Berwisata tanpa merusak alam di Belitung, bagaimana caranya?
Negeri Laskar Pelangi dikelilingi keindahan alam yang luar biasa sehingga orang-orang terus kembali ke sana.
Sebelumnya, saya pernah menulis tentang Belitung dan Hal-hal yang Membuat Saya Ingin Kembali (Part 1: Tur Laskar Pelangi), dan akhirnya setelah sekian lama, saya akan melanjutkan kisah indah di Belitung. Mengumpulkan kenangan yang terserak. Memeluk kerinduan yang tanpa batas.
Hari pertama di Belitung, selain tur laskar pelangi, Bang Fadli (sopir rental mobil selama di Belitung) mengantar saya dan teman-teman untuk makan siang di Manggar. Kami bukan hanya makan siang di warung seafood biasa, melainkan di pinggir pantai!
Menikmati Pantai Serdang Ditemani Kuliner Laut Terenak di Belitung
Warung makan yang akan kami singgahi berada di depan Pantai Serdang yang berada di Desa Baru, Kecamatan Manggar. Pantai Serdang ini setipe dengan pantai-pantai lain yang ada di Kabupaten Belitung Timur, yaitu pantai dengan hamparan pasir putih yang keindahannya begitu menakjubkan.

Begitu sampai di Manggar, kami turun dari mobil dan langsung memilih menu makanan. Setelah itu, barulah kami berjalan kaki menuju pantai agar tidak terasa saat menunggu seafood dimasak. Jarak warung makan dengan pantai begitu dekat, hanya dipisahkan oleh satu bahu jalan aspal.
Pantai Serdang ini pasirnya halus, lembut dan bersih karena warnanya putih. Di sepanjang pantai, sahabat ismi bisa melihat pohon pinus berjejer dengan memesona. Mata saya dimanjakan oleh garis-garis pantai dengan warna air laut yang berbeda-beda. Hijau muda, hijau tua, biru, hingga biru tua.
Angin laut begitu kencang menerbangkan kerudung saya. Tak jarang angin tersebut membawa butiran air laut yang terasa asin jika menyentuh mulut. Sensasi ini hanya bisa dirasakan ketika sahabat ismi berjalan di pinggir pantai.
Deretan perahu kater nelayan berwarna-warni berbaris rapi di sepanjang Pantai Serdang. Tangan saya otomatis mengambil kamera dan mengabadikan perpaduan menarik tersebut. Lihat deh, pasir putih tampak kontras berada satu frame dengan perahu kater nelayan yang warnanya begitu menarik.
Perahu kater nelayan ini bukan hanya pajangan. Melainkan dapat disewa, baik untuk memancing maupun mengitari pesisir Pantai Serdang. Sayang saat itu saya dan teman-teman harus mengejar wisata berikutnya, sehingga hanya bisa menikmati keindahan perahu dari luar.
Setelah puas bermain pasir, ombak, dan foto-foto di Pantai Serdang, kami berjalan kembali ke warung untuk menikmati sajian makanan laut dan segarnya air buah kelapa muda.
Lihatlah menu yang kami pesan. Ada cumi bakar kecap, udang saus tiram, kerang saus padang, ikan patin bakar (kalau enggak salah), cah kangkung dan tumis tauge. Lengkap dengan sambal kecap dan sambal merah.
Bagaimana rasanya? Akkk, enak pakai banget! Mungkin ini kuliner laut terenak yang pernah saya makan. Dengan catatan saya belum pernah makan seafood di Sulawesi, Kalimantan, dan beberapa daerah penghasil makanan laut terkenal di Indonesia=D.
Cumi bakarnya manis, dan juicy. Meskipun besar, tapi daging cuminya enggak alot sama sekali. Beneran deh, ini cumi terempuk yang pernah saya makan.
Sama halnya dengan udangnya yang berukuran besar. Saus tiramnya berasa, tapi rasa asli udang enggak hilang. Empuk juga, enggak alot.
Ikan bakarnya maknyus! Agak pedas, dan enggak amis sama sekali. Daging ikannya lembut, matang sampai dalam.
Kerang dara yang dimasak dengan saus padang juga menggugah selera. Enggak ada bau tanah seperti pada masakan kerang dara pada umumnya. Kerang saus padang ini bikin saya nambah nasi lagi dan lagi.
