Tampaknya, Einstein telah mempunyai visi mengenai teknologi, bahkan sejak media sosial belum terlampau berkembang. Bila Einstein masih hidup di zaman ini, bisa jadi quote-nya berbunyi, bahwa teknologi telah memakan kemanusiaan dengan lahap.
Masih ingatkah para nitizen dengan kasus penemuan cicak di dalam sebuah cup tiramisu di restoran besar? Postingan yang bernada kekecewaan ternyata mengakibatkan diputusnya kontrak home industri yang memproduksi tiramisu dengan restoran tersebut, lalu diikuti dengan berhentinya produksi tiramisu entah sementara waktu atau selamanya.
Saya pun membayangkan entah ada berapa banyak pekerja yang terpaksa di berhentikan karena kejadian tadi.
Sekilas memang status di fb si konsumen terlihat wajar, tapi bila kita lebih memikirkan dampak jangka panjangnya, saya yakin ibu pembuat status tidak akan gegabah memposting hal demikian. Solusi lain di dunia nyata lah yang seharusnya menjadi langkah pertama. Melaporkan kepada pelayan kalau perlu ke manager yang ada di tempat untuk ditindak lanjuti, mendapatkan permintaan maaf, bahkan mungkin makanan lain yang dibeli akan digratiskan sebagai bentuk permintaan maaf pemilik restoran. Lalu pemilik restoran akan berdiskusi dengan pemilik tiramisu untuk menginvestigasi dan mencari solusi kasus yang terjadi. Tak perlu ada pekerja yang di PHK dan tak perlu ada tindakan yang begitu jauh dengan menutup produksi.
Saya sendiri pernah mengalami hal tidak mengenakkan di media sosial. Ketika saya sangat aktif mengupdate status di bbm dan fb, tanpa saya sadari menjadi bencana untuk saya. Ceritanya, ketika saya hadir sebagai undangan blogger di sebuah acara, saya update status bbm dong. Namanya juga blogger, wajar kalau mempromosikan event yang dihadiri. Tapi rupanya yang ditangkap oleh orang lain bisa jadi berbeda, dan saya baru mengetahuinya juga dari sosial media beberapa bulan setelahnya. Dikemudian hari, saya baru menyadari bahwa apa yang diungkapkan Einstein terbukti benar, teknologi telah memakan kemanusiaan.
Tapi di kemudian hari juga, tepatnya pada tanggal 27 Mei 2016 kemarin, saya baru menyadari kalau saat itu, saya tidak cakap dalam bermedia sosial. Baik status balasan saya di bbm (meski saya sudah mencoba menyelesaikan dengan menghubungi secara personal) maupun ketidak bijakan saya sebelum-sebelumnya di media sosial, yang mungkin pernah menyakiti hati orang tersebut.
Tahukah kawan, bahwa menjadi cakap dan bijak dalam bermedia sosial itu tidak mudah.
Ada begitu banyak cerita lain yang saya alami langsung, mengenai dampak negatif media sosial, terutama hubungan dengan orang yang tidak terlalu mengenal kita atau kita kenal. Alih-alih mendekatkan, malah menjauhkan. Jadi, bahkan yang jauh pun tambah jauh lah istilahnya. Tetapi kalau ditanya, bisakah saya hidup tanpa media sosial? Saat ini rasanya sulit. Karena pekerjaan saya menggunakan email, whatsapp grup, fb grup dan blog secara aktif. Kalau untuk mengurangi sih masih bisa lah.
Tahukah kawan, bijak dalam bermedia sosial itu memerlukan ilmu tingkat tinggi, yaitu ilmu menahan diri.
Menahan diri untuk tidak berkata negatif, menahan diri untuk membuat status yang tidak penting, menahan diri untuk tidak share berita yang belum jelas atau opini yang menyesatkan, bahkan menahan diri untuk tidak terprovokasi oleh penyebar kebencian.
