Belitung dan Hal-Hal yang Membuat Saya Ingin Kembali (Part 1: Tur Laskar Pelangi)

Facebooktwitterredditmail

Laskar Pelangi adalah kisah para pemimpi yang berhasil mencapai impiannya.

Perjalanan ke Belitung sungguh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada rasa haru, bahagia, sekaligus terkejut karena saya tak menyangka mendapat kesempatan ini. Yang belum tahu bagaimana ceritanya bisa baca Ngapain ke Belitung? Anak-anak Gimana dulu.

Kembali ke agenda keliling Belitung, saya beruntung karena akhirnya ada barengannya, yaitu Mbak Mita dan Farah dari Kemenhub, beserta Kerrick salah satu pemenang juga dari Palembang. Kami sampai di Bandara Tanjung Pandan pagi hari pukul 8.30 wib.

Seorang pria asli Belitung bernama Fadli menjemput kami. Ia bilang, panggilan laki-laki di Belitung bukan Mas, tapi Abang. Sedangkan untuk perempuan bukan Mbak, tetapi Kakak. Yuhu, aku mulai mengakrabkan diri agar tak salah panggil ketika berinteraksi dengan penduduk lokal.

Belitung sendiri luasnya 5000 m persegi. Sehari bisa keliling pulau tapi enggak mampir. Sewaktu keluar bandara hendak menuju hotel, Bang Fadli menjelaskan mengenai ikon Tanjung Pandan yaitu batu meteor jutaan tahun lalu. Batu tersebut berwarna hitam, dan ukurannya cukup besar. Sebagai informasi, batu ini biasanya ditemukan oleh penambang timah, tapi rezeki-rezekian. Meski begitu, di daerah tambang timah seperti Bangka pun tidak ditemukan batu meteor ini, hanya ada di Belitung.

Kurang lebih 10 menit, sampailah kami di hotel. Nama hotelnya adalah Grand Hatika. Terletak di Jalan Kemuning No.16, Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung 33412. Hotel ini lokasinya dekat dengan bandara, wisata Danau Kaolin, dan Kopi Kong Djie original.

Keunggulan lainnya, di seberangnya terdapat food court tepi pantai. Jadi kalau pagi, teman-teman bisa berjalan-jalan di Pantai Tanjung Pendam, hanya berjarak 0,18 km dari hotel. Dan malam hari bisa mencari makan di depan hotel. Review hotel akan saya tulis di artikel terpisah ya.

Tur Laskar Pelangi

Bang Fadli sempat menanyakan kami mau mengunjungi objek wisata apa dulu. Mbak Mita menjawab ingin Tur Laskar Pelangi. Sedangkan saya ingin ke pantai. Bang Fadli menjelaskan bahwa rute dua lokasi tersebut berbeda. Yang satu berada di Belitung Timur, kurang lebih 1,5 jam dari hotel. Sedangkan lainnya hanya setengah jam dari hotel.

Jika kami memilih Island Hoping, maka butuh waktu seharian untuk mengeksplorasinya. Sebagai informasi, kapal sewa untuk menyeberang harganya 500 ribu rupiah/kapal, muat 10 orang. Padahal kami hanya berempat. Itupun Mbak Mita dan Farah sudah pernah keliling pulau di Island Hoping. Jadi enggak mungkin kan kalau cuma aku berdua Kerrick yang menyeberang. Apalagi pukul 1 siang, Kerrick harus menjemput pemenang satunya di bandara.

Setelah berdiskusi, kami memutuskan untuk memilih Tur Laskar Pelangi pada hari pertama. Ada beberapa objek wisata yang akan kami datangi, yaitu Replika SD Laskar Pelangi, Dermaga Kirana, Museum Kata, Kampung Ahok dan makan siang di Manggar.

Perjalanan ke Belitung Timur memang jauh, tapi saya enggak merasa bosan karena teman-teman serombongan asyik diajak ngobrol. Begitu pula Bang Fadli yang informatif. Ia menceritakan berbagai hal penting tentang Belitung.