Semua makanan laut enak tadi ditemani dengan segarnya air kelapa muda yang langsung kami minum dari buah kelapanya. Masyaallah, surga dunia. Angin pantai sepoi-sepoi bertiup di udara, dan makanan enak mengenyangkan perut yang lapar. Alhamdulillah. Ini adalah salah satu momen yang membuat saya ingin kembali ke Belitung.
Selesai makan, saya dan teman-teman melanjutkan perjalanan ke pantai selanjutnya, yaitu ke Pantai Tanjung Tinggi. Kami menunggu matahari tenggelam dan termangu dibuatnya.
Senja saat mentari tenggelam bukan hanya soal warna jingga, merah dan nila di langit. Tapi ada momen dimana rasa syukur terpanjat. Hari yang sibuk akan segera usai, berganti dengan malam waktu untuk manusia beristirahat.
Sama seperti matahari tenggelam yang membuat saya bersyukur masih bisa bernapas di hari yang baru, senja juga begitu. Membuat saya semakin paham akan kebaikan hati Sang Pancipta yang telah menjadikan dunia sebagai tempat menyiapkan bekal untuk perjalanan yang lebih kekal.

Begitulah apa yang saya rasakan ketika menikmati keindahan alam di bumi Indonesia. Menatap mentari yang sama. Menatap bulan yang sama. Walaupun sedang jauh dari keluarga.
Danau Kaolin, Saksi Bisu Kekayaan Tambang Belitung
Wisata alam di Indonesia memang sangat beragam. Selain pantai, ada berbagai gunung baik berupa gunung api maupun yang bukan. Ada pula air terjun, terasering, hutan, gua, lembah, danau, kawah putih, hingga mata air panas.
Namun, di Belitung saya justru menemukan tempat indah yang sebenarnya merupakan bukti nyata kerusakan alam. Nama tempat itu adalah Danau Kaolin. Terletak di Desa Air Raya Tanjungpandan, Danau Kaolin adalah saksi bisu kekayaan tambang di Belitung.
Saya dan teman-teman mampir ke Danau Kaolin di hari kedua di Belitung. Bang Fadli menawarkan untuk melihat tempat ini karena katanya sangat indah. Kami ke sana sebelum berpacu dengan waktu mengejar pesawat untuk pulang ke Jakarta.
Sesampainya di Danau Kaolin, saya turun dari mobil. Kaki saja menginjak daratan berwarna putih yang ditutupi oleh pasir putih halus (menyerupai debu). Ketika ada angin kencang, mata saya sempat perih karena kemasukan pasir halus tersebut.
Matahari juga cukup terik. Saya akhirnya memakai kacamata minus yang bisa berubah warna kalau terkena sinar mentari. Kacamata ini juga memiliki anti radiasi sehingga menjaga mata saya.
Saya berjalan kaki menuju lebih dekat ke danau. Terdapat pagar pembatas dari kayu agar pengunjung berpijak pada tempat yang dianggap aman. Kabarnya, ada beberapa bagian daratan yang rapuh sehingga bisa saja membuat pengunjung terpeleset jika terjadi longsor di pijakan kakinya.
Sepanjang mata memandang, terlihat hamparan danau berwarna kehijauan yang indah. Langit biru dengan awan putih menambah dahsyat panorama Danau Kaolin pagi itu.
Bagi sahabat ismi yang belum tahu, Danau Kaolin terbentuk dari ceruk bekas galian kaolin yang dulu dieksploitasi besar-besaran di Belitung. Selain timah, Belitung memang menyimpan kaolin dalam jumlah besar.
Kaolin sendiri merupakan sejenis mineral tanah liat yang mengandung aluminium silikat. Mineral ini bisa dijadikan salah satu bahan untuk membuat kain, pasta gigi, keramik, kertas, hingga kosmetik.
Perpaduan warna hijau kebiruan dan putih yang kontras membuat Danau Kaolin menarik minat banyak wisatawan. Warna hijau kebiruan berasal dari air hujan yang bereaksi dengan sisa kaolin di dalam ceruk. Sedangkan daratan di sekitar Danau Kaolin berwarna putih, karena mengandung kaolin (yang berupa batuan atau lempung berwarna putih).
Pemandangan di Danau Kaolin memang mengingatkan pada wisata di Kawah Putih Ciwedey, Bandung, atau bahkan mirip dengan panorama di Kawah Ijen di Banyuwangi. Bedanya, tidak ada bau belerang yang menyengat di Danau Kaolin. Dan warna biru airnya juga tidak menyala seperti blue fire yang menyembur dari celah-celah bebatuan di Kawah Ijen.
