Antara Foto, Emosi, dan Sosial Media

Facebooktwitterredditmail

Antara Foto, Emosi, dan Sosial Media

Antara Foto, Emosi dan Sosial Media

“Say Cheese!”
Cekrek!
“Gaya manyun! ”
Cekrek!

Foto adalah gambaran atau potret diri. Saat ini, kadang menjadi bukti eksistensi. Bukan seorang travel blogger, bila foto-fotonya tak menunjukkan tempat-tempat wisata nan eksotis. Tak pantas disebut food blogger, bila tidak ada foto makanan yang menggugah selera. Tak bisa disebut fashion blogger, bila tak ada pose menggigit. Pada akhirnya, foto menunjukkan data diri, seperti apa kita ingin terlihat.

When your picture smiling, it means you are happy in that moment 

Ketiganya adalah duniaku=)
Ketiganya adalah duniaku=)

Ada sebuah foto yang berkesan dalam hidup saya, yaitu ketika suami tersenyum saat menggendong putri keduanya sambil berpose di samping putri pertama kami. Saat foto itu diambil, bukanlah hari istimewa, hanya hari biasa, hari saat mengantri imunisasi sang bayi. Tapi somehow, saya menangkap perasaan bangga dan bahagia. Perasaan lengkap dan dunia hanya milik mereka bertiga. It’s called emotion! Yaitu luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat (arti emosi menurut KBBI). Emosi ini sifatnya spontan, tak bisa dibuat-buat, dan mudah berganti. Luckyly, photograph capture it! Momen yang didapat, menjadi nilai tambah dari sebuah foto.

Kembali pada hari mengantri imunisasi, emosi sang kakak pun terbaca, dari mulai senang, bosan hingga cemburu dengan adiknya. Anak-anak lebih mudah lagi dalam mengeluarkan emosi. Tidak seperti kaum dewasa yang bisa berpura-pura, berakting untuk menutupi emosi aslinya, anak-anak belum mengenal istilah kebohongan dalam raut wajah.

They are acting naturally, absolutely show their real emotion!

Ini sebabnya, saya lebih suka memotret anak-anak. Ekspresi mereka asyik, pas, dan lucu tentu saja.

Jangan tanyakan emosi bayi pada saya, mereka cenderung membagi emosi masih dalam tahap dasar, yaitu gembira, sedih, dan kesal atau marah. Gembira diidentikkan dengan senyuman dan tawa. Sementara sedih dan kesal atau marah, biasanya berakhir dengan tangisan. Ekspresi mereka lebih polos dibanding anak-anak. Emosi mereka lebih bisa dipahami, meski dari raut wajah saja.

Hari itu, kalau boleh berimajinasi seperti film ‘Inside Out’, akan banyak bola berwarna emas, emosi bahagia. Emosi bahagia ini tidak lahir sendirinya, mereka lahir dari sebuah proses yang disebut sebagai karakter. Pikiran manusia adalah pondasinya. Benar, bahwa emosi lebih ditentukan oleh suasana hati, sesuatu yang disebut sebagai perasaan, tapi menurut saya, emosi bukan hanya produk hati, tapi juga buah dari pikiran.

Antara Foto, Emosi dan Sosial Media meme

Pikiran mencoba menjawab masalah-masalah dalam hidup, baik sesuai teori yang pernah di baca, maupun pengalaman di masa lalu. Di sinilah peran emosi yang pernah muncul, mereka bagaikan pembentuk karaktermu. Bila masa lalumu bahagia, maka kamu lebih mudah tersenyum, dengan kata lain, kamu seorang periang. Bila dulunya kamu kurang kasih sayang dan lebih sering menangisi hidup, karaktermu cenderung melankolis atau sensitif. Kebaca, kan maksud saya?

Emosi adalah buah dari pikiran dan spontanitasmu, dan foto merupakan bentuk nyata yang dapat menggambarkan emosi saat itu.

Apa hubungannya dengan sosial media?

Hari itu, selesai mengambil foto suami dan anak-anak, saya menguploadnya di sosial media. Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa foto kadang menjadi bukti eksistensi diri. Ini lho, potret keluarga berencana, eh, keluarga bahagia maksudnya. Ini lho, suamiku sedang pulang ke Jogja (nasib LDR-an #KemudianCurcol).

