Body Rafting di Citumang, Bikin Jantung Mau Copot!

Facebooktwitterredditmail

Sungai Citumang

Foto by @salmanbiroe

Seumur-umur, saya belum pernah merasakan rafting. Dulu pernah ada acara rafting yang mengundang blogger Jogja, tetapi saat itu saya sedang hamil besar, sehingga batal ikut. Saat remaja dulu, nggak tahu juga kenapa saya nggak pernah nyobain rafting ya. Intinya mah, saya penasaran untuk mencoba arung jeram.

Kayaknya seru gitu, mendebarkan, sekaligus bisa puas bermain air. Pucuk dicinta ulam tiba, akhirnya kesempatan itu datang juga. Saya dapat mencoba body rafting, bahkan di tempat terindah di Citumang!

Baca juga HAU Citumang, Pengalaman Glamping Pertamaku

Rangkaian Body Rafting di Citumang

Hari kedua di HAU Citumang, kami pun sarapan pagi dengan lahap, karena setelahnya akan mengikuti body rafting di Citumang yang katanya cukup menguras tenaga. Sehabis makan, kami dikumpulkan untuk mendapat berkenalan dan mendapat penjelasan dari pemandu rafting. Namanya Kang Ajum, wajahnya mirip Sule gitu:D.

Beliau mengatakan bahwa kami harus menggunakan pelampung, dan jalan terlebih dahulu untuk menuju lokasi body rafting. Saya pun mengambil pelampung warna oranye, Alhamdulillah cukup di badan.

Tadinya saya sempat cekeran lho, supaya nggak ribet bawa sandal saat rafting nanti. Tapi rupanya kata Kang Ajum, sebaiknya tetap berjalan memakai alas kaki, karena rute yang akan kami lewati lumayan jauh. Jadilah saya kembali ke kamar, dan mengambil sandal.

Sungai Citumang

Jalan yang kami lewati menuju tempat body rafting di Citumang. Foto by @nianurdiansyah

Ternyata benar, jalannya masih tanah gitu, penuh batu dan kerikil. Meski nggak panas, tapi saya rasa memakai alas kaki tetap lebih aman.

Terapi Ikan Nilam, Sel Kulit Mati Terangkat

Sungai Citumang

Bilang kejuuu! Foto by @salmanbiroe

Sesampainya di gerbang Sungai Citumang, kami pun berfoto bersama. Di depan kami ada rombongan lain lho, puluhan orang, katanya bahkan ratusan. Lalu kami berjalan kaki lagi, dan saya sempat terperanjat melihat aliran air Sungai Citumang di antara pepohonan. Warna airnya biru toska, berlatar pohon kehijauan, kayak di khayangan.

Masyaallah indah sekali! Dari kejauhan, sudah kelihatan pelampung warna-warni yang dikenakan oleh para wisatawan. Kami pun dipersilakan mencoba terapi ikan terlebih dahulu. Semua blogger memasukkan kakinya ke dalam kolam. Saya pun mencobanya, dan kaget luar biasa!

Ternyata selain geli-geli gimana gitu, rasanya juga sakit. Sakit kayak digigit semut doing sih, Cuma saya memang nggak berani, haha. Setiap ada satu ikan yang nemplok, otomatis kaki saya terangkat. Padahal kalau mau terapi ikan, ya agak lama mencelupkan kakinya di air, supaya banyak ikan yang datang.

Saat saya melihat kaki beberapa teman yang sudah dikerubuti ikan, saya takjub. Kok bisa ya pada tahan geli dan tahan sakit? Mereka bilang, setelah capek tertawa, maka mulai menikmati digigit ikan-ikan nilam tadi.

Lalu akan ada sensasi listrik yang menyengat di kaki, tanda bahwa ikan sudah memakan kulit mati. Untungnya, kola mini mengalir gitu, jadi nggak butek bekas air kaki-kaki sebelum kami. Airnya tetap jernih dan tampak bersih.

Body Rafting di Citumang, Bikin Jantung Mau Copot!

Setelah puas terapi ikan, pemandu pun mengumpulkan kami. Bang Aswi, blogger Jawa Barat bilang bahwa nanti di sungai, akan ada ikan seperti tadi, jadi diharapkan kami sudah terbiasa dengan gigitannya. Spontan Kang Geri, blogger Jawa Barat yang takut ikan pun kaget. Saya juga kaget sih, nggak nyangka kalau nanti pas body rafting bakal ada ikannya lagi.