Air di Danau Kaolin bisa digunakan untuk berenang. Tidak seperti air danau di Kawah Putih dan Kawah Ijen yang memiliki kandungan asam yang tinggi sehingga bisa melarutkan berbagai benda, termasuk tubuh manusia.
Sahabat ismi bisa melihat betapa indahnya pemandangan di Danau Kaolin. Rasanya tak percaya bahwa area bekas tambang yang tidak diperbaiki ini bisa berubah 180 derajat menjadi lokasi yang membuat penasaran banyak wisatawan.
Berwisata Tanpa Merusak Alam, Ini Caranya!
Apapun jenis wisatanya, saya mau mengingatkan agar sahabat ismi berwisata tanpa merusak alam.
Jangan meninggalkan jejak apapun kecuali jejak sepatu. Jangan mengambil apapun kecuali foto.
Karena wisata alam adalah anugerah yang diberikan oleh Sang Pencipta agar kita selalu ingat untuk menjaga ciptaanNya.
Berwisata tanpa merusak alam bisa banget sahabat ismi lakukan, jika memang ada niat. Bagaimana caranya?
1. Tidak Corat-coret
Jangan mencorat-coret apalagi mengukir nama di bebatuan atau pohon di tempat wisata. Memang sih rasanya sayang kalau tidak meninggalkan kenangan dan bukti bahwa sahabat ismi pernah mendatangi tempat wisata tersebut.

Hasrat ingin menuliskan nama sendiri atau nama pasangan biasanya hadir jika melihat ada objek yang bisa diukir. Yakinlah bahwa sahabat ismi bisa mengendalikan hasrat tersebut. Ingat, merusak alam sama saja dengan tidak mensyukuri ciptaan Tuhan.
Lagipula, coretan-coretan justru mengganggu pemandangan dan membuat tempat wisata tampak kotor. Sahabat ismi enggak mau, kan, para wisatawan kabur karena objek wisata menjadi kurang sedap dipandang?
2. Buang Sampah pada Tempatnya
Bayangkan bila sampah berserakan di gunung, hutan, sungai, pantai, dan laut. Saya pribadi belum tentu ingin kembali ke Belitung kalau pantainya penuh sampah. Bahkan hasil lautnya mungkin tidak akan seenak yang pernah saya rasakan, jika laut di Belitung banyak sampah dan limbah.
Sampah yang dibuang sembarangan berpotensi mencemari tanah dan air, sehingga dapat mengacaukan habitat makhluk-makhluk yang tinggal di dalamnya. Oleh karena itu, jangan buang sampah sembarangan, termasuk meninggalkan puntung rokok.
Kalau sahabat ismi tidak menemukan tempat sampah, maka kemasan makanan dan minuman ringan, atau sampah lainnya bisa dimasukkan ke dalam tas terlebih dahulu. Simpan sampai menemukan tempat sampah.
Bagaimana bila sepanjang berwisata tetap tidak menemukan tempat sampah? Kalau saya sih tetap membawa sampah tersebut di tas, dan baru dibuang di tempat sampah penginapan, atau ketika kembali ke rumah (jika objek wisatanya dekat rumah).
3. Tidak Merusak
Saat berwisata, jangan merusak apapun. Jangan merusak tumbuhan (menginjak-injak misalnya), jangan merusak batuan di gua, jangan merusak terumbu karang, dan sebagainya.
Flora dan fauna di alam juga berhak hidup, sama seperti manusia. Oleh karena itu sahabat ismi harus menjaganya. Bila habitat mereka dijaga, manusia juga akan merasakan manfaatnya.
Tidak akan ada hewan liar yang masuk ke perkampungan. Makhluk hidup di laut bisa tinggal, makan, berlindung, dan berkembang biak di terumbu karang yang tidak rusak.
Wisata alam seharusnya dijaga oleh semua orang yang mencintai Indonesia. Dengan menjaga lingkungan di lokasi wisata, sahabat ismi otomatis berkontribusi dalam memelihara keanekaragaman wisata alam yang ada di Indonesia.
Hari itu di Belitung, saya beruntung dapat menikmati keanekaragaman wisata alam di Indonesia. Saya berwisata tanpa merusak alam, dan saya berkomitmen untuk terus memegah teguh prinsip tersebut, kemanapun saya pergi.