Iya, suami saya memang bekerja di luar kota, sementara saya di Jogja, sedang melanjutkan sekolah dengan membawa serta kedua anak kami. Jadi, secara tidak langsung, peran foto dan sosial media menjadi penting untuk kami. Suami melihat perkembangan dan aktivitas anak-anak ya dari foto. Sang kakak kalau lagi kangen Ayahnya, ya lihat-lihat foto bersama Ayah. Kakak sih senyum-senyum, sementara saya malah mewek karena lumayan sedih menyadari banyak momen indah yang dirindukan oleh putri saya. Oleh karena itu, saya juga mengandalkan sosial media untuk berkomunikasi dengan suami melalui foto-foto tadi.

Semakin cepat upload foto di sosial media, semakin tepat emosi yang tertangkap oleh suami dan teman-teman maya saya.

Bayangkan, bila mau upload, tapi membuka foto dari galeri saja pakai loading lama, terus masih lemot juga waktu mengunggah ke facebook misalnya, keburu basi fotonya. Masih mending momen saya tadi, hanya mengantri di rumah sakit. Bagaimana dengan momen akad nikah? Atau momen tiup lilin saat ulang tahun anak? Tentunya dibutuhkan kecepatan memotret.

Percaya nggak, foto ini diambil setelah mengulang kesekian kalu karena lilin keburu mati tertiup sebelum berhasil diabadikan oleh kamera kami
Percaya nggak, foto ini diambil setelah mengulang kesekian kali karena lilin keburu mati tertiup sebelum berhasil diabadikan oleh kamera kami

Bagi seorang fotografer, kecepatan dalam memotret adalah keahlian yang wajib ditekuni hingga menghasilkan gambar yang dapat bercerita, dapat menunjukkan emosi. Bila blogger memiliki kekuatan cerita pada kata-kata, maka kekuatan fotografer, terletak pada fotonya. Meski tak menampik bahwa blogger pun saat ini dituntut untuk bisa mengoperasikannya kamera, bisa menangkap momen ciamik, dan bisa live menguploadnya di sosial media.

Para blogger tentunya familiar dengan istilah live tweet. Kekuatan twitter tak hanya pada kalimat terbatas 140 karakter, tapi juga pada fitur kamera dan picture-nya. Semakin cepat upload foto di twitter, semakin cepat followeer kita mendapatkan info yang tergambar dalam foto tersebut.

Foto pagi muncul sore, emosinya sudah kadaluwarsa
Foto pagi muncul sore, emosinya sudah kadaluwarsa

Tak dipungkiri bahwa kadang, saya mengupload foto dengan lambat. Inget banget kala posting foto sarapan bubur, eh dengan menyedihkannya, baru terupload sorenya, terus Mas suami komentar, “Sarapan kok sore-sore?” Duh, malunya, untung sudah jadi suami=).

OPPO F1

Makanya saya mupeng berat waktu tahu OPPO meluncurkan smartphone terbarunya, 4G OPPO F1. Dari namanya saja, dan dari pemilihan brand ambasadornya, Kangmas Rio (uhuk), bisa dengan jelas terlihat bahwa smartphone ini cepat seperti F1. Kalau menilik spesifikasinya, kamera utama OPPO F1 berkekuatan 13 megapixel, dengan sensor ISOCELL,  F1 menghasilkan gambar yang kualitasnya layak diacungi jempol. 

Kalau mau menangkap emosi di sebuah peristiwa yang berlangsung cepat, kayak kelahiran anak, akad nikah, fitur PDAF (phase Detection Autofocus) yang dimiliki F1 adalah solusinya. Fitur ini menghasilkan kecepatan fokus 0,1 detik. Cepat sekali, kan?! Jadi nggak mungkin terlewati ekspresi ibu yang kesakitan sekaligus lega dan bahagia saat anak lahir. Nggak mungkin ketinggalan juga ekspresi pengantin yang senang sekaligus lega dan deg-degan saat akad nikah.

Fitur optimasi anti shake-nya, ahli memilih gambar terbaik dari buffer beberapa gambar saat tombol shutter di tekan. Pemilihan gambarnya otomatis lho, membuat kita lebih hemat waktu dan semakin cepat upload ke sosial media! Pure image 20+ nya menawarkan banyak plugin sehingga foto lebih terlihat profesional meskipun hanya dipotret melalui smartphone.

Bila dibilang bahwa F1 juga merupakan smartphone selfie terbaik. Mengapa?

Dengan kamera depan 8 megapixel yang berdiagfragma F/2.0 membuat cahaya dapat diambil 44% lebih banyak dibanding kamera dengan diafragma F/2.4. Kejernihan kamera depannya membuat saya tak ragu untuk mengidam-idamkan OPPO Cameraphone dan Selfie Expert ini.