Dampak-dampak negatif inilah yang coba dipaparkan oleh para pembicara acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi kemarin. Para pembicara tersebut, yaitu Ismail Cawidu (Kepala Biro Humas Kominfo), Prof. Dr. Henry Subiakto (Staf Ahli Menkominfo RI, Guru Besar Komunikasi UNAIR), Kang Arul/ Dr. Rulli Nasrullah, M.Si (Blogger, penulis, dan dosen gaul), serta Pakdhe @senggol (admin @JogjaUpdate dan penggiat sosial media).
Dampak negatif media sosial
Bayangkan ada 260 juta jiwa di Indonesia, dan ternyata jumlah smartphone yang terdaftar ada 300 juta lebih, artinya setiap orang di Indonesia, punya lebih dari satu smartphone. Data juga menunjukkan bahwa 93 juta diantaranya, terhubung dengan internet dan 54% nya adalah anak muda yang konsumtif.
Wah! dari fakta di atas saja, sudah dapat kita simpulkan, dampak negatif apa yang dapat terjadi dari penggunaan internet dan media sosial. Buku Cakap Bermedia Sosial dari Kominfo sendiri menggambarkan dengan cukup baik mengenai hal tersebut. Kalau boleh saya rangkum, ada beberapa dampak negatif media sosial, yaitu:
- Minim sosialisasi dengan lingkungan
- Tidak peduli dengan lingkungan sekitar
- Selfie, wefie, dan groupfie yang berujung pada efek negatif
Bahasan yang menarik nih, dimana eksis dan narsis sudah dianggap wajar di era digital. Narsis di media sosial memang merupakan hak pribadi setiap orang, tetapi ternyata juga ada batasannya lho. Kita musti bijak, agar tidak disalahgunakan oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab. Selfie dan wefie yang berlebihan dapat merugikan diri sendiri dan lingkungan, mengundang kejahatan, berujung penjara, mengundang kecaman, dan mengakibatkan gangguan psikologis. Wah! Seram juga ya ternyata akibatnya.
- Update status yang membawa petaka
Masih ingat kan kisah saya di awal tulisan ini, juga kisah tiramisu bercicak, termasuk kisah Florance tempo hari yang mengupdate statusnya mengenai antrian bensin di Jogja yang sama-sama berujung petaka. Minimnya empati oleh pengupdate status, minimnya empati pengguna media sosial yang memberikan coment, akhirnya membawa petaka untuk banyak pihak, bahkan kadang yang tidak berkaitan langsung dengan status tersebut.
- Cyber Bullying
Meme-meme yang dibuat juga kadang tanpa kita sadari dapat mem-bully kalangan tertentu, atau bahkan perorangan, sehingga secara tidak langsung telah terjadi pem-bully-an, hiks. Yuk pikir lagi sebelum mem-bully seseorang di media sosial, kita tidak mau kan kalau orangtua kita, anak-anak kita menjadi korban bully?!
- Perang media sosial
Lucu nih, ketika para fans dan haters berperang di sosmed, padahal di dunia nyata bisa jadi orang atau konten yang diperangkan justru akrab, contohnya para fanatik sepak bola yang meributkan tokoh idolanya.
Contoh dampak negatif lainnya justru lebih berbahaya, karena terkait oleh cyber crime yang mengerikan.
Apa itu Cyber Crime?
Bapak Ismail menyatakan dalam presentasinya, bahwa Cyber Crime memiliki dua jenis, yaitu kejahatan yang menggunakan teknologi infromasi sebagai fasilitasi, dan kejahatan yang menjadikan sistem dan fasilitas IT sebagai sasaran kejahatan. Atau dengan kalimat yang lebih mudah, segala bentuk tindak pidana yang menggunakan sarana atau dengan bantuan sistem elektronik. Ada banyak contoh lain cyber crime, antara lain:
- Copy right (hak cipta)
- Trademark (hak merk)
- Defamation (pencemaran nama baik)
- Hate speech (fitnah, penghinaan, penistaan)
- Hacking, viruses, illegal access
- Privacy
- Pornografi
- Perlindungan konsumen
- Terorism
- Perdagangan illegal
Dari contoh di atas, kejadian yang saya alami masuk ke dalam hate speech dan privacy. Sementara dampak negatif media sosial yang cukup sering digaungkan saat ini adalah, pornografi yang sangat rentan menyerang anak-anak kita. Oleh karena itu, Kasubdin Dirjen Informasi dan Komunikasi dan Penyedia Informasi RI, meminta kita sebagai nitizen untuk meningkatkan ketahanan bangsa secara struktural, terutama terkait pornografi. Dalam pidatonya, beliau menyatakan bahwa pemerintah selalu berusaha hadir dalam pembangunan, termasuk dalam bermedia sosial, karena generasi muda adalah generasi yang perlu mendapat perhatian lebih agar tidak terpapar dampak negatif dan dapat semakin kritis dan cakap dalam bermedia sosial.