Jalan yang kami lalui juga bagus, aspalnya mulus. Di kanan kiri lebih banyak terdapat kebun, dan galian tambang dibanding rumah penduduk. Dalam hati saya, Belitung termasuk sepi ya. Kayak suasana desa di Jogja ketika saya masih kecil. Kalau sekarang mah Jogja sudah ramai, macet dimana-mana:)

Terharu Sejenak di Replika SD Laskar Pelangi

replika sekolah laskar pelangi

Begitu kendaraan sampai di halaman parkir replika SD Laskar Pelangi, pikiran saya terbawa ke suatu masa. Bagaimana serunya persahabatan murid-murid di SD Muhammadiyah Gantong. Bagaimana kondisi dan situasi sekolah yang serba terbatas. Dan tentu saja semangat membara anggota geng Laskar Pelangi.

Saya adalah pembaca novel Laskar Pelangi. Maka ketika mengetahui bahwa kisah-kisah mengharukan di novel tersebut diadaptasi dari kisah nyata, tentu saja saya penasaran dengan kondisi pendidikan di Belitung.

Zaman dahulu, PN Timah memang mengalami zaman keemasan. Bahkan ketika pemerintah menawari masyarakat untuk menjadi PNS, mereka tidak mau. Tapi kalo ditawari menjadi karyawan PN Timah, ya pada mau. Sampai-sampai Kepala Dinas Belitung dulunya berasal dari luar.

Kesejahteraan karyawan PN Timah terjamin karena adanya jatah beras, kain, dan kebutuhan pokok lainnya ditanggung. Sedangkan warga yang tidak bekerja di PN Timah ya melaut, menanam lada, dan karet. Mereka mendapatkan uang sewaktu masa panen saja. Bisa dibayangkan bagaimana kesenjangan ekonomi yang terjadi di Belitung tempo dulu.

wisata SD Laskar Pelangi
Gerbang masuk. Belakang saya ada area suvenir. Kanan saya ada Galeri Laskar Pelangi

Gerbang bertulisan kan “Selamat Datang di SD Laskar Pelangi” menyambut kami. Tiket masuknya seharga 5 ribu rupiah. Di bagian depan terdapat para penjual suvenir dan makanan khas Belitung. Ada juga batu meteor yang dikreasikan menjadi kalung, gelang, dan perhiasan lainnya.

Di sebelahnya terdapat Galeri Laskar Pelangi, sayang galeri ini sudah lama ditutup. Katanya berisi hasil kerajinan tangan warga sekitar.

SD Muhammadiyah Gantong Laskar Pelangi

Kaki saya melangkah masuk ke dalam objek wisata tersebut. Anak tangga berjejer untuk dinaiki, kemudian tanah putih menyelimuti seluruh area replika SD Laskar Pelangi. Saya berjalan agak terseok karena kondisi tanah yang seperti tepung. Dari kejauhan, bendera merah putih berkibar gagah di tiang yang tinggi. Beberapa orang dengan badan berlumur kapur dan memakai bawahan dari dedaunan, terlihat sedang khusyuk mengangkat tangan, hormat pada Sang Saka. Para turis berfoto bersama mereka. Saya mengabadikannya.

SD Laskar Pelangi Belitung

Setelah sepi, saya dan Kerrick bergantian berpose hormat ke arah bendera merah putih. Kemudian kami berjalan menuju bangunan SD. Pada plangnya tertulis nama SD Muhammadiyah Gantong. Saya memasuki ruang kelas yang di- setting jadul. Ada meja dan kursi berwarna cokelat, khas puluhan tahun lalu. Papan tulisnya berwarna hitam, lengkap dengan kapur tulis. Di sampingnya terdapat tiang tempat berkibarnya bendera merah putih. Para turis berfoto seolah sedang mengikuti pelajaran di kelas.

Bekas Galian Tambang Disulap Jadi Spot Menarik

danau kirana
Cantiknya Danau Kirana

Setelah berpanas-panasan ria di Replika SD Laskar Pelangi, saya dan teman-teman rombongan beranjak ke seberang. Menurut Bang Fadli, ada spot menarik yang sayang bila dilewatkan, karena hanya berjarak 5 menit dari replika SD Laskar Pelangi.