Body rafting Citumang

Jalannya hati-hati ya. Foto by @salmanbiroe

Kami diminta berjalan melewati beberapa batuan, untuk menuju spot pertama yaitu tebing setinggi 7 meter! Yang berani dipersilakan melompat, tapi yang nggak berani boleh menunggu di bawah. Saya termasuk golongan yang anti lompat setinggi itu dong, hihi.

Saya pun berenang di dalam goa sambil sesekali terkejut oleh gigitan ikan. Jadi, kalau kita diam saja, justru ikan-ikan di sungai akan mendekat. Sebaliknya, jika kita terus berenang dan bergerak, mereka pun nggak akan mengigiti badan dan kaki kita. Tips saya nih, kalau memang capek berenang, teman-teman bisa duduk dulu di batuan yang ada di dalam gua. Ternyata body rafting di Citumang juga harus pakai strategi:)

Body rafting Citumang

Saya (baju hijau) duduk di atas batu, menghindari ikan=). Foto @bangaswi

Salah seorang dari 17 blogger, yaitu Pak Nuz naik ke tebing 7 meter. Beliau ingin melompat, tapi rupaya ketika sudah berada di atas, beliau pun jadi ragu. Hingga berpuluh menit kemudian, Pak Nuz tetap tidak melompat.

Seorang vlogger, Leon, penasaran untuk mencoba juga. Ia menaiki tebing dengan berpegangan pada batang pohon yang seperti tali. Lalu tanpa pikir panjang menceburkan diri ke air sungai, dari ketinggian 7 meter! Yeay, Leon doing nih yang berani! Salut deh sama angkatan 90-an:).

Lalu kami melanjutkan perjalanan ke spot berikutnya yaitu lompatan setinggi 3 meter. Di sini semua blogger harus mencoba lompat, karena nggak ada jalan lain.

Eh, tapi ada sih yang tetap nggak lompat, tebak siapa? Pertama kalinya saya meloncat dari tempat yang lumayan tinggi. Agak tenang karena pakai pelampung, tapi deg-degan karena belum pernah. Byuurr! Pengalaman pertama saya terjun di Sungai Citumang, hidung agak sakit, selebihnya oke lah.

Posisi yang benar saat terjun adalah kaki lurus ke bawah sehingga yang jatuh ke air adalah kaki duluan. Posisi saya sudah benar sih, tapi ya itu tadi hidungnya langsung sakit gitu. Alhasil, di lompatan setelahnya, saya terjun sambil menutup hidung, dan berhasil! Body rafting di Citumang memang luar biasa menegangkan.

Lompat Tarzan di Citumang, Perhatikan Posisi Kaki

Body rafting Citumang

Foto by @salmanbiroe

Spot body rafting di Citumang berikutnya adalah lompat tarzan. Jadi kami mengayun bergelantungan gitu kayak tarzan, baru tangan melepaskan cengkraman di tali, sehingga otomatis badan jatuh ke air.

Seru sih, tapi karena genggaman tangan saya kurang erat, belum mengayun jauh, eh udah jatuh. Mana jatuh dengan kaki mengkangkang lagi, untung nggak keseleo, hehe. Semestinya kakinya lurus ke bawah agar pendaratannya mulus.

Main Kereta-Keretaan di Citumang

Body rafting Citumang

Foto by @salmanbiroe

Ini nih yang seru saat body rafting, bikin kereta! Satu orang di depan, kakinya dikaitkan ke pelampung, untuk nantinya ditarik oleh pemandu. Sementara lainnya membentuk kereta sampai panjang ke belakang. Kaki teman-teman dikaitkan ke tangan orang di depannya, sementara tangan teman-teman memegang kaki orang dibelakangnya.

Begitu terus sampai semuanya berbaring membentuk kereta nan panjang. Kami tiduran, dan ditarik dari depan. Melewati air Sungai Citumang yang bersih dan bening. Sungguh pemandangan yang menakjubkan dan memanjakan mata. Kami sempat berhenti lalu berfoto di spot-spot tertentu. Sempat juga melakukan lompatan di beberapa tempat. Body rafting di Citumang seru banget!

Membentuk Lingkaran Saat Rafting di Citumang

Body rafting Citumang

Foto by @salmanbiroe

Spot terakhir dari body rafting di Citumang adalah di waduh dekat penginapan HAU Citumang. Kami diminta untuk bergandengan tangan dan membentuk lingkaran. Posisi tiduran sembari kaki menjejak-jejak di air. Lalu ada pemandu yang memotret:). Rute terakhir adalah masuk ke dalam “selokan” Sungai Citumang.

