, tapi sekarang sudah saya biarkan tidak aktif
Wah kenapa mas?
Mulai sekarang harus berani bertanya ah..ini nih masalah saya sukamalu nanya 🙁
Asal nanya sm orang yang tepat nggak masalah mba..atau #AskBNI aja:)
Belum punya akun BNI, tp pengen make, soale ada fitur debit BNI yg bisa dipake buat ngisi google wallet, non nasabah nanyanya bisa pake cara di atas kan mba?
Non nasabah tetap bisa tanya mas..tinggal follow akun twitternya dan DM aja. Good luck ya
Bener, mba. Kalau saya lebih baik banyak bertanya daripada malah sesat kemuian :). Sukses, mba
Iy mba.. Sama
Fitur #AskBNI semakin memudahkan nasabah ya… keren. Kita bsa tau segala info yg ada. caranya mudah bgt. cuma follow twitter trs DM dan ketik #AskBNI
Alhamdulilah dedeknya udah lahir…
jadi pengin punya dedek sendiri
#Eh
Hehe..boleh banget lho kalau mau bantu momong=)
Hehehehe… Sama kita mba.. Saya juga lebih baik banyak nanya dan dibilang rewel daripada melakukan kesalahan fatal…
Iy drpda salah trs harus ngulang dr awal
aku juga banyak nanya waktu punya anak pertama, ini anak ketiga juga masih sukananya2 juga.
Jadi ibu mmg harus update terus ya mba
Suamiku juga begitu selalu suruh googling kalo mau cari informasi 😀
Haha. Semua co sama nh kayaknya
Bertanya banyak manfaatnya. Ilmu bertambah dan terhindar dari masalah yang ga perlu ya mbak
Bener mba
BNI jeli membaca kegelisahan orang yang suka malu nanya tapi butuh informasi ya
Iy mba.. Kalo tanya ke BNI kan jd ga malu
aku juga sering digituin sama teman, “googling aja” kadang jadi suka kesel.
by the way, selamat atas baby baru nya, semoga sehat selalu
tfs, salam kenal 🙂
Hihi..sekarang apa2 tny internet mba.makasih doanya:)
Mendingan nanya di awal, daripada mengira-ngira, taunya salah.. Hehehe. Atau amannya, tanya abang Google.. :p
bener mba:)