Dari luar, terdapat sebuah plang unik bertuliskan Dermaga Kirana. Rupanya yang di maksud dengan Dermaga Kirana adalah sebuah dermaga di tepi Danau Kirana. Danau Kirana sendiri merupakan danau yang terbentuk dari bekas galian timah. Danau ini dalamnya sampai 15 meter sehingga wisatawan tidak diizinkan berenang.

rumah rotan belitung

Tiga bangunan unik seperti cangkang keong berdiri kokoh di depan saya. Rumah Rotan ini memang sengaja dibangun untuk tempat para wisatawan berteduh dan berfoto. Terdapat sebuah mainan anak-anak berupa jungkat-jungkit dari kayu.

Ada pula tempat duduk berupa sofa empuk yang dapat digunakan untuk bersantai. Tak jauh dari situ, terdapat sebuah jembatan dan tangga menuju dermaga.

Masyaallah, pemandangannya sangat indah. Danau dengan air berwarna biru kehijauan, berpadu dengan langit biru yang nampak cerah. Awan-awan putih berarak menambah indah lukisan alam.

Dermaga Kirana

Beberapa perahu warna-warni bersandar di dermaga. Terdapat pula perahu lain yang lebih besar. Seharusnya perahu ini dapat digunakan untuk mengitari Danau Kirana, tapi hari itu saya tidak menemukan seorang pun yang berdiri atau duduk di perahu untuk mendampingi pengunjung berkeliling Danau Kirana. Kalau saya telusuri via Instagram, banyak foto yang menunjukkan para wisatawan sedang mendayung perahu di Danau Kirana. Berarti seharusnya bisa jika ingin menaiki perahu.

rumah keong

Di ujung objek wisata ini, terdapat pula Rumah Keong yang berwarna putih. Sama seperti Rumah Rotan, Rumah Keong juga berbentuk seperti cangkang keong. Di dalamnya terdapat lampu-lampu gantung nan estetik. Selain itu, Owly Coffee juga berada di sini.

Museum Kata Andrea Hirata, Museum Sastra Pertama di Indonesia

Selepas dari Dermaga Kirana, Bang Fadli membawa rombongan ke Museum Kata yang terkenal itu. Museum ini didaulat menjadi museum sastra pertama di Indonesia. Sejak mengetahui di Belitung di bangun museum ini, saya tentu saja sangat antusias. Alhamdulillah kesempatan itu datang.

museum kata andrea hirata
Dapat buku ini:)

Dari luar, tampak bangunan dari batu-batu kecil yang berwarna-warni. Kami parkir di samping dan terlihatlah loket tiket. Per orangnya membayar 50 ribu rupiah, dan mendapat sebuah buku mengenai sejarah museum kata, termasuk kisah Laskar Pelangi.

Halaman museum kata cukup luas. Kala saya sampai, terdengar suara azan yang diiringi nada Melayu, merdu sekali. Saya sampai merinding.

museum kata laskar pelangi

Banyak dinding-dinding instagramable yang bentuknya seperti dinding rumah Hobbit. Cute sekali. Memasuki bagian dalam museum, dindingnya lebih informatif karena terdapat berbagai quote sastra baik karya Andrea Hirata maupun karya penulis lain, dan tokoh lain.

museum sastra indonesia

Tak hanya itu, terdapat pula cover-cover novel Andrea Hirata yang diterjemahkan ke berbagai bahasa. Puisi, prosa, dan esai juga tertulis rapi dalam pigura yang dipasang ke dinding. Di setiap sudut ruangan, aneka properti dan furnitur didesain cantik.

kopi kuli

Di bagian belakang museum, terdapat ruangan dengan nuansa lain, yaitu Belitung tempo dulu. Dapur yang masih menggunakan tungku, lengkap dengan kayu bakar/arang. Perabotnya juga kuno. Setrika uap, lemari antik, koper kuno menghiasi ruangan.

warung kopi kuli

Beberapa meja dan kursi kayu berjejer seperti dalam sebuah warung. Ternyata kita bisa menikmati kopi dan aneka gorengan di area ini.

museum laskar pelangi

Lebih ke belakang, terdapat halaman dengan sepeda ontel dan daun yang menjalar di atap. Di pojokan, ada kursi dan meja santai. Saya dan Farah mengabadikan tempat ini dalam sebuah foto.