Body rafting Citumang

Foto by @salmanbiroe

Penampakannya seperti sungai kecil gitu, tapi airnya jernih. Kami pun membentuk kereta-keretaan lagi sambil bercerita dan bernyanyi. Kanan dan kiri saya dibatasi oleh rerumputan dan tanaman hijau yang menjulang seperti tembok. Kereta terus berjalan hingga sampai di batas akhir area body rafting di Citumang.

Yeay, selesai juga spot jantung body rafting di Citumang hari ini. Ternyata di tempat pemberhentian sudah banyak para wisatawan yang lebih dahulu selesai. Di sini lengkap juga lho aneka jajanannya. Mulai dari kelapa muda, bakso, mi, hingga es dawet. Yummy, segelas es dawet menghilangkan dahaga kami.

Makan Siang di HAU Citumang

Aktivitas body rafting selesai kira-kira pukul 11 siang. Lalu saya dan beberapa teman mengambil uang untuk membayar es dawet yang ngutang, hehe. Eh pas mau bayar ternyata ada Rian dan Kang Geri lagi ngebakso, saya dan Ila ikutan makan deh. Setelah kenyang, saya mengambil handphone dan lanjut berenang di spot selfie HAU Citumang. Di area waduknya kan ada bebek-bebekan dan perahu karet.

Ternyata berenang di sana segar bangat! Untung ada pelampung, jadi saya nggak khawatir saat bebeknya terbalik:D. Puas berenang, saya makan siang dong. Meski sudah makan bakso, tapi ternyata tetap lapar. Hari itu saya bahagia sekali. Body rafting di Citumang memang membuat jantung seperti mau lepas, tapi juga bikin hidup jadi lebih hidup.

Sehabis makan, saya pun mandi air hangat lalu tertidur. Pukul 19.00 wib, kami makan malam di restoran sembari ngobrol santai bersama Pak Hendra, pemilik HAU Citumang. Kisah beliau dan konsep ecotourism –nya bisa di baca di sini.

Citumang Hari Ketiga, Tracking Berujung Air Terjun.

Tadinya hari ketiga adalah acara bebas sebelum kami berpisah untuk kembali ke kota masing-masing. Tapi, atas saran beberapa blogger, jadilah pagi itu, kami menyusuri jalan yang biasanya dilewati oleh bule-bule yang mau body rafting di Citumang.

Jadi memang jalannya dibedakan gitu. Orang lokal via gerbang Citumang, sementara wisatawan asing tracking melewati hutan. Kami pun penasaran dong, sesusah apa sih tracking hutannya? Kok sampai didiskriminasi gitu.

Green Valley Citumang

Beginilah penampakan hutan yang kami lalui. Foto dokpri

Jadilah berbekal rasa ingin tahu, Kang Ajum memandu kami menyusuri jalan setapak. Kaki saya melangkah pelan, melewati tanah basah, daun basah, dan setapak penuh pohon. Kadang di kiri saya jurang, sehingga harus hati-hati. Lumayan jauh juga lho, dan memang lebih capek dibanding jalan kemarin, hihi.

Pantas saja pengunjung lokal lebih senang lewat jalan yang satunya. Saya saja tepar nih. Apalagi saya memakai sandal yang kurang nyaman, dan benar deh, baru berjalan sekian ratus meter, eh tali sandal saya putus, hiks.

Sungai Citumang

Meski lelah, tapi tetap senyum dong. Foto by @nianurdiansyah

Hutan yang kami lewati masih alami sih, banyak tanaman yang nggak saya kenal juga. Jalan setapak rata-rata hanya bisa dilewati oleh satu orang, sehingga kami bergantian melangkah. Rute tracking ini aslinya berujung ke tempat body rafting di Citumang, tapi karena kami sudah ke sana kemarin, jadinya Kang Ajum membawa ke rute lain. Di hadapan saya terhampar Curug Lampeng yang memesona.

Sungai Citumang

Foto dokumen pribadi

Air terjunnya memang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu deras, tapi kolam di sekelilingnya lah yang menggoda. Sayang saya nggak bawa baju ganti, dan nggak ada pelampung juga. Jadi saya nggak ikutan berenang, nggak berani bo! Sementara itu Pak Nuz, Leon, Kang Geri, Irham, dan Rian pun terjun dengan bahagianya.