Kucel habis lahiran vs beberapa bulan kemudian. Coba pas lahiran fotonya pakai Beauty 3.0

Apalagi juga ada fitur Beauty 3.0 yang membuat foto selfie lebih sempurna. Buat emak-emak yang kadang jerawat muncul, atau wajah lecek bin kucel saat persalinan, jadi lebih pede saat mengulpoad foto ke sosial media. Tentunya setelah diedit terlebih dahulu dengan salah satu dari 3 mode Beautify yang bisa dikombinasi dengan 8 filter. Wuih, kecantikan bertambah 100% nih.

Di tempat yang gelap pun, ada fitur Screen Flash yang membuat cahaya terlihat alami, wajah lebih terang tapi tetap natural. Bisa foto-foto bareng anak di dalam tenda atau di kamar saat mau tidur, dimana cahaya sudah redup karena pakai lampu tidur nih.

Apalagi OPPO F1 bisa memotret hanya dengan gerakan tangan menggenggam di depan lensa atau dengan perintah suara “cheese! “, makin sering deh saya bakalan wefie sama anak-anak. Si kakak pasti senang kalau diminta teriak “cheese! ”

Bagaimana dengan harganya? 

Harga smartphone OPPO F1 masih terjangkau bila kita bandingkan kualitasnya dengan smartphone lain seharga sama.

OPPO F1 bekerjasama dengan e-commerce di Indonesia? 

Bayangkan bila emak-emak yang habis melahirkan, sibuk dengan imunisasi dasar, dan punya balita, pingin banget punya smartphone yang bisa menangkap emosi dan mengolahnya menjadi sebuah foto keren! Boro-boro mondar-mandir ke toko handphone, emak-emak ini pasti lebih memilih berbelanja online sembari menyusui bayinya. Tentunya sebagai ibu cerdas, memilih e-commerce pun juga yang memberi banyak keuntungan. Coba simak keuntungan apa yang ditawarkan oleh Blibli.com

mengapa beli di blibli.com www.ismyama.com

Cicilan 0% adalah surga bagi emak-emak yang harus pintar mengatur pengeluaran bulanan. Jadi nggak terasa mencekik, dibanding bila harus langsung mengeluarkan uang sekian juta untuk membeli smartphone. Gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia jelas menguntungkan untuk pembeli yang tinggal jauh di pelosok. Kalau harus bayar ongkos kirim, bisa-bisa hampir 10% harga paketnya. Blibli.com benar-benar menjawab kebutuhan saya sebagai ibu yang butuh kemudahan dan bebas biaya lain-lain.

Belanja online di blibli.com
Belanja online di blibli.com

Saya pernah belanja online di blibli.com, dan memang gratis ongkos kirim. Pengalaman saya, cara pesannya mudah, proses pembayarannya ada banyak pilihan, dan barang juga cepat sampai. Kalau pesanan belum tiba, kita bisa melihat langsung di web blibli.com, proses pengirimannya sampai di mana. Overall, puas deh belanja di sana.

Kembali ke bahasan awal, bila sudah terjadi sinkronisasi antara foto, emosi dan sosial media, maka nggak akan terjadi yang namanya foto basi, emosi basi dan sosial media yang nggak up to date. Kamera yang mumpuni, adalah alat memotret terbaik bagi para fotografer amatir yang ingin mengabadikan sebuah momen.

Quote Foto ismyama.com

(Visited 300 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

19 thoughts on “Antara Foto, Emosi, dan Sosial Media

  1. Ulfah Reply

    ((Kangmas rio))

    Itu dedek dedek mbak kl buat mbak dian sih :v hahaha… Goodluck untuk lombanya 🙂

  2. Lusi Reply

    Terharu lihat foto keluarga berencananya. Aih, nasib LDR hiks. Sekarang blogger pada pinter pose. Foto dirinya cantik2 🙂

    • dian.ismyama Post authorReply

      Keluarga bahagia Mak..kalau keluarga berencana kan anak cukup dua, nah kalau kami belum tentu cuma dua, hihi. Wah kalau foto diri mah saya sudah dari dulu seneng selfinya:D

  3. Agung Han Reply

    seneng lihat ekspresi jagoannya
    apalagi yang di depan kue ultah ..kereeenn 🙂
    salam sehat dan semangat amin

  4. lianny hendrawati Reply

    Wuah mupeng dengan fitur kameranya yang keren di Oppo ini.
    Aku juga sih kadang telat upload foto, foto sebulan lalu baru diupload hari ini hahaha.

  5. Aireni Biroe Reply

    Yeaaah, keren dah jebakannya. Di saat ekpresi serta emosi dalam fotonya sudah dapat ceritanya, daaan taraaa, ada sesuatu yang tak terduga. Good Luck, Mbak (y)

Leave a Reply

Your email address will not be published.