arsitektur museum kata

Terlihatlah satu bangunan besar tanpa pintu dan jendela. Persis galeri, karena di sepanjang dinding terdapat banyak kreasi yang berkaitan dengan sastra. Bangunannya masih berwarna-warni. Ornamen jendela buatan berwarna merah dan biru. Langit-langit yang penuh jendela tua aneka warna, membuat ruangan ini kian artistik.

suvenir museum kata laskar pelangi
Bangunan Suvenir dan Warung Kopi Kuli

Setelah puas berfoto dan mengambil video, kami pun keluar dari museum kata. Di sebelah, ada warung kopi yang bersebelahan dengan tempat menjual suvenir. Saya membeli kartu pos Museum Kata, dan juga magnet kulkas bergambar Andrea Hirata beserta quote istimewa.

Bersantai di warung kopi menjadi alternatif bagi para wisatawan yang lelah berkeliling Museum Kata. Sejenak merasakan angin semilir di Belitung Timur, sembari menenggak kopi dan pisang goreng. Ah, lezatnya.

Tur Laskar Pelangi berakhir sudah, meski kami masih melanjutkan perjalanan di Belitung Timur. Masih ada agenda mengunjungi Kampung Ahok, makan siang di Manggar dan mengejar sunset di Pantai Tanjung Tinggi.

Dari Tur Laskar Pelangi ini, saya menyadari bahwa Belitung mempunyai sejarah panjang tentang kesenjangan pendidikan dan perekonomian di zaman setting Laskar Pelangi. Sejarah ini dikenang agar menjadi semangat bagi generasi muda untuk sungguh-sungguh menimba ilmu, tak kalah dengan Ikal dan kawan-kawan.

Banyak alasan untuk kembali ke Belitung. Salah satunya adalah saya ingin mencicipi kopi di berbagai warung kopi di sepanjang Belitung. Ya, kota ini memang disebut sebagai “Negeri 1000 Kopi”. Alasannya, karena pernah ada rekor minum kopi bersama dengan jumlah mencapai 1000 orang, sehingga Belitung berhasil memecahkan rekor MURI.

Saya memang mengakui bahwa kopi Belitung rasanya enak. Teman-teman sudah tahu belum jika daerah penghasil kopi berada di Belitung timur.

Tapi kopi terkenal di Belitung yaitu Kong Djie sebenarnya memiliki campuran kopi Lampung. Hanya saja cara penyajiannya berbeda. Kopi direbus, bukan diseduh dengan air panas. Setelah biji kopi direbus, air kopi baru dipanaskan lagi di atas arang. Inilah yang membuat rasa kopi Belitung menjadi berbeda dan khas.

Hal kedua yang ingin membuat saya kembali adalah pantainya. Saya masih belum sempat ke Island Hoping, gugusan pantai dari pulau-pulau kecil yang tersebar. Tentu saja semuanya menawarkan pesona pantai pasir putih yang tak kuat saya tolak. Suatu hari nanti, saya akan ke sana. Bersama anak-anak mungkin?

Hal ketiga yang membuat saya betah di Belitung adalah keramahan orang lokalnya. Bang Fadli contohnya. Beliau merupakan sopir dari sewamobilbelitung.com, tempat Kemenhub menyewa kendaraan. Bang Fadli bukan hanya ramah, tapi juga informatif. Ia memberikan insigh-insight terkait objek wisata dan oleh-oleh khas Belitung. Ia bahkan mengatur waktu tur sedemikian rupa hingga kami dapat mengunjungi banyak objek wisata, meskipun waktu kami sempit dan terbatas. Sisa wisata yang kami kunjungi akan saya tuliskan di Part 2 dan 3.

Sewamobilbelitung.com ini berada di bawah naungan bagindatour (CV. Setia Utama) yang sudah lama malang melintang di dunia penyewaan kendaraan. Selain harganya yang terjangkau, mobil yang saya gunakan sangat nyaman sehingga membuat perjalanan kami lancar. Penting sekali membawa kendaraan yang prima. Apalagi kalau nanti saya jadi kembali ke Belitung bersama suami dan anak-anak. Sopir yang sabar, pengertian dan dapat diajak diskusi adalah poin plus.