Baca juga Petungkriyono, Wisata Alam Dibalut Sensasi Petualangan 

Saya dan blogger perempuan lainnya mah cukup puas dengan berfoto.

Sungai Citumang

Foto by @atanasia_rian

Usai istirahat sejenak sambil melihat yang pada nyemplung terjun dari ketinggian sekian meter, kami pun kembali ke penginapan.

Saat perjalanan pulang, eh ketemu juga sama bule-bule tampan. Finally, benar kata Kang Ajum, biasanya hari Jumat banyak wisatawan asingnya. Dan kayaknya mereka nggak kelihatan ngos-ngosan gitu. Beda dengan kami yang berbadan mungil dan jarang olahraga ini, haha. Rian dan Kang Geri sempat berenang lagi tuh di area “selokan” Sungai Citumang, ckckck nggak ada matinya lah tenaga mereka.

Sesampainya di HAU Citumang, saya menyegarkan diri dengan mandi. Sempat tidur-tiduran lagi sih, sebelum packing dan dipanggil untuk makan siang. Keseruan body rafting dan menginap di HAU Citumang selama 3 hari 2 malam berakhir juga.

Baca juga Hutan Pinus Mangunan, Surga Tersembunyi di Bantul 

Buat teman-teman yang ingin menghirup udara segar sekaligus menyegarkan badan, saya sarankan body rafting di Citumang deh. Lihat lah air sungainya yang memanggil-manggil untuk dimasuki. Lihat pula pemandangannya yang masih alami, seperti rumah bidadari.

Sungai Citumang

Jernih banget! Foto dokpri

Ada rasa sedih ketika harus berpisah dengan blogger-blogger dari kota lain, tapi ada rasa bahagia karena dapat mengenal mereka.

Sungai Citumang

Sampai jumpa lagi Citumang, kelak saya bisa saja kembali, bersama teman lain atau membawa serta keluarga. Terima kasih atas sambutanmu berupa air segar yang tak dapat kami temui di kota. Terima kasih pula atas panorama indah yang membuat mata hati dan pikiran kami menjadi seolah lahir kembali.



(Visited 563 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

13 thoughts on “Body Rafting di Citumang, Bikin Jantung Mau Copot!

  1. ivonie Reply

    Air sungainya Citumang bisa bersih dan beniing gitu ya mbak. Pasti masih alami dan seger banget dilihat aja. Duh, aku belum pernah ikutan rafting, jadi penasaran gimana rasanya. Dulu pernah dapat tawaran rafting, sayangnya pas lagi hamil muda 😀

  2. Haryadi Yansyah | Omnduut Reply

    Haaaaaaa ini jenis liburan yang paling aku suka. Main air, di tengah hutan, bareng teman-teman. Aku baru nyobain main air di Kali Suci Yogya. Seru, karena masuk ke dalam goa. Tapi kayaknya yang ini jauh lebih menyenangkan haha. Mau banget nyobain berayun ala Tarzan itu.

    • dian.ismyama Post authorReply

      Wah, Kali Suci malah aq belum pernah coba. Dulu pernahnya Goa Cermai, seru airnya sampai sedada, terus harus pakai helm khusus gitu dan bawa senter. Iya, Citumang memang oke lah. Habis body rafting, terus ngebakso, mandi air anget, terus tidur=))

  3. Efi Fitriyyah Reply

    Aaaah pengen digigit ikan lagi doooong hahaha… Duh pas liat yang loncat deket goa itu aku sebenernya udah merasa terintimidasi. Setelah berusaha rileks baru deh mulai enjoy. Terus jadi pengen ke sana lagi.

  4. Nchie Hanie Reply

    Ahh Dian niy kelihatan banget kemaren takutnya. Tapi lama kelamaan asyiik kaaan, seruu dan bikin ketagihan. Yuk balik lagi kesana dan melompat dr ketinggian 7 m

  5. Inda Chakim Reply

    Medannya menantang bgd ya mbk..
    Tp rame2 gt seru yak.
    Pemandangannya jg cakep dan airnya menggoda bgd. Keren

  6. Ratna Amalia Reply

    Body rafting di Citumang memang seru. Apalagi airnya dingin sangat. Brrr! Saya ke sana saat musim hujan belum lepas. Lebih deg-degan lagi karena debit air relatif lebih besar.

Leave a Reply

Your email address will not be published.