Sahabat ismi, nantikan part 3 dari tur Belitung ya. Di part 3, saya akan cerita tentang rumah adat Belitung dan budaya yang dilaksanakan di rumah tradisional tersebut. Semoga sahabat ismi suka dengan tulisan ini dan tulisan saya berikutnya.
Oh ya, sampai lupa, ada bonus video nih untuk sahabat ismi yang setia baca tulisan-tulisanku saya😍

INDONESIA luar biasaaaa ya Mbaa
daku juga BANGGA BANGET dan bersyukur, lahir, besar, bernafas di bumi Indonesia tercintaaa
Dan ya ampuun alam Belitung memang menakjubkan
daku pengiiin ke sana, abis pandemi kelar.
Insyaallah mbak. Aku juga mau ke sana lagi. Belum ke Island hoping sama ke Pulau Lebong
Langitnya beneran biru cerah begitu yaa, kak Dian.
Indah sekali.
Kalau ke Belitung, siap-siap hirup oksigen banyak-banyak…heheh…vitamin-sea vibes!
Beneran mbak. Cakep, berpadu dengan Pantai nya. Kalau pas sunset juga keren
Pengen kesana juga..secara tempatnya unik ya…dan pengen mampir ke tempat syutingnya Laskar pelangi juga hehe.. Berwisata ibarat bertamu..kita gak boleh sembarangan ya.. harus banyak yang dijaga termasuk kebersihan lingkungan
MasyAllah mbaaaa. Kerasa banget aura bahagianya, serunya pas baca tulisannya dan lihat fotonya 😍. Dan betapa indahnya ya pantai belitung itu sampai yang lihatnya juga pengen ke sana 😍. Ditambah makanannya yang masyAllah menggodaaaaa aku buat pengeb coba. Aduh kalau gitu kapan pandemi selesai sih. Ga sabar pengen jalan jalan
Alhamdulillah mbak. Aku juga bernostalgia dengan nulis ini. Cerita th 2018 yang belum selesai kutulis.
alhamdulillah ya Mba sudah sampai ke Belitung. kami sebenarnya udah merencanakan ke sini tahun llau, dari mudik ke Pelembang, maunya nyebrang aja ke sana, eh pandemi datang. Liat foto dan baca keseruanmu, moga tahun mendatang kami bisa ke sana sekeluraga. aamiin
Hiks sedih ya. Ini aq berangkat tahun 2018 mbak. Hadiah menang Lomba. Waktu itu benernya hadiah ku ke Lombok. Eh Lombok kena gempa yang cukup parah itu. Akhirnya yg ke Lombok dipindah ke Belitung
Masih tengiang nih di Belitong!
AKu sempat nginep selama 3 malam di Hotel depan pantai itu, mbak kalo ga salah namanya Fairfield
duh.. mewaaaah banget rasanya berada di tepi pantai gitu
SEmoga masyarakat Indonesia semakin educated ya dengan menjaga keindahan dan kebersihan saat wisata. aamiiiinnn
Wah jadi kepo dengan fairflied. Aku juga nginep hotel depan pantai, tapi beda hotel dengan yg fairflied. Iya mbak kudu jaga lingkungan kalo berwisata
MAsyallah indah banget mba, dan kulinernya bikin menggoda hati. pantaslah mba mau balik lagi, ini buat foto-foto luar biasa bagusss, mba. aku jadi pengen ke sana, semogas selalu terjaga ya alamnya
Iya mba memang pantai2 di Belitung bagus banget. Ini aku belum ke Island hoping nya. Smg kita bisa ke sana ya
ini aturan yang sudah sepantasnya dijaga oleh seluruh manusia, berwisata tanpa harus merusak alam, jangan membuat sampah sembarangan dan menjaga semua apa yang Allah ciptakan
Iya Danau Kaolin terlihat indah ya padahal sebenarnya bekas penggalian tambang yang terbengkalai, Belitung jadi bolong-bolong kalau dilihat dari atas…semoga alam kita lebih terjaga ya manusianya sadar untuk menjaga lingkungan sekitar
Iya mbak sebenarnya sedih ya. Danau kaolin selain di Belitung juga ada di Bangka. Sama2 bekas tambang
MAsya Allah, indahnya..Danau kaolin ini cantik banget ya mbak.. Itu menu seafoodnya semua bikin ngiler, apalagi cumi bakarnya, ugh nikmatnya. Semoga suatu saat bisa main ke Belitung
Aamiiin mbak. Pasti lgsg masakan mbak naik dua kali lipat dari segi rasa, krn masak hasil laut di sni seger2
Belitung memang terkenal dengan beragam jenis kuliner lautnya, kebetulan keponakanku pernah tugas disana, katanya seafood-nya enak banget. Jadi pingin wisata ke Belitung, nantinya setelah pandemi. Tapi yang pasti, aku anti dan selalu wanti-wanti anakku kalau sedang berwisata jangan merusak atau mengotori tempat wisatanya, agar alam tetap lestari.