Oh ya, selain sewa kendaraan, sewamobilbelitung.com juga menyediakan paket tur Belitung apabila ada tamu grup. Untuk reservasi, langsung hubungi Pak Hendra ya di 081273939912.

Jadi, siap kembali ke Belitung?:)

(Visited 485 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

29 thoughts on “Belitung dan Hal-Hal yang Membuat Saya Ingin Kembali (Part 1: Tur Laskar Pelangi)

  1. indah Reply

    semngat kak. semoga kita tetap diberi kesehatan untuk berbagi ilmu dan pengalaman

  2. indah Reply

    semangat kak. semoga kita tetap diberi kesehatan untuk berbagi ilmu dan pengalaman untuk para penerus bangsa

  3. Jiah Reply

    Gak dipungkiri ya dengan adanya Laskar Pelangi kita jadi terbayang2 keindahan Belitung. Dan pas sampai di sana terbayar deh

  4. beautyasti1 Reply

    Aku penggemar andrea hirata dan koleksi kesemua bukunya, suatu saat ingin berkunjung ke belitung ini, btw belitung dan belitong sama kah?

  5. Mechta Reply

    Ah ..Belitung… Impian untuk menikmati keindahannya secara langsung, masih tersimpan rapi. Insya Allah sampai sana kapan2..sementara ini, menikmatinya dari post teman2, termasuk post mba Dian ini. TFS ya mba..

  6. Diah Kusumastuti Reply

    Terharu tiap baca tentang Belitung dan Laskar Pelangi. Enggak bisa dipungkiri sebagian besarnya adalah karena jasa Andrea Hirata. Laskar Pelangi jadi legend, Belitung jadi luar biasa terkenal. Ingin sekali suatu saat bisa ke sana 🙂

  7. Uniek Kaswarganti Reply

    Mba,aku jadi pengin ke Belitung juga, negeri seribu kopi. Berbagai tempat yg tertulis di postingan ini bener2 worth to try. Semoga kapan2 bisa ke sana bareng anak2 sekalian island hopping ya.

  8. Ima satrianto Reply

    Pas ceraaaahh bangeeeett ya Dian , senengnyaaa. Aku waktu ke Belitung Timur pas hujan hiks hiks kudu diulangi nih.. In sha Alloh.

  9. Eka Mustika Sari Reply

    Aku kalau ke Belitung kok malah penginnya lihat kiosnya tempat beli kapur ya?
    , kumayang di Indahnya Danau bekas galian tambang karena di Bintan juga banyak itu asli cakep banget dan airnya biru bersih

  10. Ika Maya Susanti Reply

    Dari karya tulis bisa jadi film sampai perkembangan wisata. Orang jadi termagnet ke Belitung. Salut lah saya sama Bang Andrea Hirata. Itu pasir halaman sekolahnya putih banget ya Mbak.

  11. April Hamsa Reply

    Mbak sekolah itu kan cuma replika ya? Kalau aslinya sendiri SD itu berada di mana? Apakah berada di lokasi yang sama tapi udah gak ada lagi gtukah?

  12. Desy oktafia Reply

    Kopi Kong djie bikin penasaran.
    Penyajiannya uni.

    Keren ya.
    Dikelola dg baik dan menjadi pariwisata laskar Pelangi karya andrea hirata.
    Bonusnya pantainya indaaaaah

  13. Lidya Reply

    KAlau ingat laskar Pelangi ini film pertama yang ditentonton anakku yg pertama waktu itu masih PlayGroup ternyata sampai skr masih tetap diminati ya apalagi bisa tour ke sana

  14. Dawiah Reply

    Ingat Belitung ingat pula Laskar Pelangi.
    Begitu dahsyatnya novel itu ya Mbak. Apalagi sudah ada replika SD Laskar Pelangi, makin top da ah Belitung dan Laskar Pelangi itu.

  15. Elisabeth Murni Reply

    Belitung, sempat tinggal di pulau ini 3 minggu dan tetap belum puas mengeksplorasi semuanya. Apalagi sekarang banyak temapt-tempat baru, termasuk Museum kata itu, jadi pengen balik ke sini lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published.