Saya rangkum beberapa cara agar dapat mencegah masuknya pornografi melalui internet ke anak-anak kita:
- Memberi pin/pasword ke smartphone atau laptop.
- Orangtua selalu mengecek web apa atau konten apa yang dibuka anak.
- internet berada di luar kamar alias di ruang yang terbuka di rumah.
- Pemberian informasi dan edukasi melalui buku Cakap Bermedia Sosial yang diterbitkan oleh Kominfo.
Dari acara kemarin, saya sendiri baru tahu kalau UU cyber crime belum jadi, jadi sementara ini, bila ada pelanggaran, ya mengacu pada UU ITE yang mengatur tindak pidana aktivitas ilegal.
Kau tahu kawan, dibalik segala kekurangannya, media sosial juga berdampak positif.
Dampak positif.
Seperti yang kita semua sudah ketahui, bahwa IT dan internet dapat mempercepat, mempermudah, dan mengurangi biaya dalam berkomunikasi, berpromosi, dan bertransaksi. Tak terhitung berapa banyak mahasiswa yang lebih mudah mendapatkan materi perkuliahannya hanya dengan mendownload dari dropbox misalnya, juga para wali murid yang mudah berkomunikasi via whatsapp grup. Termasuk para pebisnis online yang menjamur dan mendapatkan manfaat dengan adanya media sosial. Bahkan ada yang namanya Kampung Cyber di Ygayakarta. Hebatnya, media sosial dan internet juga dapat meninggalkan jejak sepanjang zaman, tanpa batas ruang dan waktu.
Prof. Henry menyampaikan bahwa industry abad 21 sangat tergantung pada produksi informasi melalui kreativitas dan inovasi, di mana kreativitas di dunia digital akan membawa kesuksesan (misal: film pendek Raditya Dika, dubsmash lucu Yoga Arizona, dll) yang dapat meningkatkan jumlah kelas menengah.
Buku Cakap Bermedia Sosial pun juga menulis tentang dampak positif media sosial, yaitu:
- Kreativitas yang menghasilkan
Bisnis online atau industry kreatif lainnya yang sudah disebutkan di atas, tentu saja membawa dampak positif. Penghasilan meningkat, promosi hingga ke seluruh daerah dan dunia, bahkan yang susah akses transpot offline-nya sekalipun.
- Membangun relasi dan komunitas
Networking itu sangat penting. Memiliki teman dari berbagai latar belakang, dan aktif berkomunitas jelas membawa pengaruh yang positif. Saya pribadi merasakan banyak manfaat dari berkomunitas. Dengan bergabung di komunitas makanan sehat untuk anak misalnya, saya jadi bisa kopdar dengan para ibu yang juga menomorsatukan makanan yang homemade untuk anak. Dengan bergabung di komunitas menulis dan blogging, saya mendapat undangan berbagai acara dari perusahaan dan pemerintah, bahkan mendapat tawaran menambah pundi-pundi penghasilan via tulisan. Alhamdulillah banget, kan?
- Berbagi pengetahuan
Berbagi pengetahuan, berita, dan informasi melalui media sosial termasuk blog adalah hal yang sangat membantu untuk saya pribadi dan tentunya banyak orang. Kita tidak perlu susah-susah mencari informasi secara manual misalnya dengan pergi ke perpustakaan yang jaraknya jauh dari rumah. Cukup dengan sekali klik di internet, muncul-lah informasi yang kita butuhkan.
