Kisahku dengan UNAIR 7 Tahun yang Lalu

Facebooktwitterredditmail

UNAIR atau Universitas Airlangga adalah nama yang tidak asing bagi saya. UNAIR saya ketahui sebagai 1 dari sekian universitas negeri yang kualitas mahasiswanya perlu diacungi jempol. Hal itu ternyata benar adanya, ketika saya mengalami langsung berinteraksi dengan mahasiswa UNAIR.

7 tahun lalu

Saya masih ingat ketika menginjakkan kaki pertama kali di Surabaya untuk mengikuti PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) di RS. Dr. Soetomo. Kami, 10 mahasiswa dan mahasiswi Program Apoteker Fakultas Farmasi UGM berangkat dari Jogja menggunakan travel. Iya, saking banyaknya bawaan kami, jadi transportasi alternatif yang paling memungkinkan adalah travel. Bawaan kami banyak dikarenakan kami akan tinggal selama 2 bulan di Surabaya! Bayangkan ini pengalaman merantau saya pertama kali, hehe. Iya, sebelumnya mana pernah saya pergi lama jauh dari orangtua, jauh dari Jogja, bakalan ngekos pula. Ya nggak ngekos sih hitungannya, lebih tepatnya mengontrak sebuah rumah bersama 9 teman lainnya.

Kegumunan yang saya ingat saat pertama kali memasuki kota Surabaya adalah gedung-gedung pencakar langitnya, wkkkka. Sepertinya saat itu, mobil travel melewati pusat kota Surabaya, dan wow gemerlap lampu jalan di malam hari, kota metropolitan banget lah, nggak kalah sama Jakarta. Malah kalau menurut saya, jalan rayanya lebih lebar-lebar dibanding Jakarta! Kayak orang udik yang baru pertama kali ke kota besar, kami melongo melihat kerennya Surabaya.

Lalu saat memasuki gang di belakang RS. Dr. Soetomo, lumayan kebanting sih. Kesenjangannya berasa, kontrakan kami berada di gang kecil di belakang pasar, dan tahukah teman-teman, di kemudian hari, saat hujan deras melanda Surabaya, gang kami kebanjiran, hiks. Untung banjirnya nggak sampai masuk ke rumah, ya hanya di gang depan rumah saja yang letaknya lebih turun.

Praktek Kerja Profesi Apoteker

Saat-saat menegangkan pun di mulai, PK yang kabarnya begitu padat, begitu kaya ilmu, begitu banyak pembelajaran. Saat saya mengalaminya sendiri, kabar itu pun benar adanya. Pekerjaan apoteker ideal yang ada di buku-buku, banyak kami temukan di sini. Rasanya sangat senang dan beruntung bisa menimba ilmu di sana. Seperti yang sudah saya tulis di atas,yang praktek di RS.Dr. Soetomo Surabaya tidak hanya dari UGM saja, melainkan ada mahasiswa dari Stifar, dan tentu saja UNAIR. Setiap kelompok terdiri dari 10 orang yang dibagi-bagi dari 3 kampus tadi. Jadi, tentu saja saya sekelompok juga dengan anak Stifar dan UNAIR.

Saat berinteraksi dengan mahasiswa UNAIR, terlihat bahwa mereka capable di bidangnya. Ada beberapa mahasiswa yang bahkan kemampuannya melebihi ekspektasi saya. Dia hafal guideline, pintar mencari dan memahami jurnal, serta vokal saat berdiskusi. Biasanya kan yang kutu buku itu nggak terlalu pandai bicara di depan umum, nah mahasiswa UNAIR yang satu ini tuh paket lengkap. Kalau kita nggak berusaha berkali lipat dalam belajar, bakal minder lah.

Mengerjakan tugas kelompok di kampus Farmasi UNAIR

Saat mengerjakan tugas kelompok, saya sempat beberapa kali memasuki kampus UNAIR dan belajar di sana. Menurut pengalaman saya sih, kampus Farmasinya cukup luas dan juga adem, banyak pohon-pohon rindang di sana. Jadi saat belajar di luar kelas pun terasa sejuk karena semilir angina menerpa kami, hehe.

Persahabatan dengan mahasiswa UNAIR

Uniknya, mereka tak hanya pintar menganalisis, tetapi juga enak diajak berteman. Sebut saja salah satu dari mahasiswi UNAIR yang tidak sekelompok dengan saya, tetapi malah bisa akrab. Minggu pertama di Surabaya, saya langsung janjian jalan-jalan sama dia.

Ada juga yang teman sekelompok mengundang saya dan teman saya untuk menginap di kosnya saat weekend, dengan tujuan paginya bisa berangkat sunday morning di Tugu Pahlawan. Seru lah! Mereka tidak segan-segan mengajak kami menelusuri Surabaya dengan menjadi tuan rumah yang baik. Masuk ke museum 10 November, menikmati es krim Zangrandi, adalah beberapa hal yang kami lakukan bersama anak UNAIR.

Ke Tugu Pahlawan bersama teman-teman dari UNAIR

Bahkan saat praktek berakhir, saya sempat menginap di Lamongan, di rumah teman kami anak UNAIR, sekaligus jalan-jalan ke WBL (Wisata Bahari Lamongan).

WBL 7 tahun yang lalu:)

Menjalin persahabatan dengan mereka sangatlah mengasyikkan, humble! Mereka sama sekali tidak menunjukkan sikap sombong atau merasa paling tahu segalanya, hanya karena kami praktek di kota mereka.
Web

(Visited 321 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

4 thoughts on “Kisahku dengan UNAIR 7 Tahun yang Lalu

  1. ira duniabiza Reply

    wahhh pengalaman yang tak terlupa ya mba. Bisa jalan2 dan nginap bareng lagi…. kebayang deh serunya. Apalagi kalau bisa berkomunikasi lagi dengan mereka di waktu sekarang.

Leave a Reply

Your email address will not be published.