Benar mbak. Seafood memang enak, dan segar
Mbak, lihat birunya laut di Belitung, sungguh ingin membuatku kembali berlibur ke pantai. Huhuhu, sayangnya jauh bener ke Belitung. Tapi ingin ke Sumatra, walau satu kali saja. syukur-syukur bisa ke Belitung.
Kesadaran dalam hal utama dlm hidup itu perlu ya kak, jadi setiap aktivitas kita tetap dalam koridor baik tanpa satupun dirugikan. Berwisataw dgn tetap memelihara tempat wisata bagian melestarikan tempat wisata. Tpi ini sangat mengagumkan Mba dgn kreasi berbagai makan hasil laut yg di jajankan ditempat wisata. Keren banget
Duh Belitung ini menawan banget ya. Alamnya aja biru gitu. Sejak baca Laskar Pelangi aku jadi kepengen ke Belitung. Masuk wishlist deh pokoknya Belitung ini. Terus juga, pernah lihat acara kulinernya. Kepengen deh bisa icp-icip. Sama mampir ke kedai kopi legend gitu di sana. Semoga kesampaian bisa main ke Belitung.
wah nggak sabar menunggu part 3 nya mbak
memang eksplore Belitung nggak ada habisnya ya mbak
banyak sekali spot wisata menarik yang bisa dikunjungi
semoga kita termasuk orang-orang yang menjaga alam saat berwisata ya mak
kadang sedih liat wisata banyak banget kotor gegara banyak pengunjung ya mak
akupun mau ke belitung :”) indahhh
Masya Allah, pemandangannya bagus banget Mbak…terus seafoodnya juga menggoda..semoga suatu saat bisa ke Belitung…
kalau berwisata enggak perlu meninggalkan jejak ya Mbak,biarlah kenangannya tersimpan dalam bentuk foto atau video saja, jadi alam tetap terjaga yah…
harusnya kita bisa denan mudah dan sadar menjagai diri dari perbuatan yang tidak baik dan merusak saat kita berwisata ya mba
Belitung, baca ini jadi pengen ke sana lagi. Masih banyak yang belum dikunjungi, baru sempat ke danau kaolin sama pantai tanjung tinggi aja.
Seandainya semua wisatawan memiliki kesadaran untuk tak merusak alam, pastinya bakal nyaman banget ke tempat wisata ya mbak. Nggak ada sampah berserakan dan juga corat coret yang menganggu pemandangan
Belitung adalah destinasi wisata yang masuk wishlist saya. Alasan klasik, efek lihat film Laskar Pelangi, hehehe…. Semoga suatu saat bisa ke sana, aamiin…
pantainya indah banget yaa, masyaAllah. saya anak pantai, jadi kalau lihat pantai yang indah begitu, jadi pengen segera meluncur ke sana heuheu
moga suatu saat bisa ke pantai belitung. pengen jalan-jalan ke seluruh tempat di Indonesia, semoga bisa tercapai impian ini. aamiin
Baca tulisan ini malam-malam kok auto laper ya mbak? Hehehe… menunya sungguh menggoda selera deh.
Wah danaunya juga cantik banget ..
Nah, berwisata pun harus bisa menjaga lingkungan ya mbak. Masih banyak nih orang yang harud disadarkan agar tidak merusak alam saat berwisata. Meskipun sekarang sudah ada tempat wisata yang menerapkan denda pada pengunjung yang membuang sampah sembarangan, tapi masih aja ada yang tidak bisa taat aturan, huhuhu. sedih
Indah, kulinernya enak…tapi harus tetep perhatikan kebersihan lingkungan yaa, jangan sampai sampah dan kealay kita merusaknya