- Menolong dan empati
Masih ingat dengan tsunami, gempa jogja, dan cerita koin untuk Bilqis? Contoh tersebut adalah sebagian kecil manfaat media sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan internet, lebih mudah dan cepat dalam menggalang dana dan menginformasikan kebutuhan sebuah daerah yang mengalami bencana alam misalnya.
Ada satu hal menarik yang sempat disampaikan oleh Prof. Henry, mengenai Sociomateriality as a New Phenomenon, yang maksudnya, bahwa manusia dan teknologi komunikasi itu sudah menyatu, saling berinteraksi, sehingga terjadi mind change. Terlihat gap antara generasi digital native (anak-anak kita yang sejak lahir sudah terpapar digitalisasi) dan ada generasi digital imigran (kita, dan para pendahulu kita yang harus menyesuaikan diri dengan era digital). Gap ini kalau tidak dikurangi, tentunya akan berdampak pada segi sosial, psikologis, bahkan material.
Untuk lebih mudah dalam memahami, mari kita simak video penjelasan Prof. Henry berikut ini:
Peran blogger dan aktivis media sosial
Pembicara kedua dan ketiga yang berlatar belakang blogger, menyampaikan bahwa website dengan konten yang baik, sangat diharapkan dapat meningkat jumlahnya, agar informasi yang diterima masyarakat juga baik. Bukan sekedar kalimat atau informasi negatif yang hanya bertujuan mengejar trafik. Di sinilah peran kita sebagai orang yang aktif di media sosial agar ikut cakap dalam memberi informasi.
Keberpihakan blogger dan penggiat social media, merupakan nasionalisme dalam bentuk yang lebih pop (Perwakilan Walikota Jogja, saat sambutan Diskusi Publik Cakap Bermedia Sosial)
Oh ya, bila teman-teman melihat website atau status yang tidak semestinya, termasuk berita bohong, menebar kebencian dan pornografi, dapat diadukan juga lho, langsung ke email aduankonten@mail.kominfo.go.id, atau untuk aduan cybercrime ke email cybercrimes@mail.kominfo.go.id
You are what you share
Pakdhe @senggol menyampaikan bahwa jarimu adalah harimaumu, dimana manfaat media sosial sangatlah besar dalam kehidupan, namun penggunaannya harus bijaksana agar tidak mecelakakan diri sendiri. Perlu ada batasan mana privasi dan mana ruang publik.
Wah, tersindir juga nih dengan bahasan acara kali ini, karena terus terang, saya sendiri masih belajar menahan diri. Pinginnya sih selalu eksis dan update, apalagi sebagai blogger dan pebisnis online, sudah tentu saya memanfaatkan social media sebagai media berpromosi. Tetapi dengan beberapa dampak negatif yang disampaikan oleh pembicara, dan yang saya baca dari buku Cakap Bermedia Sosial, saya jadi lebih hati-hati lagi sebelum posting atau share sesuatu. Cek dulu berita yang akan kita sebar benar atau hoax, cek juga bermanfaat tidaknya. Bila tidak, stop! Jangan share! Karena seperti kata A’a Gym bahwa media sosial bisa menjadi ladang pahala sekaligus ladang dosa, tergantung bagaimana kita menggunakannya.
Sebagai penutup, saya sertakan Do and Dont’s di media sosial yang sebaiknya kita praktekkan.
Semoga rangkuman dari acara Diskusi Publik Cakap bermedia Sosial (Cerdas, Kreatif dan Produktif) ini dapat bermanfaat untuk pembaca semua. Tentunya, saya berharap informasi yang saya sajikan ini adalah konten positif yang juga memberi dampak positif untuk kita semua. Aamiin
Referensi:
Materi presentasi dan slide para pembicara di Diskusi Publik Cakap bermedia Sosial (Cerdas, Kreatif dan Produktif)
Materi Buku Komik Cakap (Cerdas-Kreatif-produktif) Bermedia Sosial dari Kominfo
Wah, bagus nih materinya….
Kudu belajar lagi dan kapan kapan pengen pinjam bukunya hehe
Boleh Mba,btw aku masih ada satu bukunya, mau po?=)
Mauuuu
Betul sekali mbak. Kita harus pintar-pintar jaga perilaku di media sosial, di kehidupan nyata juga tentunya 😀
Aih, rasanya saya ingin berada di acara tersebut. Ingin banyak bertanya. Termasuk menanyakan perihal perilaku brand yang kemarin itu *oops
Hihi, iya Mbak, bagus acaranya, mungkin juga bakal diadakan di Jakarta kali ya..
Lengkap sekali informaasinya mbak. Kejadian pada cerita prrtama blum pernah saya tau sebelumnya sampai berdampak yg demikian. Hheee
jadi bnyak informasi yg diambil di sini. Pintar2 dlm mnggunakan media sosial 😀
Iya, kemarin pembicaranya saja ada 4, dan semua padat info
Media sosial memang ada segi manfaat dan mudharatnya.
Cerdas bermain di media sosial menjadi keharusan.
Tentu lebih aman dan nyaman jika kita menggunakan media sosial untuk menebar kebajikan.
Salam hangat dari Jombang
Benar Pakdhe Cholik, sepakat sekali. Salam hangat juga dari Jogja=)
kemarin itu acaranya bagus2, dan makanan di melia enak2
Haha. Benar Mas
Huwaaaa nyesel banget nggak jadi dateng kemarin… Huhuhuuu.. Bagus banget materinya yaa..
Huaa mak yoan harusnya datang juga to? Wah sayang bgt ya mak ga jadi
Keren banget ulasannya, Mbak. Risetnya cukup mendalam.
Saya sampe perlu nge-save biar besok2 bisa baca lagi.
Memang kita mesti hati2 ya bermedsos. Bgitu pun ketika anak sudah mulai bermedsos.
Terima kasih sharing-nya
Ini ulasan dari materi acara dan buku cakap bermedsos Mbak..iy memang harus hati2 zaman sekarang. Sama2 moga bermanfaat=)
Ilmu menahan diri. Ini yang harus dipelajari dan dipraktekkan terus menerus ya mbak 🙂
Iya bagus Mak, lengkap dan update juga
wah sangat membantu ini. bagus materinya… suka saya bacanya..
thanks sudah mau berbagikepada kita semuanya
Sama2 Mas, saya senang kalau bermanfaat=)
Ulasan lengkap dan informatif banget mbak…
Status fesbukmu, harimaumu.. 🙂
Makasih Mbak. Yup benar, status fb, status bbm, semua seperti pedang, menggantikan lidah
Reminder yang bagus sekali Mbak. Memang untuk bisa menjadi cakap di dunia maya dibutuhkan kepekaan dan kadang tanpa kita inginkan membuat kita harus mengalami kejadian yang kadang kurang menyenangkan. Terimakasih reminder dan ilmunya ya Mbak 🙂
Iy Mas, benar, bljr dari pengalaman pribadi nih saya ceritanya. Sama2 Mas
Bagus nih Mba materinya, jadi pengin punya bukunya nih.
Coba diajukan bisa Mba, untuk komunitas, atau kantor supaya skalian banyak. Soalnya bukunya tidak dijual untuk umum. PM twitternya coba=)
wih keren mbak dian langsung mak wuss nulisnya, aku mah apalah apalah malah lupa materinya apa aja :3
Ah bisa saja. Beginilah kalau ibu-ibu ikut acara diskussi ninggalin anak di rumah, harus dapat ilmunya, dan syukur2 dapat bonus lainnya=)
Alhamdulillah masuk dalam groupie yang bermanfaat heheheee… Selamat udah menang lombanya ya Dian. Tulisan yg keren :))
Alhamdulillah ya Mak…makasih ucapannya…=)
Selamat ya Mbak udah menang, tulisannya lengkap dan bagus memang.
selamat budhe……pinginbelajar nge-blog yg menarik dech…..